12. Kasmaran, Saat Hari Menjadi Terasa Manis Semanis Madu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SEKITAR pukul 5.45 pagi. Suara teriakan menggema ke seluruh rumah sampai masuk ke dalam kamar Mika yang sudah bersiap mengenakan seragam sekolah.

"SELAMAT PAGI, BANGUN! BANGUN! MAMA PULANG!"

Dengan sedikit malas Mika berjalan keluar kamar bukan untuk menyambut teriakan itu dengan bahagia melainkan untuk mengambil sarapan di dapur yang sudah dimasaknya saat fajar.

Begitu pintu kamar dibukanya. Seseorang mendekapnya dalan pelukan penuh dengan kehebohan.

"Anakku! Mama rindu sekali dua minggu tak...."

"Masih ingat rumah," sela Mika seraya berusaha keluar dari pelukan itu.

"Eh," kata wanita itu kebingungan. "Kamu kok bicaranya seperti itu. Mama ini baru pulang loh."

"Katanya lima hari kenapa sampai dua minggu," sangkal Mika tak acuh pergi menuju dapur.

"Iya, kemarin dari Bali mampir ke pulau Lombok sama ke pulau Komodo. Niatnya sampai ke Australia tapi..."

"Sekalian saja ke kutub selatan," sela Mika.

"Mika!" bentak Ratna.

"Kenapa?" Mika meletakkan tas ranselnya di atas counter.

"Kamu sepertinya tidak suka kalau Mama pulang."

Mika tidak menanggapi dan malah pergi dengan membawa piring dengan di atasnya tersaji nasi goreng menuju meja makan.

"Kamu masaknya cuma sedikit? tidak sekalian sama masak buat Papa kamu."

Mika tetap diam. Seolah apa yang dikatakan Ratna kepadanya adalah sebuah angin yang tak perlu diajak bicara.

"Hmm, kemana Papa kamu?"

"Ada di Makam terbujur kaku, berharap Mama masih mengingatnya," jawab Mika sinis.

"Maksud Mama Papa baru kamu."

Tak lama seorang pria menuruni tangga dengan mengenakan baju tidur. Saat Mika hendak membuka mulut untuk berbicara.

"Loh, kamu sudah pulang," kata pria itu.

"Sayang, haduh aku rindu sama kamu. Kemarin aku beli banyak oleh-oleh buat kamu dan Mika," kata Ratna dengan heboh, seraya merentangkan tangan untuk memeluk pria itu.

Mika membanting piring sampai pecah kemana-mana. Pemandangan yang mengganggu kehidupannya di pagi hari. Mengusik kenangan pada sosok Papa yang selalu dirindukannya. Nasi gorengnya pun tak jadi ia makan.

"MIKA!" bentak Ratna namun Mika tak acuh dan kembali ke dapur. "Maksudnya apa membanting piring seperti itu." Ratna melepas pelukannya terhadap Rezky dan langsung mengejar Mika dengan penuh amarah. "Mama ini sudah capek-capek dari liburan kamu sudah bikin Mama kesal."

Mika menyambar tas ranselnya di atas counter lalu pergi melewati Ratna tanpa menatap sekalipun ke arah Ratna bahkan Resky.

"Kamu itu kenapa sih Mika? Sikap kamu ke Mama selalu begitu. Salah Mama apa terhadap kamu?"

Langkah Mika terhenti berbalik menatap Mamanya dengan tatapan kecewa. Namun, ia berusaha meredam amarahnya mengatur nada bicara supaya bisa mengontrol emosi.

"Dari dulu hingga sekarang, saat Papa belum meninggal sampai ia meninggal kontribusi Mama terhadap keluarga itu tidak ada Ma. Dan sekarang Mama tanya salahnya di mana?" Mika tersenyum. "Ma, Orang yang merasa dirinya benar saja tahu akan di mana letak kesalahannya. Mika harap Mama tahu itu." Mika menghembuskan nafas penuh kelegaan, apa yang dikatakannya telah membungkam mulut Mamanya sejenak. "Mika mau berangat sekolah dulu."

Ia berputar arah berjalan menuju ke luar rumah.

"Mika sebentar," kata Ratna membuat langkah Mika kembali terhenti.

Sekali lagi Mika mengembuskan nafas lega. Dalam hatinya muncul kebahagiaan yang menjalar.

"Ini tolong berikan ke Kirana buatnya dan tante Lydia."

Seketika kebahagiaan itu menghilang. Apa yang diharapkannya adalah orang tuanya itu sadar namun itu adalah harapan yang sia-sia.

"Saya sudah tidak ada hubungan dengan Kirana. Soal perjodohan itu sekarang sudah berakhir. Kalau Mama mau berikan oleh-oleh itu untuk Kirana Mama berikan sendiri. Saya sudah tak ingin berhubungan dengan Kirana lagi."

"Maksud kamu apa? membatalkan perjodohan itu. Kamu tahu kan tante Lydia itu suaminya menanam saham di perusahaan Papa yang tertinggi."

"Ma, Mika ini manusia, anak Mama bukan boneka yang bisa Mama jual."

"Kamu jadi anak tidak pernah bersyukur yah! Mama sudah kirim uang dua juta setiap bulannya ke rekening tabungan kamu. Masih kurang."

"Ma, Mika tidak butuh semua uang itu. Yang Mika butuhkan adalah Mama bukan yang lain."

"Sudah... sudah... Mama capek debat sama kamu. Mama tidak mau tahu oleh-oleh ini harus kamu berikan kepada Kirana."

Dengan sedikit kesal akhirnya mengambil tas kecil terbuat dari kertas karton yang tipis dengan tali rotan sebagai lingkaran pegangan.

***

SARAPAN di meja makan selalu menjadi kegiatan utama di rumah Kayron. Berkumpul mengelilingi meja makan dengan beberapa menu masakan di atas meja tersaji pada piring-piring putih bersih. Ada Omlete, Pancake, Nasi Goreng dan Telur Mata Sapi.

Yang lain sudah membalik piring makan dan mengambil makanan untuk di pindahkan ke piring. Namun, Kayron masih asik dengan ponselnya mengirim banyak pesan kepada Mika yang tanpa kabar sejak pagi.

To : Nyet-nyet
[Nyet, kamu sudah bangun kan?]
[Miiiikaaaaaaaaaaaa! Bangun...!]
[Katanya pukul enam kamu mau jemput, sekarang sudah hampir setengah tujuh?]

Namun tak satupun balasan dari Mika. Kayron menutup ponselnya dengan kasar di atas meja makan dan langsung membalik piring mengambil segala masakan untuk di pindahkan ke piring makannya.

"Adek, satu-satu makannya tidak semuanya dipidahkan ke piring," ujar Bundanya, Etik.

"Lagi kesel Bun, ada orang yang mau jemput pukul enam tapi sekarang masih belum ada kabar," kata Kayron kesal menuangkan madu ke atas nasi goreng bukan ke Pancake-nya.

"Kesel yah kesel tapi tidak harus Nasi goreng dikasih madu juga," ujar Tyas.

"Biar hari ini terasa manis semanis madu," kata Kayron sinis memakan nasi goreng madunya dengan lauk Pancake. Mengabaikan Telur mata sapi di samping Pancake yang sebagian sudah termakan.

"Kalau lo bareng teman lo, sepeda motor lo gua pakai," kata Billy sambil mengunyah.

"Jangan dulu, tunggu sampai dia jemput Bang," kata Kayron. "Kalau dia tidak jadi jemput, gua naik apa?"

"Dia? Hayoo dia siapa?" kata Tyas curiga. "Cieee sudah punya gebetan baru nih. Hayo!"

"Apaan sih Mbak bukan," sangkal Kayron. "Bukan gebetan."

"Kalau begitu pacar baru dong," sahut Kuncoro ikut nimbrung. "Sini bawa ke rumah Ayah pingin tahu."

"Wah kalau begitu ada yang mau nemenin Bunda bikin kue nih." Etik juga ikut nimbung dengan ekspresi senang.

"Pagi-pagi sudah di-bully." Kayron memakam nasi goreng campur madunya dengan kasar walaupun rasanya aneh tapi tetap ia makan.

Mika memang pacar baruku, dia sepertinya juga bisa  bikin kue, tapi apakah mereka bisa menerimanya? Batin Kayron bimbang.

"Jadi beneran nih sudah move-on?" tanya Tyas.

Kayron masih menikmati makanannya. Spontan ia berkata. "Tidak usah kepo lah." Kemudian ponselnya bergetar karena ada pesan masuk.

From : Nyet-nyet
[Pagi-pagi sudah bawel. Aku sudah di depan gang.]

"Ck, nih anak pagi-pagi sudah bikin badmood aja dah." Kayron menutup alat makannya meneguk habis susu dalam gelas sekali minum sampi belepotan. "Sudah ya Bun, Ayah Kay ke sekolah dulu." Menyambar tas tenteng berisi Macbook dan tas sekolahnya. Dengan buru-buru menjabat tangan kedua orang tuanya dan kedua saudara kandungnya.

"Dek kunci motornya di mana?" tanya Billy saat Kayron sudah di ruang tamu.

"Meja belajar di laci pertama. STNK juga sudah ada di sana," sahut Kayron dengan berteriak. Diikuti suara pintu rumah tertutup dari luar.

***

PERJALANAN terasa canggung. Kayron bingung harus bagaiman karena kali pertamanya berangkat ke sekolah dengan pacar barunya yang berjenis kelamin yang sama. Apalagi Mika sendiri masih terngiang akan keributan di rumah sebelum berangkat sekolah tadi.

"Kenapa dari tadi cemberut mulu." Mika melirik ke kaca spion yang terpantul wajah Kayron yang memanyunkan bibir.

"Bete aja," jawab Kayron sinis.

"Ini masih pagi loh."

"Iya pagiku yang cerah telah kamu rusak. Sudah fokus saja nyetirnya entar malah nubruk."

Sampai akhirnya mereka tiba di area sekolah dan sepeda motor bermerek Scoopy itu pun terparkir. Kayron melepas helm lalu turun dengan susah payah karena tangannya penuh barang bawaan.

"Nanti aku ada rapat OSIS sepulang sekolah," kata Kayron mengulurkan helm kepada Mika. "Kalau kamu lagi repot aku bisa nebeng Wahyu."

"Aku bisa nunggu sampai rapatnya selesai."

"Bukannya ada latihan vocal yah setiap hari kamis?"

"Latihan vocal itu hari rabu sayang." Mika mengacak rambut Kayron dengan gemas.

"Hmm, ini tuh tempat umum jangan aneh-aneh entar pada denger panjang urusannya," protes Kayron seraya menyingkirkan tanyan Mika dari puncak kepalanya. "Kemarin katanya mau dirahasiakan hubungan ini. Sudah yah aku duluan ke kelas mau persiapan presentasi nanti." Kayron langsung meninggalkan Mika yang masih di atas sepeda motornya.

Kayron masuk ke dalam kelasnya menghampiri Seli menanyakan perisapan rapat sepulang sekolah nanti.

"Tapi Kay gua kan pulang sekolah ada pre-test Biologi gimana dong?"

"Serahkan ke sekretaris dua saja kalau begitu."

"Siap."

Setelah dari bangku Seli ia berjalan ke bangkunya meletakkan tas Macbooknya dengan hati-hati di atas mejanya lalu duduk mengeluarkan kertas berisi materi presentasi dari dalam tas ranselnya dan meyerahkan kepada Reno. Saat itu Reno sedang asik menulis.

"Lo nanti jadi moderator setidaknya lo harus tahu arah tujuan presentasinya."

Reno langsung meletakkan alat tulisnya langsung mengarahkan tatapan serius kepada Kayron.

"Jadi lo serius jadian sama Mika?" katanya mengabaikan kertas yang diulurkan Kayron.

"Ini baca sebagai antisipasi kalau bu Antika tanya sama lo jadi lo bisa jawab dan tahu kalau lo juga ikut dalam penyusunan materi." Kayron mencobah mengalihakan namun kelihatannya sepertinya sia-sia karena Reno anak paling ingin tahu urusan orang.

"Jawab dulu pertanyaan gua!" desak Reno.

"Iya gua semalem sudah jadian sama dia. Jangan bilang siapa-siapa hanya lo yang tahu ini."

"Sumpah lo!" Mata Reno tebelalak. "Parah lo. Habis putus sama gadis tercantik di sekolah sekarang lo pacaran sama bintang sekolah yang lagi hits akhir-akhir ini."

"Sudah Reno baca dulu ini." Kayron menyodorkan kasar ke muka Reno.

"Oke gua baca sambil lo ceritakan semua samapai akhirnya lo putuskan untuk jadian sama Mika."

Namun Kayron  mengabaikan tetapi Reno masih tetap membaca materi yang akan dipresentasikan nanti. Karena sepuluh menit lagi jam pertama pelajaran dimulai bertepatan yang mengisi adalah pelajaran Biologi.

***

PIKIRANNYA masih tertinggal di parkiran saat mengacak gemas rambut Kayron yang wajahnya terlihat lucu karena cemberut bercampur malu-malu. Sampai-sampai ia tersenyum-senyum sendiri.

"Kenapa lo senyum-senyum," celetuk Galeh menepuk pundak Mika yang setengah melamun.

Tapi Mika tidak menghiraukan dan malah masuk ke dalam kelas datang ke meja Kirana yang sibuk bercengkrama dengan Cyntia.

"Ini dari Mama," kata Mika meletakkan tas kecil terbuat dsri lertas di atas meja Kirana. "Oleh-oleh dari liburan kemarin."

Kirana menatap Mika sejenak lalu mengalihkan ke tas tersebut. "Apa ini?" tanyanya.

"Gua tidak tahu isinya apa." Mika langsung menuju ke bangkunya. Duduk dan merebahkan kepalanya di meja walau tas ranselnya masih menempel di punggungnya.

"Woy bro masih pagi sudah lemes aja," celetuk Galeh yang tiba-tiba sudah duduk di samping Mika.

"Ngantuk, semalem gua habis...." Mika tidak melanjutkan ceritanya karena ia tidak ingin berbagi cerita dengan Galeh.

"Habis gapain woy?" tanya Galeh penasaran.

"Sudah jangan ganggu gua." Mika memejamkan mata, langsung terlihat jelas wajah Kayron.

Gideon dan Ichal yang kebetulan bejalan melewati juga sama herannya dengan Galeh melihat Mika yang senyum-senyum sendiri.

"Kenapa tuh bocah?" tanya Gideon.

"Biasanya nih yah, orang kalau senyum-senyum sendiri itu lagi kasmaran," sahut Ichal.

"Bukan, tadi di depan kepalanya kejedot pintu gerbang sekolah," sahut Galeh.

Gideon dan Ichal langsung tertawa terbahak-bahak. Kirana dan Cyntia yang serius berbincang-bencang sontak memandang ke arah tawa itu berasal. Tapi Mika langsung mentoyor kepala Galeh dengan posisinya yang tak berubah, tetap merebahkan kepalnya di atas meja walau tangannya bergerak mentoyor kepala Galeh.

***

SUARA bel sekolah pertanda jam istirahat telah berbunyi nyaring. Guru mengisi kelas waktu itu meninggalkan ruangan. Siswa-siswa berhambur keluar kelas namun tidak di kelas 11-IPA-4. Karena Bayu berdiri di depan kelas memberikan pengumuman penting.

"Tadi gua dapat pesan WA dari bu Eni guru sejarah katanya hari ini tidak dapat masuk kelas karena ada acara di rumahnya."

Seisi kelas bersorak gembira namun seketika terhenti saat Bayu melanjutkan.

"Sehingga kita mendapatkan tugas penting dan harus di kumpulkan di meja guru piket sepulang sekolah nanti. Dan tugas itu adalah membuat rangkuman sejarah singkat kemerdekaan republik Indonesia dengan minimal delapan ratus kata ditulis di kertas folio bergaris." Bayu kembali ke bangkunya sedangkan yang lain dengan semangat yang pudar meninggalkan kelas menuju ke Koperasi untuk membeli kertas folio.

"Tara nitip ya gua sama Kayron," teriak Reno saat Tara dan Anisa akan keluar kelas.

"Nitip apa?" tanya Tara.

"Batagor depan gerbang," sahut Reno.

"Anjir, kirain mau nitip kertas folio."

"Kalau itu mah wajib lo belikan."

"Iya," kata Tara sinis. "Jadi beli berapa batagornya?"

"Lima ribu pakek sambal dua sendok, kecap sedikit saja, timun secukupnya dan jangan lupa saus kacangnya yang banyak terus..."

Sebelum Reno mengakhiri kalimatnya Tara sudah pergi keluar kelas bersama Anisa mengabaikan permintaan Reno yang berlebihan.

"Tuh anak beneran mau belikan kertas folio tidak yah Kay," tanya Reno kepada Kayron yang asik dengan ponselnya.

"Yah lo kejar saja si Tara."

Reno langsung berlari keluar namun tak lama ia kembali masuk dengan berlari.

"Mika cariin lo di depan," seru Reno.

"Depan mana?" tanya Kayron memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Depan kelas lah masak iya depan gerbang."

Kayron langsung pergi ke pintu untuk menemui Mika. Dan benar adanya Mika duduk di kursi panjang di samping tembok kelas sambil asik dengan ponselnya.

"Kenapa Nyet?" sapa Kayron.

Mika langsung mendongak begitu mendengar suara Kayron. "Kantin yuk!" katanya seraya berdiri.

"Aku ada tugas dari bu Eni guru Sejarah. Jadi sepertinya sibuk. Maaf yah, kamu laper memang?"

Mika mengaggukan kepala.

"Tadi belum sarapan ka?" tanya Kayron.

"Ada masalah di rumah jadi belum sempat sarapan," jawab Mika.

"Cieee... yang baru jadian." Reno tiba-tiba muncul dari dalam kelas.

"Jadi kamu cerita ke Reno?" bisik Mika tegas membuat Kayron sedikit ketakutan.

"Reno... jangan keras-keras ngomongnya," protes Kayron sambil memukul lengan kiri Reno saat Reno mendekat.

"Selamat yah semoga kalian awet," kata Reno dengan bahagia. "Kalian pasangan...."

Kayron langsung membungkam mulut Reno dengan tangannya. "Lo tidak usah cari gara-gara," bisik Kayron dengan tatapan serius mengarah ke mata Reno.

Reno mengaggukan Kayron melepaskan tangannya dari mulut Reno.

"Katanya mau dirahasiakan nyatanya kamu sudah cerita ke Reno," bisik Mika tepat di telinga Kayron.

Namun Reno tidak mendengar itu karena kebetulan Tara dan Anisa datang dengan membawa kertas dan sekantong plastik kecil berisi Batagor pesanan Reno.

"Asik akhirnya lo baik juga sama gua," kata Reno kepada Tara sambil meraih kantong plastik yang dibawa Tara.

"Hari ini gua pumpung baik karena presentasi tadi pagi sukses dan lo tidak malu-maluin kelompok kita," kata Tara sambil hilir mudik masuk ke dalam kelas bersama Tara.

Saat itu ekspresi Mika terlihat sedikit kesal. Kayron sejenak melupakan tugas Sejarah karena ia takut kalau Mika marah.

"Maaf, kemarin waktu kamu cium aku, Reno aku ceritain jadi selanjutnya dia semakin penasaran," kata Kayron berusaha membuat Mika sedikit tersenyum.

Namun, Mika sama sekali tidak tersenyum dan malah berpamitan untuk pergi ke kantin.

"Yahsudah aku ke kantin sama Galeh saja, semoga tugas sejarahnya cepat selesai." Mika langsung pergi meninggalkan Kayron.

Saat Mika sudah menjauh Reno bertanya kepada Kayron kemana Mika pergi.

"Gara-gara elo." Kayron langsung masuk ke dalam kelas meninggalkan Reno sendiri.

((BERSAMBUNG))

Lamomgan, 21 September 2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro