17. Jeweren Buat Daniyal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Daniyal lagi asyik di halaman belakang. Nangkring pagi-pagi sambil mancing. Enggak sendiri, di sampingnya ada Juned. Biasa, anak Mpok Nira satu itu suka banget ngintilin tantenya yang punya gen lebih buat jadi pamannya. Jadi Nira tenang aja nitipin Juned ke Daniyal. 

“Dan, lo lihat tas aye kagak? Yang warna merah itu loh, di kamar aye.”

Daniyal noleh begitu ada Mpok Jenny yang udah dandan cakep. “Kagak. Gue kagak ke kamar Mpok. Nyelip di tumpukan baju kali. Mpok kan sering gitu.”

Jenny manggut-manggut. Mau balik badan, Daniyal langsung kepo. “Cakep amat, Mpok. Mau kencan sama Abang Kai?” Jenny mengangguk. “Emang Babe setuju?” 

Jenny ngangguk malu-malu, terus pergi gitu aje. Daniyal cuma bisa mesem lihat kelakuan bucin empoknya.

Daniyal lanjut lagi fokus sama pancingan. Pagi yang indah bagi Daniyal setelah kejadian beberapa malam lalu. Di mana dia sempat mendapat amukan dari srigala betina di rumah, alias Mpok Bella. Salah Daniyal sendiri juga, bandel kok kelewatan. Habis dicakar-cakar. Untung ada Babe, jadi Daniyal masih bisa napas sampai sekarang. Kalau kagak, posisi Daniyal udah di Jahanam sekarang. Biasa, catatan dosanya lebih banyak daripada amalnya. 

"Ned, jangan keluarin ikannya dari kolam," ujar Daniyal ke Juned waktu liat keponakannya itu ngeluarin ikan koi milik Babe dari kolam. 

"Tapi Juned mau belenang."

"Ikannya jago berenang, Juned. Daripada dikeluarin dari kolam minta diajarin sana!"

Juned yang dapet teguran dari tantenya cuman bisa manyun asem di dalem kolam. Daniyal sendiri masih asyik ngupil sambil ngawasin Juned yang main di kolam ikan. Tapi enggak lama setelah itu Hanna datang dengan wajah ditekuk-tekuk. Mana langkah kakinya kayak orang baris bebaris. Entak sana sini.

"Ngapa lo? Wajah ditekuk kek kertas bungkus cabe, jalan kayak orang pengibar bendera."

"Babe, Dan! Babe!!"

"Napa? Kepergok ke rumah Cing Badriah?"

"Bukan!"

"Ya terus? Hape lo disita lagi?"

"Bukan, Dan!"

"Ya apa kalo gitu! Gue kasih pancingan pagi ini ya lo."

Hanna memicingkan matanya seraya menatap jijik ke arah Daniyal yang memperlihatkan pancingan dari hidungnya; upil. Setelah itu bibir Hanna semakin maju lima sentimeter. 

"Babe kagak mau kasih duit, Dan."

"Oh."

Daniyal kena gaplok Hanna. Hanna enggak habis pikir, Daniyal ini punya hati atau enggak sih? 

"Bantuin kek. Gue lagi butuh duit ini!"

"Gitu doang mah gampang. Kecil," remeh Daniyal. 

"Sini, gue kasih tips."

"Gimana-gimana?"

Hanna merapatkan tubuhnya ke Daniyal. Mendengar tips yang diberikan oleh saudaranya itu. 

"Lo ambil botol bekas."

"Mau suruh buat kerajinan?" tanya Hanna. 

"Bukan. Dengerin gue! Terus isi sama pasir yang ada di depan rumah. Pergi ke lampu merah. Kalau ntuh lampu udah warna merah, baru lo beraksi. Nyanyi dah di mobil, motor, truk dan lainnya. Lumayan ntuh duit. Cukup buat lo makan sehari!"

Daniyal tertawa terbahak-bahak melihat wajah Hanna yang memerah karena kesal. Bahkan kembaran Sani itu kini lebih mirip Bimo kalau nahan boker. Sedangkan Hanna tanpa babibubebo segera menarik telinga Daniyal. Tarikan Hanna tidak main-main. Bahkan telinga Daniyal udah merah semerah gincu Mpok Bella yang dicolongnya kemarin. 

"Aduuhh aduuh aduuh. Woi, Hanna! Kuping gue bukan permen karet, aw! Aw!" adu Daniyal kepada Hanna. 

"Biarin! Rasain lo."

Hanna semakin brutal menjewer Daniyal. Semakin keras jeweran Hanna, semakin keras pula teriakan Daniyal. 

Sementara itu Mpok Nira sudah selesai melepas rindu dengan sang suami akibat LDR segera ke halaman belakang. Niatnya mau nemenin Juned mainan sama Daniyal. Tapi apa yang dilihat Mpok Nira membuat dia lupa sama anaknya. 

"Astaga, Hanna! Mau apain saudaramu hah!??"

"Mpok bantuin Mpok. Hanna kesurupan, Mpok!" teriak Daniyal. 

"Bilang apa lo! Mau gue kesurupan beneran? Nih kesurupan, nih!"

Hanna semakin kencang menarik telinga Daniyal. Sedangkan Daniyal yang melihat pertolongan dari Mpok Nira segera memanfaatkan keadaan.

"Hanna udah! Lepas, itu telinga bukan kunci yang ada cadangan. Cari di apotek juga kagak ada yang jualan, Hanna!" 

Mpok Nira udah panik sendiri. Lihat wajah Daniyal yang ikut merah. Karena kegaduhan dari belakang, Bimo yang kebetulan habis menabung emasnya di pagi hari memilih menghampiri suara gaduh tersebut. 

Bimo mendelik melihat Hanna yang menjewer kuping Daniyal. Sedangkan Daniyal memegang telinganya yang memerah, Mpok Nira sendiri menarik tangan Hanna yang ada di telinga Daniyal. Hal ini membuat Hanna menarik telinga Daniyal lebih kencang. Dan adegan tarik menarik itu belum berhenti bahkan ketika Bimo ikut nimbrung dalam pergelutan saudaranya.

"Kalian ngapain adu jewer di sini?" tanya Bimo polos. 

"SIAPA YANG ADU JEWER?!" Ketiga orang di hadapan Bimo serentak menjawab. 

"Bang, bantuin napa? Sakit ini telinga."

Bimo kemudian menjewer balik Hanna. Membuat Hanna melepaskan tangannya dari telinga Daniyal. Setelah itu Bimo melepas jewerannya. 

"Abang, kok Hanna dijewer?"

"Biar bisa lepas, Han."

Hanna cuman memajukan bibirnya lagi. Sedangkan Daniyal udah ngumpet di balik punggung Mpok Nira. 

"Makasih ya, Bang. Hehe," ujar Daniyal kepada Bimo disertai cengiran khasnya. 

Kemudian Mpok Nira memarahi Hanna sebentar. Memberitahu kalau kelakuannya itu tidak baik. Gimana kalau telinga Daniyal lepas beneran? Bisa gawat. 

"Ntuh, dengerin, Han! Sama saudara sendiri jahat amat," kata Daniyal seraya menjulurkan lidahnya mengejek. 

"Dan, Juned mana?"

Pertanyaan Mpok Nira sukses membuat Daniyal tegang di tempatnya. Tidak lama setelahnya Hanna dan Bimo berpandangan. 

"Juned mana, Dan? Mpok titip ke kamu loh."

"Juned ada kok, Mpok," jawab Daniyal terbata-bata. 

"Nah, Juned mana Dan!"

Daniyal memicingkan matanya ke arah Hanna. Dasar kompor satu ini, tidak bisa diam apa? 

Ketika Daniyal hendak mengalihkan perhatian dan juga mengontrol gugupnya. Juned tiba-tiba keluar dari kolam dengan baju basah dan membawa ikan di tangannya. 

"Ma! Juned dapet ikan, Ma!" teriak Juned. 

Nira melotot melihat anaknya yang tadi pagi sudah mandi dan didandani dengan tampan. Tidak lupa minyak telon yang dia gunakan pada anaknya agar wangi, kini harus terlihat seperti manusia yang baru keluar dari empang. 

"Daniyal, lu apain anak gua!!"

"Ya ampun, Juned! Sayang, kamu ngapain main di situ. Itu ikan Babe juga."

Mpok Nira kemudian menjewer telinga Daniyal sebelah kanan. Tidak lupa dengan omelan panjangnya sebagai pencerah bagi Daniyal. 

"Disuruh jagain Juned malah nyuruh anak gue kayak orang-orangan sawah. Daniyal! Daniyal!"

Hanna yang melihat Daniyal dijewer oleh Mpok Nira tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Bimo sudah gigit jari. Bukankah tadi Mpok yang bilang jangan jewer saudara keras-keras? Ini kenapa malah pembalasan Mpok Nira lebih kejam daripada Hanna? 

"Mpok sakit, Mpok!"

"Juned! Lo mandi sekarang. Bimo mandiin anak gue!"

Tanpa a i u e o Bimo segera bawa Juned mandi. Sedangkan Hanna masih sama posisinya. Ketawa lihat saudaranya dijewer Mpok Nira. 

Mantap sudah derita Daniyal. Setelah jeweran kuping kirinya. Kini giliran kuping kanannya yang mendapat eksekusi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro