24. Membuat Deskripsi dan Narasi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Materi: Memberi rasa dalam cerita lewat deskripsi atau narasi
Hari: Jumat, 3 Feb 2017
Tutor: Auliya Al Hazmi Reia_ariadne
Notulen: MosaicRile
Disclaimer: theWWG

=====>>>>>=====<<<<<=====

Langsung saja ya....

Sebelum masuk lebih lanjut, aku pengen kita baca ini dulu. Kita simak bareng-bareng ya....

Contoh 1.
Sesaknya pasar ditambah dengan cuaca yang sangat panas membuat tubuh mengucurkan keringat dengan deras.

Contoh 2.
Siang ini, matahari tiada berbelas kasih. Panas terik menyengati setiap sudut pasar. Pedagang ikan kering tidak lagi mengipasi dagangannya yang kini tengah dikerubungi lalat. Ia sibuk mengalirkan udara panas dengan mengibas-ngibas koran bekas ke arah wajahnya. Gerah.

Nah.... Mana kira2 yang lebih ada rasa? Ayo polling!

Jawaban: 2

Dua.  Karena lebih rinci, dan jelas. 

Karena di narasi yg ke 2, diselipkan deskripsi macem-macem.
Koran untuk menunjang panas, kipas2an,  dll.

Nah, di sini kita bisa tahu kalau deskripsi adalah cara menyampaikan suatu hal agar pembaca seolah-olah "melihat" hal tersebut.

Lanjut ya ....

Contoh 3
Malam ini turun hujan. Seorang anak tidur di depan toko. Ia terlihat gemetar kedinginan.

Contoh 4.
Purnama tenggelam dalam balutan awan kumulonimbus. Seorang bocah laki-laki sedang berbaring di emperan toko. Badannya beringsut pelan, melipat kaki dan memeluk lutut kecilnya. Punggungnya menekuk, membelakangi jalanan kasar yang memantulkan air hujan ke atas ubin.

Mana yang lebih membuat kita (pembaca) seolah-olah "melihat" anak kecil tersebut?

Jawaban: 4 lebih spesifik dan nyampai penggambarannya. 

Nah, mari kita belajar, bagaimana sih, cara membuat deskripsi yang bagus agar pembaca lebih bisa "melihat" apa yang kita tuliskan?

Caranya adalah, menggunakan panca indra :

Mata
Hidung
Telinga
Lidah
Kulit
Dan mungkin hati ya,  feeling

Contoh 5.
Sore ini, aku pergi ke pantai. Mencoba menikmati ombak lautan yang memecah pasir. Kubasahi kakiku dengan air di tepian sambil menghirup bau lautan. Hal itu selalu membuatku tenang.

Contoh 6.
Setiap kali lapisan ombak menghempas pantai, ia tak pernah membawa sunyi. Menabuh deru dalam debur, lalu melambatkan tempo sembari menyurutkan diri. Pamit untuk menghempas kembali.

Kuayunkan langkah di bawah mentari senja. Menyusuri jejas pasir yang gelap dan basah. Pijakanku menapak lembut, meninggalkan cetak tapak yang terhapus manja bersama gelombang. Kubiarkan riak dan buih menyelimuti kaki saat kuhirup mesra wangi lautan. Aroma damai yang selalu aku rindukan.

Semua setuju, kan dg yg nomor 6 lebih ada rasa?

Karena:

Lapisan ombak mengehempas pantai: bisa lihat indra mata, (mgkin) jg telinga.

Dan kalimat "ia tak pernah membawa sunyi" : menegaskan indra suara.

Menabur debu dalam debur, lalu melambatkan tempo sembari menyurutkan diri : mata lagi, visual.

Pamit untuk menghempas kembali : penekatan kalau itu kejadian berulang.

Dari 6 contoh di atas.

Kebanyakan yg kece adalah nomor genap. 2, 4, 6.

Lalu timbul pertanyaan.

Apakah setiap adegan perlu deskripsi seperti itu?

Mari kita lihat contoh berikut:

Contoh 7.
Roro segera menelepon taksi. Wajahnya terlihat kesal. Ia tak menyangka jika lelaki itu tega menurunkannya di tengah jalan.

Contoh 8.
Roro mengeluarkan ponsel dengan corak apel tergigit di bagian belakang dari tas tangannya. Ia menggeser layar handphone, lalu mencari nomor kontak perusahaan taksi. Nomor yang biasanya tertera pada kaca belakang mobil sedan komersil tersebut.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara seorang operator wanita yang mengangkat panggilannya. Operator tersebut mengatakan bahwa sebuah taksi sedang menuju ke tempat Roro berada. Setelah mengucapkan terima kasih, ia menyudahi pembicaraan, kemudian memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.
Wajahnya terlihat kesal. Ia tak menyangka jika lelaki itu tega menurunkannya di tengah jalan.
Intinya kan kesal gegara diturunkan sama cowok terus nelpon taksi.

Contoh 8 di atas, buat apa detail panjang2?

Justru malah membuat pembaca kehilangan tempo emosional.
Ibarat deskripsi itu adalah zooming. Berlebihan, kurang tepat. 

SESI TANYA JAWAB:

Q1: Kak, bagaimana cara mendeskripsikan sesuatu dengan 'technical word' tapi tetap mudah dipahami pembaca? Biar nggak usah masuk foot note gitu.

Misal tadi nyebut kumolonimbus, blm tentu semua orang paham bentuknya dan gimana cara mendeskripsikan suasana secara detail, tapi tidak membuat pembaca 'bosan'? Kadang kan ada tuh yang puitis mendayu-dayu malah jadinya diskip pembaca karena terlalu panjang. Btw, pembaca model gini kayaknya cuma aku.

A1: Tips dari aku sih, ganti diksinya dan tambah penjelasan.

Misal di makanan:

Shinta menyayat beef steak-nya. Daging tersebut mengeluarkan cairan beraroma anggur fermentasi. Terdapat gradasi warna merah dan pink saat potongan daging itu diangkat ke udara. Pertanda dimasak setengah matang sesuai pesanan.

Padahal cuma mau bilang. Tingkat kematangan "medium rare"

Q2: Kak,dalam cerita ber genre action, itukan pasti ada adegan-adegan pertarungannya.

Nah, itu harus di jelaskan secara detail kah tentang bagaimana tokoh2 nya bertarung? Jujur aja bagiku itu sulit. Membuat narasi tentang pertarungan gitu

Gimana ya kak mensiasati hal itu? Ada kah trick khusus membuat narasi untuk genre action?
Makasih

A2: Hmmmm, kalo bagi aku sih. Untuk yg action konsepnya bisa dipake yg kayak gini.

Contoh berikut ga action, cuma ingin memperlihatkan the power of words.

1. Aul membaringkan tubuh di kasur.
2. Aul merebahkan tubuh di kasur.
3. Aul menghempaskan tubuh di kasur.
4. Aul memantulkan tubuh di kasur.

Meskipun sama2 endingnya aku akan berada di atas kasur.

Tapi emosinya berbeda.

Misal pilihan katanya. Tampar, meninju, memukul dg punggung tangan.

Misal. A menendang si B.

Tendangannya di mana?
Bagaimana respon si B?

Misal terhempas, terjatuh, dll.

Setelah itu bagaimana si B?

Bagaimana si A menanggapi?

Tulis semuanya, nanti dirangkai jadi kesatuan paragraf.

Mungkin hanya itu yg bisa aku bantu soal genre action.

Q3: Dalam mendeskripsikan sesuatu ada batas-batasnya enggak? Soalnya biasa kalau udah mendalami banget, pasti jelasin sampe jelas banget dan akhirnya burem dan bikin enek pembaca. Waktu yang pas buat deskripsi itu kapan aja ya?
Makasih

A3:
Deskripsi ini sebenernya ga ada ketentuan. Ini masalah gaya bahasa dan selera.
Batas maksimumnya deskripsi itu ga ada.

Tapi ada batas minimumnya.
Batas minimumnya adalah paham umum masyarakat.

Contohnya ...

Aul duduk di kursi.
Apa itu cukup? Ya, itu sudah jelas.

Tapi masalahnya. Apakah itu yg ingin diceritakan oleh penulis?

Kalo penulisnya maksud duduk di kasur atau tempat lain?
Tentu maknanya ga sampai.

Q4: Kak Aul, kan tadi emosi masuk salah satu kriteria deskripsi yang perlu zooming. Nah, kriteria lainnya gimana kak? Terus kalau mau zooming deskripsi panca indra yang cocok apa?

A4: Contohnya ke deskripsiin pakaian yg ga pake emosi:
Ia memakai baju biru berbahan blablabla. Celananya blablabla.
Dia memakai baju berwarna hitam. Kampungan, aku benci orang yang berpakaian gelap.
(Tapi ttp aja deskripsinya tanpa emosi pada contoh di atas)

Panca indra yg cocok.
Umumnya penulis menggunakan mata/penglihatan.

Tapi bisa juga eksplor lebih lanjut dg panca indra lain.
Tergantung kebutuhan adegan.
***

Nah.... Untuk sesi games-nya bisa cek di works 'Games or Challenge theWWG',  ya.....

Coba tengok..... :)

***
Terima kasih atas waktu dan kesempatannya, untuk berbagi ilmu,  dan belajar bersama kami, Jazakallahu khoir.  ^^

***
Mohon maaf atas kesalahan,  kata,  atau pun tulisan. Kami menerima kritik dan saran.  By admin irmaharyuni

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro