56. Premis

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Materi: Premis
Hari/Tanggal: Selasa, 25 April 2017
Tutor: Nurul Izzati verbacrania
Notulen: irmaharyuni
Disclaimer: thewwg

=====>>>>>=====<<<<<=====

Sebelumnya, yang perlu saya ingatkan kalau posisi saya di sini untuk berbagi. Bukan saya lebih tahu, tapi mungkin mencoba memfasilitasi teman-teman untuk bahasan kali ini.

Nah, sekarang berhubung materinya adalah premis ... apa sih yang teman-teman tahu tentang Premis?

(+) Premis adalah apa yg dianggap benar sebagai landasan kesimpulan.

Oke, itu sudah benar. 

Premis adalah ide dasar cerita yang menggambarkan keseluruhan kesimpulan cerita. Kita bahas pelan-pelan apa itu premis, ya....

Sebelum kita lanjut, coba saya mau tanya, sudah berapa lama teman-teman menulis?

(+)Sudah sejak TK tapi baru ditekunin 2 tahun yang lalu

(+)Baru setahun kak

(+)Sejak awal tahun 2016, tp skrg udh jarang

(+)Dulu bgt kak di tahun 2011,  vakum 4 tahun lbih, 2016 bru nulis lgi

Nah, lalu ide cerita yang seperti apa sih premis itu?

Pernah membaca fiksi tentang: cinta di dalam pernikahan?

(+)pernaaaah

Sekarang kita kupas pelan-pelan ya..., biar sama-sama ngerti.

Kalau hanya: cinta di dalam pernikahan, maka itu belum bisa disebut premis. Kenapa?

Karena, premis yang baik harus mengandung 3 unsur, yaitu:

1. karakter yang memiliki keinginan
2. konflik
3. penyelesaian

Sekarang perhatikan contoh premis berikut ini:

1. Adakadabra yang diucapkan untuk mengeluarkan kelinci dari topi
itu sudah menggambarkan premis belum?

(+)Belum.

Kenapa belum?

(+)Karena belum meniliki penyelesaian

Yup!  Karena, yang pertama, karakternya ngga ada, konfliknya juga ngga ada, apalagi penyelesaian.

Bedakan dengan yang ini: 

2. Seorang pesulap senior ingin menggelar pertunjukan spektakuler, namun ia kehilangan kemampuannya secara tiba-tiba, lalu ia memutuskan berguru pada muridnya.

How?

(+)Itu lengkap, memenuhi 3 unsur

Sampai di sini, bisa ditangkap penjelasannya? Tentang apa sih itu premis? 

(+) Iya ... bisa.

Jadi, kalau membuat suatu cerita, tapi karakter kalian tidak bergerak ke mana-mana (TIDAK MEMILIKI KEINGINAN), maka cerita itu pasti nggak asyik, membosankan.

Cerita bergerak karena karakternya memiliki keinginan. Intinya begitu.

Udah pada baca Harry Potter belum? Btw, ini novel kesukaan saya :p

(+)Saya belum kak 

Nah, sedikit saya cuplik dari Harpot buku pertama.

 Yang menggerakkan cerita adalah keinginan Harry menemukan batu bertuah, hingga ia melalui segala macam rintangan. Ini yang saya maksud dengan karakter memiliki KEINGINAN.

Kalau karakter kalian nggak punya keinginan, selesai udah deh ngga ada cerita lagi.
YA, itu tujuan.

Nanti kita bahas itu sedikit lebih dalam di akhir ya...


Ngapain sih ada premis:

1. Mengikat cerita agar fokus pada inti cerita, tidak meluber ke mana-mana
2. Agar cerita dapat ditangkap pembaca, siapa karakternya, apa keinginannya, apa yang terjadi, dsb

Nah, fungsi premis salah satunya adalah untuk menjaga kita agar nggak ke sana-sini ceritanya menjadi melebar, dan menyuguhkan cerita tapi nggak nyambung.

  Jadi, kita bahas tentang pesulap tadi ya...  

Saat kita menulis tentang konflik si penulis, pentingkah kita menceritakan dia dapat kelinci dari mana? belinya sama siapa? harganya berapa?

(+)Gak penting-penting banget, Kak Nu.

(+)Tergantung kak, kalau kelincinya masuk ke dalam konflik itu penting.

Kok tergantung? Ini masih seputar pesulap tadi ya.... 

Premisnya tadi : Seorang pesulap senior ingin menggelar pertunjukan spektakuler, namun ia kehilangan kemampuannya secara tiba-tiba, lalu ia memutuskan berguru pada muridnya.

Nah, saat menulis cerita, kita memasukkan harga kelinci. Kira-kira nyambung nggak? Atau dibutuhkan atau enggak untuk premis tersebut?

(+)Enggak.

Nah, betul! Kurang tepat, terlalu mlebar tidak mendukung. 

Sekarang kalau yang ini: Perlukah kita memasukkan adegan masa lalu si pesulap sampai dia kehilangan kemampuannya?

(+)Yang itu perlu banget. Karena sebab akibat.

Nah, ini tadi gunanya premis teman-teman. Menjaga kita biar tetap berjalan di REL yang diperlukan oleh cerita, nggak melebar ke sana kemari semacam sinetron Malagoar Naik Haji.

Jadi premis untuk menjadikan cerita lebih konsisten pada arah tujuannya.

Jadi, saat kita membuat cerita, sudah ada PREMIS sebagai pagar kita menuliskan outline.

PREMIS ini buat menjaga kita biar nggak memasukkan adegan hanya karena kita INGIN, tapi... adegan yang mendukung dan berdampak untuk cerita.

(-)Emang enggak boleh ya kak memasukkan adegan karena kita ingin?

Nggak boleh, kalau adegan itu tidak berkontribusi sama sekali terhadap jalan cerita.

Nah sekarang coba yang ini.

Pada tau Cinta Laura?

(+)tauuuu

Nah, saat kita menuliskan dialog cinta: Syudah ujan, becyek, nggak ada ojyek, ini perlu nggak?

(+)Perlu, kalo memang karakternya seperti itu dan harus konsisten dr awal smpai akhir cerita.

(-)Perlu? Kenapa? Kan nggak nyambung Nu ke jalan cerita. 

Hei ... hei ... tapi inget, dialog Cinta yang belepotan itu secara utuh menggambarkan kekuatan karakternya. Jadi masuk ke karakter. ITU PERLU.

Bedakan dengan pesulap tadi.

 Jadi, harus pandai menimbang-nimbang mana yang perlu dimasukin dan mana yang nggak. SELALU tanyakan KONTRIBUSI ADEGAN dalam suatu cerita.

Kalau, nggak berkontribusi sedikit pun, jadi nggak usah.

Fungsi premis tadi, menjaga kita tetap di koridor cerita.

Intinya, fungsi premis itu menjaga kita biar nggak keluar jalur. Termasuk semua unsur2nya. Plot, Karakter, Dialog, Twist, dll.


SESI TANYA JAWAB:

Q1: 

a. Apakah dalam membuat dialog memerlukan pertimbangan atau batasan tertentu? Dalam artian dialog tersebut harus bermutu. 

b. Apakah sah-sah saja, jika dialognya tidak dimunculkan aksen? 

c. Apakah pengunaan dialog tag dapat membuat pembaca menebak karakter?

A1: 

a. Nah untuk dialog, semestinya bukan sekadar menyalin percakapan, tapi dengan rekayasa, agar tercipta gambaran:

Siapa (who) mereka?
Apa (what) yang terjadj?
Mengapa (why) itu terjadi?
Di mana (where) itu terjadj?
When (kapan)?
Dan yang paling penting, HOW -- Bagaimana konflik itu terbangun.

b. Apakah boleh tanpa aksen?Boleh. Tapi, aksen salah satu yang memperkuat karakter juga. Bisa mampir ke lapak Mbak rosisimamora di wattpad, beliau editor GPU. Dan bisa dilihat bagaimana aksen tokoh-tokohnya dalam memperkuat karakter.

c. Dialog tag itu biasanya kata kerja yang disisipkan setelah atau sebelum dialog, untuk keterangan /acuan dialog. Tujuannya untuk menguatkan ekspresi . Misal: ujar, seru, kata, jawab, bisik, teriak, sanggah, titah, dll.

Kalau untuk memperkuat karakter, biasanya dengan DESKRIPSI tokoh.

Nah, dialog tag itu digunakan untuk mempertajam ekspresi. apakah bisa untuk menebak karakter?

 Ngga terlalu, mungkin ada karakter yang terus-terusan pake teriak, pake seru. Tapi ada yang pendiam dg lirih dsb. 

Tapi, tujuan utama dialog tag bukan untuk menebak karakter. Tapi untuk kejelasan, keterangan dalam dialog, dan membantu dalam mempertajam ekspresi.


Q2:

a. Kalau mendeskripsikan setting secara berlebihan dalam narasi, itu termasuk penyimpangan dari track bukan, kak?

b. Apakah premis bisa disebut juga dg topik? apakah benar jika saya menyimpulkan urutan yg benar adalah tema --> topik --> premis? Atau tema langsung masuk premis, kak?


A2: 

a. Menulis itu tentang rasa, Kang. Ngga ada standar bakunya. Tapi, jika dirimu sudah merasa itu berlebihan, lenyapkan saja :)

b. Topik, tema itu hampir sama. Sama-sama tentang pokok pikiran. Tapi, premis biasanya lebih spesifik, hingga isinya sampe ke konflik dan penyelesaian.

Topik/ tema: perselingkuhan dalam pernikahan.
Premis: cowok A dan cewek B bercerai karena salah satu pihak ditengarai berselingkuh, padahal hanya salah paham.

kelihat bedanya?

Premis seperti yang disebutkan tadi, ya. 

Premis: seorang cewek gemuk yang tidak punya pasangan, berusaha menurunkan berat badannya agar dilirik laki-laki, tapi pada akhirnya dia paham bahwa bukan soal berat badan yang bermasalah, tapi soal kepribadian dia.


Q3: Apa perbedaan premis dan kearngka karangan?

A3: Nah, untuk  kerangka karangan atau biasa disebut outline itu adalah anaknya, atau turunan dari premis yang dijabarkan menjadi pokok pikiran tiap bab :

Outline bab 1: •
Setting: Kamar Gema (Sabtu, pukul 3 sore). Gema mengutuki jarum timbangan yang selalu lari ke arah kanan begitu melihat jempol kakinya. Gema mencurigai timbangan memiliki radar terhadap jempol kakinya dan melonjak tak terkira. Gema mengoceh bahwa timbangan ini tidak mendukung aktivitasnya sama sekali dan mengancam akan menggantinya. (Gema memiliki kebiasaan untuk berbicara pada benda mati sekali pun).
• Gema mendesah, ia harus bergegas pergi ke kafe De Latte yang sudah memintanya untuk mencicipi makanan andalan di kafe tersebut dan mempromosikannya. Gema bertekad akan menahan porsi makannya supaya timbangan lebih bersahabat dengannya.
• Awalnya Gema cuek terhadap berat badan, namun akhir-akhir ini banyak baju yang sudah tak muat ia kenakan.

dst

Kerangka karangan adalah alur/ jalan ceritanya. Jadi penjabaran dari premis, dibuar jalan ceritanya satu persatu. Biasanya tiap bab.


****

Terima kasih untuk ilmu yang sangat bermanfaatny,a Kak, dan terima kasih juga sudah bersedia meluangkan waktu untuk malam ini.

Jazakallahu khoir.

Terima kasih untuk kerjasamanya juga. Semoga berkah...
Aamiin...

====****====


Mohon maaf apabila ada salah kata dan tulisan. Kami menerima kritik, saran dan pertanyaan. By admin Irma.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro