62. Koran dan Katalog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa kau tahu, Suamiku? Putra kita, Lucas, sedang jatuh cinta!"

"Jatuh cinta? Apa maksudmu, Sofia? Apa dia pernah mengatakannya padamu?"

"Tidak, tapi aku tahu. Ini insting seorang ibu!"

"Hahaha, baiklah! Kalau begitu, berdasarkan instingmu, siapa gadis yang membuat putraku tergila-gila, sampai ia berani menolak tawaran perjodohan dengan sang Putri Terpilih?"

"Fiona, namanya. Seorang gadis dengan warna rambut dan iris mata yang senada, ungu."

Sepintas, Alfred teringat pada percakapannya dengan sang istri beberapa waktu lalu. Saat ini, gadis yang dimaksud tengah berada di hadapannya, menunduk dalam-dalam padanya untuk memberi salam penghormatan.

Apakah dia yang bernama Fiona? batin Alfred. Pria tua itu mengangkat sebelah tangan seraya memerintahkan semuanya untuk kembali duduk.

Semuanya kembali duduk di tempat masing-masing, kecuali Fiona. Ia memilih berdiri di belakang sofa tunggal yang Lucas duduki. Bagaimanapun juga, Fiona sadar bahwa ia tetaplah rakyat biasa, tak seperti yang lain. Tidak mungkin ia bisa duduk sejajar dengan seorang Duke.

Namun, rupanya Alfred berkata lain. Setelah duduk di sebelah Lucas, sang Duke meminta Fiona untuk mengambil tempat di sebelahnya, di sofa besar.

"Duduklah di sini."

"Tapi, Tuan---"

"Kau yang menjalankan usahanya, sudah sepantasnya kau duduk bersama kami." Alfred memotong perkataan Fiona. Gadis itu hanya bisa menurut. Ia merasa sungkan sekali harus duduk di sebelah seseorang yang begitu tinggi derajatnya seperti beliau. Salah sikap sedikit, bisa-bisa nyawa Fiona berakhir di tiang gantungan.

Lucas sendiri tak bisa berbuat apa-apa, ketika kini Fiona duduk di antara dirinya dan Duke Alfred. Ayahnya tak pernah bicara pada seorang gadis secara dekat seperti tadi. Bahkan ketika Linden dikunjungi para gadis yang mengaguminya, sang Duke tidak berkomentar apa pun, sama sekali. Bagi Alfred Foxton, hal yang tidak berguna tidak akan menarik perhatiannya.

Apakah ini berarti, Ayah sudah mengakui keberadaan Fiona? Lucas berharap dalam hati. Ia mulai membayangkan bahwa masa depannya dengan Fiona akan cerah.

"Sekretarisku mengatakan kalau perwakilan serikat pencanang datang kemari, tapi tidak untuk bertemu denganku. Tadi sempat kudengarkan sekilas dari balik pintu." Alfred menatap tajam pada Cedric dan William. Lalu, beliau memanggil putranya, "Lucas."

"Iya?"

"Jelaskan detail permasalahannya secara singkat."

"Baik, Ayah. Jadi begini ... ." Lucas mulai menceritakan duduk perkara mengapa perwakilan serikat sampai datang melayangkan protes pada Fiona dan usaha jasa yang dijalankannya. Selama dijelaskan, Alfred mendengarkan secara saksama.

"Baiklah, aku mengerti," kata Alfred begitu Lucas selesai menerangkan. Alfred berpaling pada Fiona. Gadis itu langsung menunduk, tak berani menatap mata langsung.

"Kau yang memiliki solusi jasa penyebar selebaran ini pada serikat pencanang?" tanya Alfred memastikan.

"Benar, Tuan. Agar baik pedagang maupun pencanang sama-sama mendapatkan keuntungan."

"Hmm ... ." Alfred berpikir sejenak. "Ide yang sangat baik. Lalu, kenapa kalian tidak menerimanya?" Alfred berpaling pada kedua perwakilan serikat.

"Permasalahannya, Tuan, yang sedari tadi Nona Fiona contohkan adalah promosi barang. Lalu, bagaimana dengan berita?" tanya Cedric meminta kejelasan.

William pun menambahkan. "Ada banyak berita dan pengumuman di kota setiap harinya. Kalau setiap satu berita harus dibuatkan selebaran, bayangkan betapa banyaknya jumlah pencanang yang harus dikerahkan untuk menyebarkannya! Namun di sisi lain, kalau pemilik berita ingin menyebarkannya sendiri, tentu kami juga jadi merugi!"

"Oke, tunggu sebentar. Jadi, kalian tidak ingin pemilik berita menyebar selebaran beritanya sendiri, tapi kalian juga tidak mau kerepotan mengurus banyak-banyak?" tanya Lucas, menghakimi. Cedric dan William tak bisa berkelit.

"Lucas, yang mereka katakan ada benarnya," sahut Duke Alfred tiba-tiba. Putra sulungnya mendelik tajam pada beliau. "Ayah membela mereka?"

"Ini bukan soal membela atau tidak, tetapi aku juga harus mengutarakan pendapat sebagai pemimpin Warwick. Aku memikirkan kesejahteraan para warga. Mereka tidak akan suka, bila dalam satu waktu, di depan pintu rumah tiba-tiba tertumpuk banyaknya kertas-kertas berisi iklan dan berita," terang Alfred.

Kemudian sang Duke menatap lekat-lekat Fiona yang duduk di sebelahnya. "Idemu sangat baik. Akan tetapi, bila diterapkan dalam jangka waktu panjang, akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Akan ada banyak sekali kertas selebaran yang dibuang setelah tak terpakai."

Fiona pun termenung. Sesaat kemudian, ia mengangguk-angguk. "Anda benar, Tuan. Maafkan aku, karena tidak berpikir sampai ke sana."

"Kau tidak salah apa-apa, Fiona." Lucas bermaksud mendukung gadis itu.

Namun, Fiona menggeleng. "Tidak, seharusnya aku memikirkan dampak jangka panjang. Aku menyarankan selebaran pertama kali, karena saat itu pelanggan jasaku hanya sedikit. Saat nanti semua orang sudah menggunakan selebaran untuk beriklan, pencemaran lingkungan akan meningkat setiap harinya. Aku juga tidak mau yang seperti itu."

"Lalu, apa kau memiliki solusi?" tanya Lucas kembali.

Fiona berpikir sejenak, kemudian ia menggeleng lemah. "Haahh, andai saja ada internet, tidak akan jadi seperti ini," gumam gadis itu.

"Inter--- apa, Fiona?" Lucas tak mengerti. Fiona buru-buru mengoreksi. "Bukan apa-apa, Tuan!"

Pandangan mata Alfred tertuju pada kertas yang tadi dicoret-coret oleh Fiona. "Apakah kalian memiliki ide, supaya penggunaan jumlah kertasnya bisa dikurangi?" tanya Alfred pada Fiona dan Lucas.

Sang putra sulung itu ikut berpikir. "Dikurangi, ya? Kalau semuanya dijadikan dalam satu kertas, apakah mungkin?"

Kedua mata Fiona tiba-tiba terbelalak. Ia teringat sesuatu, dan secara spontan menepuk tangan sekali. "Ah, kau cerdas sekali, Tuan Lucas!"

Fiona kembali berkutat pada kertas di atas meja. Kali ini, dia justru mencoret nama-nama paket sebelumnya. Ia memikirkan konsep dua benda yang sudah tak asing lagi dari dunia modern, tetapi telah jarang digunakan karena tergantikan oleh internet.

"Solusinya, kita bisa mengumpulkan lalu mencetaknya dalam satu kertas besar yang dapat dilipat-lipat." Fiona menggambar satu persegi panjang besar, lalu memberi kotak-kotak di dalamnya.

"Buat kolom-kolom di dalamnya seperti ini. Lalu tarifnya ditentukan dari jumlah kolom yang akan digunakan. Makin besar berita atau produk yang ditampilkan, makin terlihat oleh pembaca. Maka dari itu, harganya juga harus mahal."

Fiona pun menggambar garis-garis di dalam tiap kotak. Ada pula gambar asal-asalan sebagai contoh gambar yang terpasang.

"Baik produk maupun berita bisa diiklankan dengan cara seperti ini. Tinggal dibuat dua jenis saja. Satu khusus untuk kumpulan berita, dan satu lagi khusus kumpulan gambar-gambar berbagai produk yang diiklankan," lanjut Fiona.

"Seperti buku?" tanya Lucas. Fiona mengangguk cepat. "Mirip, tapi tanpa sampul, Tuan! Halaman depan adalah tempat berita termahal dipasang."

"Kemudian, untuk mengurangi jumlah kertas yang beredar, benda ini bisa diterbitkan secara berkala. Misalnya, sebulan sekali."

"Lalu, bagaimana dengan sistem komisi yang tadi Anda usulkan untuk pedagang pemula, Nona?" tanya Cedric.

"Oh, lupakan itu, Sir. Alternatifnya adalah, pedagang yang baru merintis bisa juga beriklan dengan jumlah kolom hanya satu atau dua baris saja, sesuai bujet yang ia miliki."

"Kalau begitu, tentang target pasar yang kau bicarakan tadi, sepertinya juga bisa diterapkan di sini," usul Lucas. Pemuda itu meraih pena dari tangan Fiona dan mengonsepkan idenya di kertas.

"Serikat bisa mengategorikan iklan-iklan produk berdasarkan target pasarnya dalam satu kertas tersendiri masing-masing.

Misalnya, untuk wanita, adalah kumpulan iklan produk perawatan tubuh, alat-alat kecantikan, gaun, sepatu, dan sejenisnya. Sedangkan untuk pria bisa berupa iklan cerutu, jas, jam tangan, dan semacamnya. Benar begitu, Fiona?" tanya Lucas memastikan.

Fiona mengiyakan segera. "Ah, benar sekali, Tuan!"

Baik Fiona dan Lucas saling melempar senyum. Alfred memperhatikan itu semua dan tampak takjub. Putranya yang dulu pemalu dan tak pandai mengungkapkan keinginan, kini dapat berdiskusi bersama orang lain. Tanpa Lucas dan Fiona sadari, Alfred tersenyum tipis.

"Jadi, ini adalah dua buku tanpa sampul, khusus untuk memuat berita dan iklan produk?" tanya Alfred, menyimpulkan semua percakapan Lucas dan Fiona.

"Tepat sekali, Tuan!"

"Kalau begitu, apa nama dari dua benda ini?"

Fiona tersenyum penuh keyakinan. Ia menulis kedua nama benda tersebut di kertas. "Kumpulan berita dinamakan koran. Dan kumpulan iklan produk dinamakan katalog!"

***

Baca lebih cepat di Karyakarsa.com/ryby sampai TAMAT hanya Rp. 1000/bab! Tanpa download, tanpa apk, tanpa jeda iklan, dan babnya lebih cepat tayang!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro