15. Sean: Aneh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tingkah aneh Priaji membuatku merasa aneh dan karenanya aku tidur dalam keadaan aneh.

Keesokan harinya, aku dibangunkan oleh ayahku. Namanya Bob dan ia punya sepuluh mata yang menjadikannya jagoan dalam permainan petak umpet. "Bangun Sean, sudah malam, waktunya berburu." Begitu katanya sambil menepuk-nempuk pipi menggelembungku.

Lima mataku berkedip dan gelapnya malam membuatnya sedikit perih. "Aku masih mengantuk Yah, lima jam lagi," tawarku.

"Baiklah, lima jam lagi, tapi asal kamu tahu, sepupumu Bubble sudah berada di lokasi berburu, Ayah tidak mau mendengarmu merengek kalau hasil buruanmu jauh lebih sedikit dari Bubble." Cih, dasar orangtua.

"Iya-iya, aku bangun!" Enam tentakelku menggeliat dan aku bangkit dari tempat tidur.

"Nah begitu, oh iya, ibumu bilang ia ingin memasak bistik, jadi cobalah tangkap manusia remaja yang berotot." Ayah melanjutkan sebelum  meninggalkan kamarku.

Astaga, malas sekali, aku ingin liburan! Menginap di pinggir pantai dan dibangunkan oleh aroma amis-asin serta deburan ombak. Seperti di Penginapan Bulanan: Rumah Bahagia. "Aku tidak janji bisa menangkap yang sesuai selera Ibu." Teriakku sambil mengelus kepalaku yang licin. Sebentar, sejak kapan aku punya orangtua? Sejak kapan Ayah perhatian sampai menbangunkanku? Sejak kapan aku botak?

_____

Jadi alien ...
Tapi ini ceritanya cuma mimpi aneh

Pandu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro