Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Clarissa berdiri dengan gemetaran, dingin merayapi tubuh. Gaun terbuka di bagian bahu yang ia kenakan malam ini membuatnya mengigil terkena angin. Tidak hanya itu, kakinya yang berbalut sepatu tinggi dengan hak sembilan sentimeter terasa berdenyut-denyut perih. Namun semua tidak sebanding dengan rasa malu dan sakit hati yang ia rasakan secara bersamaan. Perasaan dikhianati membuatnya serasa ingin lari jauh tapi nyatanya, ia berdiri di balkon gedung dengan wajah bersimbah air mata, memandang lampu jalanan yang terlihat redup.

Suara pintu besi terbuka dan langkah kaki mendekat, membuatnya menoleh. Matanya yang basah membulat kaget saat melihat sosok yang datang menghampiri. Clarissa menelan ludah sebelum bicara terbata.

"Kak Dev ...."

Mata mereka bertemu dan terkunci dalam pandangan. Clarissa tak beranjak dari tempatnya berdiri, sementara laki-laki yang datang menghampiri, berhenti tidak jauh darinya.

Devian berdiri angkuh tanpa ekspresi, menatap gadis di depanny dengan gaun perak dan tubuh yang terlihat gemetaran. Ia bisa melihat air mata tercetak jelas di wajah gadis itu.

"Jadi, kamu sengaja menipuku?"

Clarissa menggeleng kuat-kuat. "Nggak, Kak Dev. Semua terjadi karena ketidaksengajaan."

"Begitu? Apakah kamu sengaja datang menawarkan cinta. Berpura-pura menjadi orang lain dan pergi begitu saja tanpa rasa bersalah?" Suara dingin Devian membuat darah Clarissa membeku.

Gadis itu menunduk, menahan isak. "Maafkan aku, Kak." Hanya itu yang mampu ia ucapkan sekarang karena pembelaan seperti apa pun tidak akan didengar oleh Devian.

"JANGAN HANYA BILANG MAAF! BILANG SAJA KAMU SENGAJA MENIPUKU!"

Clarissa tersentak, tidak menyangka Devian yang pendiam dan lembut menghardiknya dengan kasar. Dengan lemah ia mengangguk hanya ingin masalah ini cepat selesai.

"Ya Tuhan," guman Devian, matanya menatap Clarissa lurus-lurus. Membuat gadis itu melangkah mundur sampai akhirnya terhenti karena membentur pagar pembatas.

"Maaf, Kak," ujar Clarissa sedih, " bisakah kita lupakan ini dan kita kembali menjalani hidup kita masing-masing? Aku Clarissa bukan Clara."

Kata-kata Clarissa makin membuat Devian murka, dia melangkah makin mendekat dan mengurung tubuh Clarissa diantara dirinya dan pagar.

Clarissa bisa merasakan aroma napas Devian yang berbau mint, mungkin karena permen yang sering dia makan. Jantung gadis itu bertalu-talu karena mengingat bahwa mereka berdua pernah sedekat ini dulu, saat itu dengan Devian yang bergairah dan mereka berciuman dengan penuh hasrat. Bukan Devian yang seperti hendak membunuhnya sekarang.

"Kesalahpahaman katamu? Mudah sekali kau bilang begitu? Apa karena kamu nggak punya perasaan Clara? Ah ya, bukan Clara tapi Clarissa?" Devian berkata dengan mulut berada di telinga Clarissa.

"Tolonglah, lepaskan aku. Kita akhiri semua di sini." Clarissa hendak berkelit dari kurungan tubuh Devian tapi laki-laki itu mencengkeram lengannya.

"Dan kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja?" bisik Davian. Dengan bibir berada di telingan Clarissa.

"Harus, aku mohon. Jodohmu yang sebenarnya Kak Clara bukan aku. Aku hanya ... salah." Clarissa menelan ludah. Tangannya kini berada di bahu Devian yang kokoh. Ia tercabik perasaan antara ingin pergi atau menyelusup masuk dalam dekapan laki-laki yang selama beberapa minggu ini dekat dengannya.

Tawa kecil dan sini keluar dari mulut Devian. Tangannya meraih dagu Clarissa dan mendongakkan wajahnya yang bersimbah air mata. "Yah, kau salah. Dan untuk itu kau harus menebusnya, merasakan sakit hati seperti yang aku rasakan sekarang." Mendadak Devian menjauhkan tubuhnya, sebelum gadis itu sadar sadar, sebuah kecupan yang panas mendarat di bibirnya. Dia memberontak tapi sia-sia. Jantungnya terasa sakit seperti ditusuk belati. Sebuah perasaan asing menyeruak dari dadanya, ia jatuh cinta dengan Devian Hanggoro. Si pemarah yang kini sedang menghukumnya.

Setelah beberapa saat Devian melepasnya dengan tiba-tiba dan mengusap bibir Clarissa yang memar, "Terima kasih, ciumanmu masih sehebat dulu tapi sayangnya bibir ini sudah digunakan untuk menipu. Jangan menangis sayang, tidak cocok air mata itu jatuh di pipimu." Devian membalikan tubuhnya dan berjalan meninggalkan gadis bergaun perak seorang diri.

Clarissa terjatuh di tempatnya berdiri, merasa terhina dan terluka. Ia jatuh cinta dengan orang yang tidak boleh dicintai. Ia merasa bersalah karena telah membohongi Devian juga membohongi perasaannya sendiri. Clarissa menangis dan menyadari bahwa kini keadaan tidak akan lagi sama. Semua karena ulah ibu dan kakak tirinya.

"Aaah, Mama. Aku mau mati saja!" teriak Clarissa pada pekat malam.

.

.

.

Versi lengkap tersedia di google playbook dan per part di Karyakarsa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro