BAB 35: Sarah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sesuai dengan isi surat tersebut. Aku mendatangi perpustakaan elektronik setelah pulang sekolah. Tentunya aku tidak sendiri, Rara ikut bersama ku.

Kami melangkah masuk ke dalam perpustakaan elektronik. Desain ruang perpustakaan elektronik terlihat modern dengan banyaknya lampu LED dan bentuk dinding yang didesain seperti robot membuat ku merasa seperti masuk ke dunia masa depan. Isi dari perpustakaan elektronik adalah pajangan alat-alat elektronik dan miniatur karakter game yang dibuat oleh Light Corporation-melihat adanya logo Light Corporation disetiap alat yang diberi etalase Kaca tersebut. Selain itu, ada deretan komputer yang saat ini digunakan oleh beberapa siswa untuk mengerjakan tugas. Tentunya komputer tersebut tidak terdapat jaringan, semua siswa hanya memanfaatkan komputer untuk mengerjakan tugas yang mengharuskan mereka ketik. Aku tahu itu karena aku pernah menemani Dara kesini dan sempat menggunakan komputer itu karena aku pikir akan ada jaringan namun ternyata salah.

Melihat banyaknya buku yang ada disamping kiri dan kanan mereka membuat ku merasa kasian. Emmm, bukan kasian tapi miris. Seharusnya saat ini mereka hanya perlu mencarinya di internet bukan membaca buku-buku itu, meringkas, dan memasukkan ke dalam komputer.

"Syukur kita pindahnya saat kelas tiga," ucap Rara terliha kasian melihat murid-murid itu sama seperti ku.

"Tapi, kita mungkin akan mendapatkannya nanti. Sunggu melelahkan," keluh ku.

"Emm, menurut ku ini bagus. Kita jadi membaca buku, memahaminya agar bisa meringkasnya, lalu setelah itu kita memasukkannya ke dalam komputer. Bukankah itu membuat kita jadi lebih paham tentang materinya?"

Aku mengangguk setuju dengan ucapan Rara. "Tetap saja capek."

"Dari pada copy paste dan tidak mengerti sama sekali," bantah Rara.

"Tetap saja seharusnya diadakan jaringan agar mereka tidak perlu membawa buku sebanyak itu," protes ku.

"Mereka? Maksud kamu kita mungkin."

Aku tersenyum simpul. "Aku akan keluar dari tempat ini. Lebih baik aku berhenti bersekolah daripada bersekolah ditempat ini."

Rara tertawa mengejek.

Aku memandangnya bingung. Sejak kemarin Rara selalu tertawa membuat ku berkidik ngri berada disampingnya. Jika Rara adalah tipikal orang yang suka tertawa mungkin aku akan merasa biasa saja, namun, Rara berbeda. Dia adalah tipikal pendiam ala cewek cupu. Tidak pake ala, dia kan memang cupu.

"Keluar saja kalau kamu bisa," cibir Rara lalu melangkah mendekati deretan pajangan yang merupakan karakter dari game ciptaan light Corporation yang cukup populer sejak awal liris hingga saat ini.

"Kita pasti akan keluar," tegasku membuat Rara tersenyum penuh arti dan sialnya aku tidak tahu apa arti dari senyum itu.

"Nomor berapa?" Tanyanya.

Aku segera mengeluarkan kertas yang entah diberikan siapa kepada ku. Kertas itu tiba-tiba saja berada didalam buku yang akan aku pinjam.

"Sepuluh dalam kurung nol tiga," Jawabku.

Aku memperhatikan pajangan yang tersusun rapi tersebut namun tidak tertera nomor dalam pajangan tersebut. Pajangan tersebut hanya tertempel nama dari karakter game tersebut dan keterangan tentang karakter game tersebut. Aku menatap Rara yang menatap ku juga. Kami saling pandang dengan raut bingung. Apa maksud angka di akhir kalimat tersebut?

Aku dan Rara mencoba menyusuri setiap deretan pajangan dan mencari angka tersebut disetiap pajangan. Satu jam kami menyusuri setiap pajangan tersebut namun tidak menemukan angka tersebut dari deretan pajangan yang ada di gedung elektronik ini.

Rara terlihat Lela dan duduk di sofa yang tersedia. Saat ini kami duduk di deretan sofa panjang berwarna cream yang tersedia tidak jauh dari area pajangan tersebut. Aku dan Rara memandangi deretan pajangan tersebut. Angka apa yang dimaksud dalam surat tersebut.

"Apa kita hitung sendiri saja?" Tanyaku dan Rara langsung menghitung pajangan dari sebelah kiri, sedangkan aku menghitung dari arah kanan. Tidak ada keterangan bahwa aku dan Rara harus menghitung dari arah mana terlebih dahulu, hasil akhirnya kita sama-sama menghitung dari arah yang berbeda.

Setelah menghitung hingga sampai angka ke-10, aku menyusuri deretan pajangan ke 10 dan menghitung tiga pajangan ke belakang. Aku memperhatikan miniatur tersebut namun tidak menemukan apa-apa.

"Tidak ada apa-apa," kesalku. Rara yang hanya terpisah satu deret dari ku keluar dari deretan tersebut lalu menggeleng tanda tidak ada yang dia temukan.

"Surat iseng kah?" Tanyanya.

"Jika aku bersekolah di sekolah lain bukan Light High School mungkin aku tidak akan menggubris surat tersebut. Ini adalah Light High School, semua murid hidup dibawah tekanan. Mereka tidak punya waktu untuk saling iseng atau membuat surat iseng." Ucapku penuh keyakinan.

"Sepuluh dalam kurung nol tiga," ulang Rara membaca kertas yang kini berahli ke tangannya sejak tadi.

"Sebentar. Mungkinkah tujuan angka sepuluh tersebut adalah barisan ke sebelas," aku coba menebak.

"Tidak masuk akal, Sar." Protes Rara.

"Hitung dari kiri sepuluh, hitung dari kanan sepupu, maka yang berada di tengah-tengah adalah deret ini. Tidak ada salahnya kita periksa 'kan?"

Rara mengangguk setuju lalu mulai periksa di deret 11 barisan ke 3. Sekali lagi kami tidak menemukan apa-apa membuat Rara memelototi ku dengan raut kesal.

"Ayo kita pulang. Sudah pasti ini adalah surat iseng." Putus asa Rara.

Aku mengangguk setuju. Sial. Kenapa aku harus mendapatkan surat iseng seperti ini. Ternyata diantara banyaknya murid Light High School ada yang bisa iseng juga. Aku kira hidup mereka akan penuh keseriusan dan berada di bawah tekanan peraturan Light High School yang semakin hari semakin tidak masuk akal.

"Ayo!" Kesal Rara karena aku tidak juga bergerak dari tempatku.

Aku memperhatikan panjangn tersebut, membaca nama dari karakter game tersebut sekali lagi. "Tunggu." Aku mendekati keterangan karakter yang memiliki tempelan yang sedikit mengembung. Aku melepas tempelan tersebut dan mendapatkan sebuah kertas kecil tersembunyi dibalik kertas tersebut. Aku menempel kembali keterangan tersebut lalu memasukkan lipatan kertas tersebut ke dalam saku blazer ku.

To Be Continue...



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro