62. Mengembangkan Karakter

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Materi: Mengembangkan karakter

Waktu: Rabu dan Kamis, 17-18 Mei 2017

Tutor: Bryna Mahestri brynamahestri

Notul: Ardan

**********************************************************************************************

Karakter=watak

Sedangkan karakter itu sendiri adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.

Lalu apa hubungannya karakter dengan cerita fiksi?

-tanpa karakter, cerita gak bakal jalan.

-Karakter yang menentukan jalannya sebuah cerita

-Karakter menggerakkan cerita fiksi

Nah, karakter adalah hal yang paling penting dalam sebuah cerita. Dengan karakter yang jelas, kita bisa menemukan banyak masalah antar tokoh, sehingga bisa menjadi satu cerita yang menarik. Pembentukan karakter sangat berpengaruh pada cerita yang akan kita buat.

Oleh karena itu, buatlah karakter yang kuat. Karakter yang kuat di sini maksudnya bukan berarti harus berbadan kotak-kotak kaya kasur palembang, atau cantik luar binasa yang bisa bikin cowok klepek-klepek.

Melainkan karakter itu memiliki keunikan, tidak stereotip, dan mampu membuat pembaca berfikir bahwa karakter tokoh karangan kita itu benar-benar ada di dunia nyata.

Cerita fiksi tanpa adanya karakterisasi atau penokohan, adalah cerita yang bisa dikatakan sangat tidak menarik.

Sebisa mungkin, jangan buat karakter yang berlebihan. Misalnya, kalau jahat, ya, jangan jahat banget, nggak ada baiknya sedikit pun. Sebaliknya, kalau dia baik,ya, terus jangan baik banget, nggak pernah sedikit pun jahat, atau nggak ada sifat buruk secuil pun.

Carilah karakter yang natural, yang manusiawi. Yang bener-bener ada di sekeliling kita. Orang, kan, nggak sepenuhnya baik dan nggak sepenuhnya jahat.

Coba, apa saja macam-macam karakter?

-Ceria

-Pemarah,

-Pendiam

-Egois,

-Penyabar, dll.

Pemarah, Penyabar, Ceria, Pemaaf, Tidak percaya diri, Bijaksana, Pendiam, Pendendam, Pengkhianat, Penyayang, Penakut, Pembenci, Pemalas, Rajin, Sombong, Cuek, Penghina, Munafik, Jujur, Licik, Egois, Iri, Tamak, Setia, Buas, Jinak, Eksentrik, Hemat, Boros, Pelit, dll.

Itu adalah contoh karakter

Masih buanyak lagi macemnya

Dan, manusia (baik real atau fiksi) biasanya punya lebih dari 1 karakter

Nah, di sinilah tugas pengarang utk menciptakan suatu tokoh yg berkarakter unik, tapi tidak bertolak belakang.

Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra, kebanyakan berupa manusia, atau makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh cerita itu haruslah hidup secara wajar, mempunyai unsur pikiran atau perasaan yang dapat membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan, sehingga pembaca merasa seolah-olah berhadapan dengan manusia sebenarnya.

Intinya, tokoh dalam cerita ini harus seperti manusia pada umumnya. Hanya bedanya, dia tak dapat kita sentuh secara fisik.

Kita nggak bisa seenaknya menciptakan dunia di luar logika para pembaca. Artinya kalau kita menciptakan seorang tokoh, maka sebaiknya pakai nama, latar, peristiwa dan tokoh seperti keberadaannya di dunia nyata. Penciptaan tokoh ini harus benar-benar seperti manusia. Kecuali, kalau cerita kalian fantasi.

Bagi kalian, tokoh dalam cerita yg kalian buat itu apa? Maksudku, si tokoh ini sbg karya fiksi atau sbg manusia?

-Manusia asli

-Sebagai pemeran

Bener, tokoh fiksi itu sama spt manusia. Dia punya perasaan, dia punya tujuan hidup, dia punya keinginan.

Dan, kesemuanya itu mesti ada benang merahnya.

Harus logis.

Tokoh dalam cerita kita, juga menempati posisi strategis sebagai pembawa pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin kita sampaikan. Bukan cuma tokoh protagonis yang bisa menyampaikan pesan, Antagonis pun bisa sbg penyampai pesan moral.

Untuk jenis-jenis penokohan, kalian bisa baca di sini:

http://www.rifanfajrin.com/2016/03/pengertian-tokoh-dan-jenis-jenis-tokoh.html?m=1

Atau bisa baca di work Kelas Menulis WWG, di sana kumpliiit

Dlm karya fiksi, fungsi tokoh utama ini sangat penting. Karena pembaca mengikuti alur cerita karena mengikuti gerak tokoh utama cerita.

Sebuah cerita tidak mungkin hidup tanpa adanya tokoh pemeran di dalamnya, karena pada dasarnya cerita adalah gerak dan laku dari tokoh. Tanpa ada pelaku yang melakukan perbuatan, segalanya tidak mungkin terjadi.

Nah, peristiwa, masalah, kejadian atau konflik dalam cerita kita itu selalu dipengaruhi tokoh-tokoh yang saling bersinggungan. Tokoh-tokoh yang kita angkat sebagai pelaku jalannya cerita, mengalirkan arus dan membawa cerita mulai dari awal, klimaks hingga akhir.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan akibat dari gerak laku atau aksi tokoh-tokoh dalam cerita. Dan, itu semua sangat dipengaruhi oleh munculnya tokoh dengan berbagai karakternya.

Lalu, bagaimana cara melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi?

Oke, kalau aku biasanya melukiskan suatu karakter, lewat 3 hal.

1. Dari segi fisik, kita bisa menggambarkan karakter pelaku misalnya, tampang, umur, raut muka, rambut, bibir, hidung, bentuk kepala, warna kulit, dan lain-lain. Dari fisik, kita bisa ngambil ciri khas, misal jinong, hidung pesek, rambut kribo, kulit putih, berkaca mata, dll.

2. Dari segi psikis, kita melukiskan karakter tokoh melalui pelukisan gejala-gejala pikiran, perasaan dan kemauannya. Dengan jalan ini pembaca dapat mengetahui bagaimana watak pelaku. Misal, orang berkarakter pemarah, dia pasti memiliki pikiran yang berbeda dengan orang dgn karakter cuek. Ini bisa melalui narasi atau dialog.

3. Dari segi sosiologis, kita bisa melukiskan watak tokoh lewat lingkungan hidup kemasyarakatan, latar belakang keluarga, peristiwa yang dialami semasa kecil, pekerjaan, pendidikan.

Kalau untuk cara penyampaian karakter sudah ada di work wwg 'Kelas Menulis'.

Ada bermacam-macam metode di sana, bisa baca aja, ya

Kalau aku pribadi, yang baru aja berkecimpung di dunia kepenulisan, biasanya kalau mau bikin cerita mesti nyiapin ubo rampe

-Ubo rampe apa tuh?

Ubo rampe itu hal-hal kecil yg dibutuhkan, gitu. Hal-hal tersebut adalah:

1. Biografi Karakter

Buat list/daftar tokoh, beri keterangan, apakah si A protagonis atau antagonis atau peran pendamping atau cuma sekadar numpang lewat. Kalau aku biasanya udah bikin daftar panjang dulu sebelum outline, dari mulai nama mpe ciri-ciri khasnya.

Lalu jelaskan secara singkat latar belakang, kepribadian, hubungan si tokoh dengan beberapa tokoh/karakter kunci lain yang berperan di dalamnya. Tuliskan sebanyak-banyaknya, kadang aku udah nyiapin daftar nama, entah itu dipake atau enggak.

Menuliskan ini akan membantu kita menemukan apa yang dimiliki oleh tiap-tiap karakter dalam cerita. Misal dalam ceritaku ada tokoh Rania, nah ini udah kutulis peran dia sbg apa, fungsinya dia apa, karakternya apa, keluarnya kira2 kapan dan di mana. Trus hubungan sama tokoh utama apa? Hampir semua tokoh yg sering bersinggungan dgn tokoh utama kubikin daftarnya.

-Itu dimasukin semua ke cerita mba bry? Atau sekadar list saja?

List aja, Kubuat sebelum outline.

Jadi, sblm outline, aku buat karakter tokoh-tokohku dulu

2. Atribut Karakter

Nah, kalau nomor 1 tadi udah selesai, aku jadi punya gambaran 'oh, si A bakal seperti ini kalau ketemu B'. Setelah itu, baru aku mulai nyusun outline. Dalam membuat outline, pasti kita mulai memikirkan permasalahan kecil mpe klimaksnya, kan?

Nah, di sinilah biasanya aku lihat lagi daftar yg kubuat tadi. Misal ada kejadian A menimpa si C, maka si C akan bagaimana.

Intinya, jelaskan lebih jauh tentang mereka, bagaimana mereka dapat berkembang ke arah lebih lanjut. Atribut/perlengkapan di sini bisa jadi adalah secara fisik, emosi, intelektual, dan sosial.

Selanjutnya, tuliskan juga mengenai kemampuan atau pengetahuan yang akan didapat atau dikembangkan si tokoh dalam cerita. Tulis juga mengenai apa yang disukai atau yang nggak disukai oleh si tokoh.

Ini adalah aspek penting dalam pengembangan karakter, supaya pembaca dapat mengenali karakter tersebut sebagai manusia dengan segala kebutuhan, kelemahan, dan lainnya.

Kalau untuk bagian ini, aku biasanya cuma ngambil 3 tokoh aja. Protagonis, antagonis dan pendamping. Kalau kebanyaken malah bikin pusing. Yang penting di tiap adegan yg udah kubuat di outline, aku tahu gimana para tokohku ini bersikap. Jgn sampai karakter awal bertolak belakang sama perilaku dan ucapan si tokoh

3. Deskripsi Objek

Buat suatu "objek" yang paling penting bagi karakter kita. Yang aku maksud adalah sesuatu yang bersifat fisik, misal: lokasi, barang, perabotan, bau, mood, lingkungan, cahaya, suara, dsb. Segala sesuatu yang dapat kita hubungkan secara emosional pada satu atau lebih karakter.

Biasanya kalau ada objek khas kek gini, bisa menguatkan identitas suatu karakter di dalam cerita. Misal, di buku Harry Potter, pasti semua tahu peron 3/4 atau sapu terbang. Itu udah jadi ciri khasnya bgt, kan.

Nah, utk deskripsi tempat, aku juga udah punya daftar lokasinya. Jadi, pas riset kita tinggal lihat daftarnya. Tempat juga bisa menguatkan karakter, misal kita bikin cerita ttg cintaku di kampus biru, mungkin nggak kalo setting lokasinya di rumah sakit? Atau Harry Potter tapi nggak ada Hogwarts, gimana rasanya? Kaya sayur asem nggak pake garem.

4. Hubungan antara Tempat dan Karakter

Kalau nomor tiga tadi, kita cuma bikin daftarnya. Di sini kita hubungkan tiap lokasi atau benda dgn tokoh. Nggak cuma tempat, bisa benda, bau (misal tokoh punya khas bau ketek), cahaya (tokoh ini vampir, jadi takut cahaya), suhu (tokoh punya alergi dingin), dsb.

Hubungan emosional antara sang tokoh dengan tempat/objek dalam cerita sangatlah penting, biasanya untuk menguatkan imajinasi pembaca yang muncul atas penggambaran setiap tempat dalam cerita. Selain itu juga bisa pake ingatan tokoh utk memperkuat karakter.

Ingatan juga dapat dikembangkan, misal saat si tokoh kembali setelah lama menghilang. Hal-hal itu juga bisa dipakai untuk memperkuat dampak akibat perginya si tokoh, misalnya pas kecil si lakon ini hilang di stasiun, atau misal ayahnya lakon ini meninggal dunia, atau penyebab lain seperti pernikahan dan lainnya.

Kemunculan sebuah ingatan juga bisa dipakai untuk mengembangkan sebuah hubungan antar karakter/tokoh dalam cerita. Misal, ketemu mantan pacar yang pernah selingkuh sampai si tokoh trauma.

Dlm cerita, hubungan sebab akibatnya harus ditulis atau diceritakan dgn tepat, biar cerita logis

✔✔✔Sesi tanya-jawab✔✔✔

Q1

Biasanya kalau aku baca, bagian paling janggal adalah dialog. Dialognya kadang aneh banget kalau diucapin di dunia nyata. Kadang dialognya terlalu baku.

Pertanyaanku, gimana cara biar bikin narasi tetep baku sesuai EBI, tapi dialog tetep flaawless seperti dialog sehari-hari?

A1

Kalau dialog, sesuaikan juga sama karakter tokohmu. Kalau karakternya humoris, kamu bikin pake puebi yang saya, kamu, anda dan bener-bener baku, menurutku kurang pas.

Kalau utk dialog, tidak harus baku.

Kalau bikin dialig, coba kamu ucapin, aneh apa nggak.

Atau cari tumbal, minta orang lain baca dialogmu, kira2 kaku ato nggak.

Soale, kl dialog harus sesuai dgn karakter.

Kalau memang karakternya kaku, serius, umurnya sdh dewasa, pekerjaannya jg menuntut kedewasaan, dgn dialog baku wajar.

"Apakah Anda sudah makan?"

"Loe dah makan belom?"

"Eng, kamu ... sudah makan?"

"Nyet! Makan!"

Dialognya intinya sama, cm jadi beda penyampaian, tergantung karakter

Dan, tergantung masing2 pengarang. Ada yg mempunyai ciri khas berbahasa baku, ada yg biasa pakai bhs gaul.

*Tambahan dari Mbak Meth:

Misal ada dialog yg diterjemah dari b.ing:

Have you eaten?

Apakah kau sudah makan? --> masih kaku

Kau sudah makan? --> lebih luwes

Ambil makna kalimatnya. Jangan diterjemah kata per kata.

Q2

Misal ditengah perjalanan cerita si tokoh mengalami kejadian yg membuat karakternya berubah 100% apakah karakter yg lain perlu terpengaruh dengan si dia yg berubah itu?

A2

Pertanyaanku, apakah tokoh yg lain juga mengalami kejadian tersebut?

Kalau enggak, ya jgn berubah.

Kan, ada tokoh statis dan tokoh dinamis. Kalau tokoh yg lain itu bersinggungan dgn masalah, bisa berubah bisa enggak. Tergantung karakter awal si tokoh.

Misal, suaminya berubah jadi psikopat. Apakah istrinya yg penyayang itu tetap seperti karakter awalnya?

Nah, kl permasalahan seperti pertanyaannya Ghozz, berarti berubah. Krn psikopat itu salah satu gangguan psikologis, dan itu bisa nular.

-Kalau dari aku sebagai penulis, pengennya sih nggak.

Kalau pengin gak berubah, maka karakter si istri ini dikuatin, Ghozz.

Bikin cinta bgt sama keluarganya, bikin latar blkng klrga si istri ini bahagia, bikin si istri ini sbg pribadi yg ekstrovert.

Psikopat bisa nular kalau orang di dekatnya punya kepribadian lemah.

Q3A

Ide cerita ciamik, tapi saat eksekusi terasa hambar. Mungkin krna tokohnya yg mainstream, padahal udh dibuat list sepanjang 1 folio mengenai siapa sih tokoh A. Siapa sih tokoh B. Ada saran utk bisa membuat ga hambar lagi?

Q3B

Pernahkah terlintas, hanya dengan menyebutkan satu nama, misal--Ariesta Mayang Devanya-- terbayang tokoh itu membawa karakter seperti apa? Karena kayak kita aja, nama juga membawa karakter org itu.

Q3C

Eksekusi dalam narasi nantinya perlukah dituang semua yg aku buat list panjang tersebut? Mksdnya mengenai ciri2 fisik?

A3A

Aku pernah tanya ke Kak Al, dan jawabannya adalah konsisten. Selalu masukkan apa2 yg sudah kita buat di daftar itu ke narasi atau dialog si tokoh. Kaya misal di Harry Potter, tokoh Hermione ini diceritakan cewek pinter, kan. Nah, dalam narasi dan dialog pasti diungkit. Kaya kl ada guru tanya, pasti dia angkat tangan duluan. Yg penting konsisten.

A3B

Tergantung keunikan namanya, Macha.

Misal:

Sutiyem : ini pasti produk tahun 60an

Muhammad : ini muslim

Once: rada-rada playboy

Siti : kalem

Nama mmng bisa mencerminkan karakter, tapi nggak selalu.

A3C

Maksudnya semua?

Dari ujung rambut mpe kaki dideskripsikan gitu?

Kalau menurutku, seperlunya aja. Yang penting dan menunjang jalannya cerita.

Aku kalau bikin list mpe 2 halaman. Yg kepake cuma berat, hidung, sama jidat. Lainnya enggak, krn kalau kumasukin juga mubazir.

Q4

Mnurut mbak bry, bagaimana cara menentukan karakter tokoh utama (dari beberapa tokoh) dalam cerita (agar benar-benar cocok menjadi tokoh utama)?

Soalnya saya pribadi, tiap baca novel (pun nonton drama) selalu jatuh cinta pada second lead/bukan main character-nya, padahal sama2 manusiawi karakternya. Mohon sarannya, ya, Mbak.

A4

Bentar, ini cerita udah jadi atau baru mau bikin? Maksudnya biar kita sebagai penulis ini lebih menonjolkan tokoh utama, gitu? Kalau bikin cerita, nentuin tokoh dan karakternya dulu atau ide ceritanya dulu?

-Konteksnya mau bikin, Mbak. Beberapa karakter kan sudah ditentukan sebelum buat outline seperti yang Mbak Bry katakan tadi, dari beberapa tokoh (dengan sifatnya masing-masing) tersebut, tokoh mana yang pas untuk dijadikan karakter utama?

Oh gitu...

Kalau aku, dari awal sdh nentuin tokoh utamaku ini, karakter ini ini ini. Setahuku nggak ada panduan tentang karakter tokoh utama.

Apa pun karakternya, bisa jadi tokoh utama. Aku pernah bikin cerpen, judulnya Bawang Merah.

Yg kujadikan tokoh utama, si bawang merah.

-Nah.. biar ciamik ceritanya, bagaimana cara membedakan karakter tokoh utama dari karakter tokoh-tokoh lain agar bisa jadi kuat Mbak Bry?

Harus konsisten. Trus porsinya lebih banyak timbang tokoh lainnya.

Karakternya dibikin unik.

Q5A

Mba Bry, aku mau nanya. Kenapa sekarang itu banyak banget penulis yang hobby banget ngoleksi tokoh "Bad Boy" yah? Seakan-akan karakter tersebut menjadi nilai jual untuk para pembaca. Bagaimana Mba Bry menyikapi itu?

Q5B

Kadang aku susah nentuin bagaimana bisa karakter aneh ciptaanku bisa mudah diterima sama para pembaca. Boleh dikata mainstream. Bagaimana menurut Mna Bry tentang karakter yang seperti ini?

Q5C

Aku masih rada-rada bingung untuk meletakkan umur pada sebuah narasi. Kalau dijelasin di awal, sdh biasa. Trus di tengah-tengah, bingung di mananya. Jadi aku butuh saran, gimana cara untuk mendeskripsikan umur para tokoh tanpa harus menjelaskan terlalu panjang?

A5A

Tergantung selera. Aku nggak bisa komentar, ya, karena sekali lagi itu hak prerogatif penulis. Kalau mau nurutin pasar monggo, enggak juga monggo.

A5B

Kembali lagi ke niat awal kamu nulis. Untuk menjaring banyak pembaca atau untuk kepuasan pribadi?

Aku nulis 2 kali, sepi pembaca, krn menurutku temanya agak membosankan dan unsur romantisnya minim. Kalau ada yang baca, syukur alhamdulillah. Kalau nggak ada, ya untuk arsip anak cucuku nanti.

😁😁😁

A5C

Umur? Bisa pakai jenjang pendidikan, misal tokoh 17 tahun, bisa ditulis remaja kelas 2 SMA.

Atau umur 25th, seperempat abad.

Bisa disisipin di dialog, bisa di narasi.

Q6

Bagaimana cara membuat karakter fiksi yang sesuai dengan pahlawan jaman dulu? Apa itu cukup riskan? Kira-kira kalau di buku sejarah kan biasanya hanya seputar klise aja, misal rajin belajar, pemberani, dll. . Tapi kalau masalah dialog, itu ribet nggak sih? Mungkin ada tips? Misal aku mah buat karakter yang reinkarnasi dari salah satu pahlawan. Apa harus sesuai pahlawan tersebut?

Q6

Jujur, aku belum pernah bikin historical. Tapi kalau reinkarnasi, berarti dia hidup di jaman sekarang?

Kalau mau persis sama karakter tokoh asli, ya risetnya yg buanyaaak...

Tapi kalau reinkarnasi, menurutku, ambil beberapa ciri khas dan pemikirannya.

**********

Sekian materinya. Terima kasih sudah mau menyimak.

====****====

Terima kasih atas kesempatan, waktu, dan ilmunya Kak. Jazakallahu khoir.

****

Mohon maaf apabia ada salah kata dan tulisan. Kami menerima kritik dan saran.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro