25. Privilese

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tuan Lucas! Anda sudah di sini!" teriak Fiona terkejut, saat dia melihat sang majikan telah berdiri di sisi jalan perempatan yang ada di belakang kastel. Kastel Abbott terletak di dataran yang sedikit lebih tinggi dibandingkan wilayah lain kota Warwick. Untuk bisa sampai ke perempatan yang dimaksud Lucas, Fiona harus menuruni dataran tersebut.

Lucas tampak melambaikan tangan pada Fiona yang masih sedikit berlari kecil ke arahnya. Hingga tubuh gadis itu oleng, kakinya berlari terlalu cepat, sampai menubruk tubuh Lucas yang ada di hadapannya. Fiona refleks berpegangan pada lengan Lucas, sementara Lucas sendiri sigap mendekap tubuh Fiona.

"Hei, kau tidak apa-apa?"

"Maafkan saya, Tuan! Saya baik-baik saja!" sahut Fiona cepat. Pipinya serasa menghangat, di kala rona merah kembali mewarnai wajahnya, seperti yang sudah-sudah. Fiona segera memisahkan diri dari Lucas. Ia berharap agar semuanya tidak makin terasa canggung. 

Ada apa denganku? tanya Fiona dalam hati. Ia heran sendiri, mengapa akhir-akhir ini seperti ada kupu-kupu menari, menggelitik perutnya setiap kali ia melihat Lucas.

Fiona mengedarkan pandangan ke sekitar. Rupanya Lucas berdiri sendirian sejak tadi, mengenakan tunik sederhana warna cokelat dan celana kain hijau yang ditambal perca. Penampilannya benar-benar berbeda dari kesehariannya selama ini di kastel yang selalu memakai jas ala bangsawan.

Tak hanya Fiona yang mengamati Lucas, pemuda itu pun melakukannya juga pada si pelayan. "Kau terlihat berbeda, kalau tidak sedang pakai seragam pelayan," komentarnya.

"Berbeda?" tanya Fiona, sembari memainkan bola matanya, melirik ke arah Lucas sembari menyeringai. "Bedanya seperti apa, Tuan? Apa aku terlihat lebih cantik?

Sejujurnya, Fiona hanya bermain-main saja melemparkan pertanyaannya seperti itu. Terlebih lagi, seorang bangsawan tidak mungkin memuji pelayan sepertinya. Ia menduga, kalau Lucas hanya akan menanggapi dengan tawa.

Namun, Lucas menatap Fiona cukup lama, sebelum akhirnya ia mengatakan, "Sangat."

Senyuman tulus Lucas setelahnya membuat jantung Fiona serasa mau copot. Aku ini kenapa sih!

"Ah ... u-um ... Tuan, Anda tidak bawa kendaraan apa pun?" Fiona mengalihkan fokusnya. Selain sendirian, Lucas juga terlihat tidak sedang membawa kuda atau apa pun sebagai alat transportasi. 

Sang tuan muda menunjuk ke arah ujung jalan. Tampak di sana, telah berbaris beberapa kereta kuda umum yang siap untuk disewa. "Kita naik itu," ucap Lucas. 

Fiona memicingkan mata. "Kereta kuda umum? Kenapa tidak pakai kereta Foxton?"

"Karena kita hari ini akan menyamar sebagai warga kelas menengah ke bawah. Ayo."

***

Keramaian kota segera menyambut kereta kuda sewaan yang dinaiki oleh Lucas dan Fiona. Suasana dalam kabin kereta umum ini lebih sempit dibanding milik Foxton. Kursinya pun hanya berupa kayu tanpa alas apa pun. Bila ada guncangan sedikit, maka tulang duduk akan langsung membentur permukaan keras.

"Aw!" Berkali-kali, Fiona mengelus bokongnya yang kesakitan tiap roda kereta melalui jalanan yang tak rata. Sebenarnya, hal ini cukup terbalik. Fiona yang seorang pelayan justru tidak tahan duduk di kursi kayu kabin kereta kuda, sementara Lucas yang seorang bangsawan malah tampak tenang-tenang saja. Padahal, justru dia yang seharusnya tidak terbiasa berpindah dari jok beludru empuk ke bangku kayu.

Lucas hanya tertawa kecil ketika melihat Fiona kesulitan duduk. Pemuda itu membuka jendela kabin dan memandang ke arah luar. Wajahnya jauh lebih tenang ketimbang saat menggunakan kereta kuda Foxton. 

Tak lama, kereta kuda berhenti di alun-alun kota, di mana air pancur dengan patung rubah berada. Lucas pun membantu Fiona turun dari kabin. Fiona sudah pernah ke area ini sebelumnya bersama Seri, tetapi ia tak pernah kehilangan takjubnya memandangi jalanan yang begitu rapi dan bersih dan hanya dipenuhi orang berlalu lalang berjalan kaki.

Kalau di Jakarta, yang seperti ini pasti sudah macet karena banyaknya mobil dan motor yang mengantre untuk parkir, ucap gadis itu dalam hati. Akhirnya ia merasakan ketidakmajuan teknologi membuat udara menjadi bersih bebas polusi. 

Seandainya eyang ada di sini ... .

"Fiona, ada apa?" Lucas menyadari Fiona yang tiba-tiba melamun. Sebenarnya, air mata hampir jatuh dari pelupuk, tetapi gadis itu menahannya.

"Tidak ada apa-apa, Tuan. Ayo, kita akan ke mana sekarang?"

Lucas menunjuk ke arah satu gang lebar yang terletak di posisi timur laut dari air mancur. Mereka berdua pun memasuki gang tersebut. Ada pertokoan di sisi kanan dan kiri. Namun, tak seperti di alun-alun, di gang ini tampak lebih sepi. Hanya ada satu dua orang berpakaian jas dan gaun bangsawan yang lewat. Saat mereka berpapasan melewati Lucas dan Fiona, keduanya langsung diberi tatapan sinis serta dahi yang berkerut.

Fiona jelas bingung pada perlakuan yang baru saja didapatnya dari orang asing. Namun, Lucas tampak diam saja. Ia tetap berjalan biasa saja ke tempat yang sedang ditujunya. Fiona pun mengekor di belakangnya dan ikut diam.

Tak lama, Lucas berhenti di sebuah restoran dengan pintu kaca dengan kusen putih, yang dihiasi bunga-bunga kecil sebagai dekorasi jendelanya. Di depan pintu kaca, terlihat seorang pelayan mengenakan jas hitam dan kemeja putih berdiri sigap Lucas menoleh pada Fiona. "Cobalah untuk masuk."

Fiona tak mengerti apa yang diinginkan Lucas. Gadis itu hanya mengangguk, lalu hendak melewati sang pelayan dan membuka pintu. Namun, tangan Fiona yang terulur ingin mengambil gagang langsung ditepis kasar oleh si pelayan.

"Maaf, Nona. Hanya kalangan menengah ke atas yang diperbolehkan untuk masuk ke restoran ini." Si pelayan memandangi Fiona dari ujung kepala hingga kaki. Sesaat kemudian, ia tersenyum mengejek.

"Apa maksudmu? Kami punya uang untuk bisa makan di sini!"

"Tetap tidak bisa, Nona. Pakaian Anda tidak pantas dan hanya akan mengotori interior restoran kami nantinya," ucap si pelayan pria seraya memperbaiki letak dasi kup[u-kupu di lehernya. "Lagi pula, tidak ada seorang pun di dalam yang ingin makan sejajar dengan kaum orang biasa."

Mendengar hal itu, darah Fiona langsung naik ke kepala. "Apa?! Baik, aku mengerti kalau itu ditujukan padaku, tapi apa kau tidak tahu siapa Tuan di sebelahku ini? dia adalah---"

"Fiona, sudahlah," potong Lucas yang segera menarik tangan pelayannya tersebut, untuk menjauh dari restoran. Fiona memandang ke sekeliling. Suara protesnya tadi rupanya cukup membuat para bangsawan yang sedang melewati gang tersebut menoleh, penasaran pada apa yang sedang terjadi. Saat mereka menyadari keberadaan Fiona dan Lucas, mereka langsung memberikan tatapan sinis yang sama seperti bangsawan sebelumnya.

Lucas menarik tangan Fiona sampai keluar dari gang pertokoan mahal itu, hingga kembali ke dekat air pancur rubah Foxton. Fiona begitu kesal sampai mengepalkan tangannya. "Apa-apaan mereka itu!"

Lucas mengembuskan napas sejenak sebelum menyahut, "Seperti yang kau lihat tadi. Tidak akan ada barang yang bisa ditargetkan pada rakyat dan bangsawan secara bersamaan sekaligus. Bangsawan ingin memiliki privilese dan tidak akan mau disamakan dengan rakyat biasa."

Fiona mendengkus, ia tak habis pikir. Gadis itu tahu bahwa memang di dunia sebelumnya, kasta kaya dan miskin juga ada, tetapi tidak sediskriminatif ini. Di sini, Fiona dan Lucas ditolak hanya karena masalah pakaian. Si kaya tidak mau duduk satu restoran dengan si miskin hanya karena apa yang mereka kenakan berbeda.

"Begitulah." Lucas membuyarkan lamunan Fiona. "Kalau kau masih mau berjualan masakan rawon ini, kita harus menargetkan maksimal pasar kelas menengah saja."

"Baiklah." Fiona mengembuskan napas. "Tapi bukan berarti aku menyerah. Pasti ada cara agar kelas atas juga bisa menikmati masakan kita!"

Sebuah senyuman hadir di wajah Lucas. "Bagus, kalau begitu, kita harus pergi ke area gang-gang yang ada di sana."

Kali ini, Lucas menunjuk ke arah gang-gang pertokoan yang terletak di area sebelah barat air pancur. Hanya ada orang-orang berpakaian tidak terlalu mewah yang berlalu lalang di sana.

***

Baca lebih cepat di Karyakarsa.com/ryby dengan harga hanya Rp. 1000/bab! Di sana sudah TAMAT + 1 Extra ch yang tidak ada di Wattpad! Tanpa download, tanpa apk, tanpa jeda iklan, dan babnya lebih cepat tayang!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro