26. Riset dan Pendalamannya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Materi : Riset dan Pendalamannya
Date : Sabtu,  11 Februari 2017
Tutor : Kak Saras Crowdstroia
Notulen : Jeon_Eun
Disclaimer: theWWG

=====>>>>>=====<<<<<=====

Saya Troia. 19 tahun.

Sekarang lagi mau kasih materi tentang riset. Semoga penjelasan saya nanti bisa dipahami.

Nah kak Troia ini akun wattpad nya apa kak?
crowdstroia dek

»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»

Cara riset itu simpel. Ada dua cara:

1. Googling
2. Tanya narasumber

Kalau mau tanya tanya narasumber, tetap aja sih kamu harus googling. Soalnya, lebih cepat risetnya kalau kamu sudah tahu bahan bahan apa ajah yang mau kami tanyain.

Budayakan membaca sebelum bertanya, which means, kamu baca baca dulu hal hal terkait riset kamu di Google, nanti kalo kamu sudah cari sampai mentok parah dan tidak menemukan apa yang kamu butuh, baru tanya in narasumber.

Mungkin ada sebagian dari kamu bertanya, kalau aku tidak punya narasumber yang aku butuhin (misal butuh narasumber psikiater dan temen/keluarga kamu tidak ada yang kerja jadi psikiater atau dekat2 itu), terus kamu bingung harus bagaimana.

That's why, menurut aku, berteman dengan banyak orang itu penting. Aku waktu riset tentang kelainan kejiwaan kan tanya mbak Shanti (@momomalili) karena doi psikolog. Aku tahu dari mana kalau dia psikolog?

karena aku tahu setelah baca cerita dia, aku ngobrol ngobrol cerita tentang aku mau masuk DKV, suaminya mbak Shanti ternyata dosen DKV, dst. Pas aku mau tanya tentang kelainan jiwa juga Aku tanyanya tidak langsung dengan tangan kosong. Maksudnya, semua orang punya kesibukan sendiri, dan mbak Shanti dosen kan. Kita juga harus tahu diri kalo mau tanya, harus ada persiapan. dan jangan sok tahu. Sebab, jelas ilmu kita dibanding mereka yang mumpuni itu jauh.

Aku waktu dulu riset, karena juaraaaangg banget ada artikel berbahasa Indonesia untuk bahan riset yang aku butuhkan, aku akhirnya terpaksa baca yang berbahasa inggris. Ini bukan berarti "ah Troia mah memang jago bahasa inggris". Kagak siah. Pas aku pertama baca artikelnya juga tidak ada yang masuk ke otak. Vokabnya rada sulit, jadi kudu buka kamus. Cuma, namanya kamu riset, kalo memang bener- bener riset ya harus totalitas. Aku berusaha memahami isi artikel dan beberapa jurnal, tapi setelah aku post chapter yang ada tentang riset tersebut, aku minta tolong mbak Shanti periksa dan ternyata ada salah juga sih di riset aku. Dari situ baru aku tanya2 ke mbak Shanti tentang risetku.

Oya. Tips riset yang paling perlu kalian kecamkan: fokus.

Jangan meluber kemana2.

Kamu butuhnya apa?

 Tentang kedokteran? kedokteran bagaimana? kedokteran pas kuliah atau pas kerjanya?

 kalau kuliah, ini kuliah S1 atau lebih tinggi? lagi semester berapa? kuliah di Indo atau di luar negeri?

 tokoh yang jurusannya kedokteran yang mau kamu riset ini posisinya adalah tokoh utama atau tokoh sampingan ajah?

 kalau tokoh utama, apakah cerita akan banyak bersetting di kampusnya? kalo iya, berarti kamu harus paham juga sistem kampusnya kayak gimana, biar cerita kamu  bisa berasa lebih hidup.

Intinya, "dikerucutkan" topik yang mau kamu riset biar fokus. Jadi biar lebih hemat waktu pas riset.

Itu caranya riset ada 4 sih sebenarnya. dua lagi dengan baca buku dan nonton film.

 Tapi first and foremost harus googling

««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««

SESI TANYA JAWAB;

Q1 :
Untuk cerita bergenre fantasi, bagaimana cara melakukan riset? 
Kan kalau cerita fantasi biasanya kebanyakan dunia khayalan. Apa tidak apa2 menulis tentang sesuatu yang sangat tidak masuk akal gitu?
Terima kasih.

A1:
Fantasi setahu aku ada low fantasy sama high fantasy (cmiiw, untuk lebih lanjut silakan googling). kalo low fantasy setahu aku macam twilight atau vampire diaries, werewolf dll gitu dan kamu risetnya lebih ke riset tempat dan dunianya si tokoh.

Kamu riset apa yang  kamu butuhkan ajh. fantasi  lebih kayak, Kamu bikin universe sendiri, dan kamu harus fokus dengan ketentuan yang dari awal udah kamu bikin. misal, bikin cerita vampir dan kamu bikin ketentuan bahwa kalau si vampir kena matahari, dia bakal ter bakar. Ya harus gitu terus sampai tamat. Kalau tiba-tiba si vampir keluar pas matahari ada dan dia oke2 ajah, berarti harus ada alasannya. Sebab-akibat.

Q1a:
Berarti high fantasy, masih butuh risetkah kak?

A1a:
Aku rasa sih iya toh risetnya beda. Bagaimana ya. kayak, misal mau bikin fantasi kayak komik garudayana. Itu si komikus bikin universe sendiri dan tidak ada sangkut pautnya sama dunia yang kita singgahi.

Q2:
Aku kan mau riset tentang jurusan sastra ya Kak,  dibayanganku sih nanti ada yang namanya review atau mungkin membedah karya sastra sastrawan, jadi kalau misalnya saya cari tentang bahan kritik sastra,  terus dari sana saya ambil poin-poinnya,  itu nggak masalah kan ya?

A2:
Maksudnya? misal tokoh kamu mau bikin kritik buat novel Saman Ayu Utami, terus kamu cari di Google tentang kritik untuk Saman, dan kamu ambil poin2 dari artikel tentang kritik Saman itu buat cerita kamu?

Menurut aku tak apa asal jangan persis sama. Kamu pahami dulu itu kritiknya kayak apa, dan kenapa yang buat artikel memberi kritik demikian ke Saman. Terus kalo udah paham poin2nya, kamu tuliskan dengan bahasa kamu sendiri di cerita kamu.

Q3:
Menurut kakak, seberapa penting peran riset dalam sebuah cerita? Apakah boleh sebuah cerita hanya berdasarkan hal yang kita ketahui saja?

A3:
Penting banget. 

kalo ada orang bikin cerita asal2an itu... itu dia niat nulis apa tidak?

 buku adalah jendela dunia.

 Jangan sampai cuma mentang2 kamu bikin novel fiksi, maka segala hal kamu bikin fiksi juga. Kecuali kalo genre kamu kayak Ziggy Zesyazeoviennazabrieski atau Haruki Murakami.

Tapi kalo kamu mau bikin cerita berdasarkan apa yang kamu tahu, boleh2 aja.

Tapi tergantung juga sih. kalo misal kamu mau bikin cerita tentang mahasiswa jurusan peternakan tapi kamu sendiri bukan anak peternakan ataupun punya kenalan anak jurusan peternakan, tapi kamu mau nulis "Setahu aku ajah" sesat nanti cerita kamu.

Tapi, kalau kamu misal anak jurusan sastra dan memang mau bikin cerita mahasiswa jurusan sastra juga, ya itu otomatis kamu menulis apa yang kamu tahu.

Cuma, yang namanya nulis tidak akan lepas dari riset sih kata aku, mau itu kamu nulis apa yang kamu tahu, nulis fantasi, dll

Betul, jadi riset itu benar mendukung kita untuk menulis.

Satu hal yang harus kita camkan ya, jangan memberikan info sesat dari tulisan kita.

Karena setiap tulisan akan dipertanggungjawabkan.

kayak bikin cerita CEO, kerjaanya mengejar gadis terus ke sana kemari., ONS, ena2, blengcek, blablabla...

itu perusahaan kapan diurusnya?

Q4 :

Jadi saya mau tanya Kak, saya mau riset tempat gitu tapi di luar kota atau di luar negeri deh. Dan sedangkan saya tidak pernah berkunjung ke sana Kak. Misalnya mencari ke google itu belum tentu kepastiannya kan, Kak karena saya belum pernah ke sana jadi agak ragu. Kalau saya buat imajinasi tempat itu menurut saya apa itu lebih baik Kak?
Tempatnya di Jakarta Kak tapi nama jalannya mengayal gitu bagaimana? Salah ya?

A4:
Jangan. Nanti kamu diprotes orang Jakarta, haha.

Aku yang protes Nanti wkwkwk

Tapi sebenarnya ada sih cerita yang kek gini. tapi, biasanya ditulis di bagian awal (macam author's note) bahwa jalan itu fiksi. Sastrawati namanya Laksmi Pamuntjak pernah bikin RS Fiksi di Pulau Buru, tapi sisanya dia riset sudah bikin pala aku pusing bacanya saking banyaknya yang dia masukkan ke dalam buku dia.

Q4a:
Saya ambil setting Jakarta bogor kak.. pasti familier sama pembaca yang tinggal di sana. Tapi saya orang Surabaya. Tidak pernah ke sana. Mengandalkan gmaps. Takut dengan situasi. Misal saya ambil tempat sepi, eh malah saya tulisnya tempat ramai yang tidak saya ketahui, dan tidak gogle prediksi. Itu bagaimana enaknya risetnya, Kak. G maps juga tidak sampai memetakan hal seperti gang2 kecil, serta ukuran lebar jalan di Jakarta. Saya takut menyesatkan.. karena saya ambil lokasi kumuh.

A4a:
Punya teman orang bogor? atau teman yang tinggal di bogor? tanya ajah ke mereka. kalo menurut Aku kebutuhan kamu buat riset sudah sampai ke tahap butuh narasumber. TAPI, kalau kamu cuma butuh 'tempat kumuh' jah, tidak butuh sampai didetailkan tempat kumuhnya dimana, kamu imajinasikan ajah tempat kumuh itu. Jakarta mah sudah pasti ada tempat kumuh di kolong jembatan. Kalau bogor kurang tahu siah

Q4b:
Misalnya kan kita sudah riset tentang setting luar negeri di google, nah, kadang riset yang kita kumpulkan itu banyak banget. Apa semuanya kita masukan ke cerita kita atau kita pilih-pilih saja sisi yang paling menariknya?

A4b:
Pilih sebutuhnya

Q4c:
Kak, saya riset latar luar negeri, tepatnya di Venesia. Nah, untuk lokasi dan nama jalan, memang di sana itu sulit (kata google), situs lain juga berpendapat yang sama. Saya menghabiskan waktu berjam2 hanya untuk mencari lokasi. Webnya kg pada bahasa Italia. Jadi, ada tidak sih saran atau tips kalau kita mentok diriset, apa yang harus kita lakukan? Soalnya kadang tidak ketemu, bisa buat ceritanya malah tidak jalan.

A4c:
Dikerucutin dek. jangan terlalu 'lebar' gitu riset kamu. Kamu mau riset di Venesia, tapi butuhnya apa? hotelnyakah? budaya penduduknyakah? perahu yang biasa lewat di sungai itu biasa beroperasi dari jam berapa Sampai jam berapakah? Dikerucutkan dulu fokus kamu, biar tidak meluber2 risetnya.

Q4d:

Aku pernah buat tempat semacam bukit gitu yang bener hasil imajinasi aku. Aku bahkan tidak tahu tempat kayak gitu benaran ada apa tidak. Nah, ini bagaimana?

A4d:
Biar in aja. Memang kenapa?

Q5:
1. Tadi kan Troia bilang riset bisa melalui googling atau tanya narasumber. Nah, kalau riset melalui novel atau buku dengan tema serupa (semacam benchmark) itu boleh tidak sih? Kan itu fiksi juga, takutnya hal yang ada di situ tidak nyata.

2. Misal kita mau buat cerita setting Jepang dengan tokoh Jepang juga. Masuk akal tidak sih, tokohnya mengunjungi ikon-ikon wisata terkenal? Kan tokohnya asli Jepang, masa mereka mengunjungi tempat yang 'biasa' ada di sekitar mereka.
Terima kasih

A5:
1. Pastiin lagi aja, dengan googing.

2. Aku orang ke Jakarta. wajar ajah sih kalo aku ke Monas yang notabene ikon Jakarta. jadi, wajar ajah. Kecuali kalo kami bikin karakter kamu berpikiran semacam 'buat apa aku ke Tokyo Tower? Orang dulu pas kecil sudah sering. Toh dari dulu sampai sekarang tidak banyak yang berubah juga'. balik ke karakter juga sih.

Q6:
Jadi gini Kak. Riset ini agak membahayakan sih. Soalnya aku mau riset tentang bagaimana rasanya di dalam kamar mayat dalam 30 menit. It's mean yah cuma untuk membangun karakter tokoh utama dalam cerita. Semisal hanya melihat lewat film atau Youtube kurang gereget. Apa riset kayak gini bisa mempengaruhi banget atau malah tidak perlu?

A6:
Tergantung kebutuhan dek. kenapa kamu harus sampai mau di kamar mayat 30 menit? mau uji diri? kenapa harus sampai ke kamar mayat 30 menit gitu? mau merasakan rasa mencekamnya?

you dont have to do that kalau memang cuma butuh rasa mencekam doang. Kamu bisa sedih kalau liat di TV ada orang tua yang sudah renta tapi masih kerja keras yang upahnya tak seberapa untuk membiayai cucu2 mereka? Kamu tak perlu berada dalam posisi orang itu untuk merasakan kesedihannya. sama aja kayak kamu tidak perlu berada di kamar mayat kalo kamu cuma butuh rasa mencekam.

Tapi, kalau ingin riset dengan apa saja pengalaman berada di kamar mayat, bisa riset juga kan ke penjaga kamar mayat, atau petugas forensik mungkin? Balik lagi kekebutuhan.

Q6a:
Berarti kak, kalo riset tempat itu seperti yang sudah dijelaskan di atas, kita juga tidak boleh salah menyebut bangunan2 yang ada di kota/negara itu ya, misal sekolah, kantor, jalan, mal, dll, dan kita juga harus tahu bagaimana bentuknya, gitu?

A6a:
Tergantung kamu butuhnya bagaimana. Kalau kamu lagi riset kota kecil di Jerman bernama Rothenburg ob der Tauber, dan kamu bikin adegan tokohnya duduk di stasiun, kamu harus riset dulu di sana memang ada stasiun apa enggak. Intinya gitu

A7:
Kak, misalnya ada cerita yang membubuhkan tentang perwira (Akpol), tetapi hanya sebagai pelengkap. Apakah kita juga membutuhkan riset?

Tergantung kamu butuhnya apa.

Misal kamu cuma menyebut "Suami dari Tante Ridha merupakan lulusan Akpol" terus itu cuma satu kalimat, dan tak akan kamu ungkit2 lagi, ya tak usah riset sih. kecuali kalo Kamu menyebut si "suami tante Ridha merupakan lulusan akpol, dia bisa masuk akpol karena memang orang kaya dan pintar. berbeda dari Lukman yang harus menempuh dari Bintara dulu." (please jangan jadiin referensi, aku cuma nulis berdasarkan kata teman aku aja, cek lagi setiap informasi yang kamu dapat).

Silahkan pesan dan doa penutupnya.
sebelumnya, maaf kalau kata-kata aku menyakitkan ya.

Pesanku simple sih:

Sebenarnya gini sih, dari pengalaman aku jadi mentor selama beberapa kali aku nangkepnya penulis wattpad yang masih baru/awam  masalah utamanya satu: malas membaca.

Percaya, kamu tak bisa jadi penulis kalo Kamu malas baca. Maksud aku dalam membaca itu bukan cuma baca novel2 lain sebagai referensi, tapi juga baca di google atau buku, baik buat riset ataupun buat menyelesaikan masalah2 nulis kamu. Masalah nulis semua anak yang nanya2 ke aku sebenarnya hampir semuanya bisa dibalas dengan satu jawaban: googling dek. Kalau malas baca Tak usah jadi penulis. Kalau cuma mau tenar di Wattpad tak usah jadi penulis. Nulis tak ada yang gampang, dan semua masalah ke penulisan yang menimpa kamu itu adalah bagian dari proses belajar menulis itu sendiri. Budayakan membaca sebelum bertanya.

Doa aku, semoga kalian yakin dengan jalan yang kalian pilih buat jadi penulis.(AAMIIN) Sekian.

Terimakasih kasih banyak Kak troai telah meluangkan waktunya berbagi ilmu di sini.

Jazakallahu khoir ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro