5. Sean: Tentang Langit

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku masih asik membahas kekacauan di Ibu Kota bersama Priaji, di warung milik pemilik Rumah Bahagia, saat laki-laki berwajah garang menghampiri.

Ada luka cakar di pipi kirinya, beserta beberapa bekas terbakar di lengan, benar-benar garang, seperti preman di pasar-pasar tradisional. Tapi laki-laki garang ini ramah, ia menunduk sedikit sebelum mengajak bersalaman dan memperkenalkan diri.

Namanya Langit, keluarga jauh pemilik Rumah Bahagia yang kebetulan tinggal di Rumah Bahagia. Ia bekerja sebagai tukang sampah, dalam artian yang memungut dan mengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir.

"Ada penemuan apa kali ini?" Priaji yang nampaknya sudah akrab dengan Langit membuka pembicaraan.

"Lagi-lagi ada warga yang membuang sampah sembarang ke Sungai Sengkawa, padahal sudah banyak yang tertangkap basah dan didenda puluhan juta." Langit menggeleng-geleng sambil bercerita.

"Namanya manusia memang suka melanggar aturan, aku juga suka." Priaji menyodorkan beberapa jajanan ke hadapan Langit.

"Kali ini yang dibuang tubuh manusia, potongan tubuh manusia lebih tepatnya." Agaknya menemukan satu-dua mayat tanpa nama sudah seperti hal biasa bagi Langit, terbukti ia bisa bicara dengan tenang dan santai sambil memamah pemberian Priaji. "Perempuan, tanpa busana dan tanpa lengan kanan, katanya lengan kanannya baru ditemukan kemarin sore di pasar malam, tersangkut di mesin bianglala."

"Kecelakaan kerja?" Tanyaku asal.

"Dibunuh katanya, oleh rentenir, perempuan itu banyak hutang, kasihan, padahal dia baru saja diterima kerja." Lintang menjawab sambil memesan segelas susu coklat panas.

"Di pasar malam?" Giliran Priaji yang bertanya.

"Bukan, di New Batavia, katanya dia lolos uji kesehatan, besok berangkat ke New Batavia, entah bekerja sebagai apa, yang aku tahu pengembangan serum genetik."

"Oh, yang baru saja diceritakan Sean, kalau begitu lebih baik mati dibunuh rentenir daripada dia dibawa ke New Batavia, kata Sean kota itu sudah runtuh."

"Loh! Iya? Aku belum mendengar beritanya."

_____
Sungai, bianglala, rentenir

Pandu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro