Bagian 13: Perubahan Kecil 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Haii Haiii~ semalem kelupaan mau up hehe

Nah, ini Natha kasih chapter baru biar mengawali harinya dengan semangat ya

Ayo, jgn lupa ramaikan kolom komentar dan vote tiap chapter nya ya 😆

Enjoy reading ☺️

┏━•❃°•°❀°•°❃•━┓

Kukira, kamu bisa kujadikan rumah. Tempat dimana aku bisa bersandar nyaman pada bahumu

Nyatanya, tidak.

Kamu hanya tempat singgah, yang artinya, siapa pun bisa menempati. Hingga aku sadar, bahwa aku hanya satu dari sekian banyak yang kamu perbolehkan bersandar. Itu tandanya, kita tidak spesial.

┗━•❃°•°❀°•°❃•━┛

Bagian 13: Perubahan Kecil 2

"Beta? Kenapa? Kok diem terus dari tadi?" Anita bertanya lembut. Perempuan kelahiran Cianjur itu tersenyum teduh kala mendapati temannya yang hanya mengerjap cepat seraya menghilangkan pandangan kosongnya.

"Ng-nggak, kok." Betari balas tersenyum sambil mengerutkan hidung.

Anita mengangguk. Tidak bertanya lebih jauh karena Betari tampak menutupi. Kalau sudah begini, yang bisa ia lakukan sebagai teman adalah menunggu---menunggu sampai Betari yang memulai untuk bercerita.

Keduanya hanyut pada kegiatan masing-masing. Anita yang kembali berkutat dengan buku, dan Betari yang merebahkan kepala di atas paha Anita. Mereka sedang berada di teras masjid. Dosen di mata kuliah ke dua juga tidak masuk dan hanya memberikan tugas. Jadi, mereka memilih mengerjakan tugas di sana---biar bisa sambil selonjoran, kata Betari.

"Ita ...."

"Hm?"

"Aku mau tanya boleh?"

Anita terkekeh. Masih tidak menyahut dan membiarkan Betari terus memainkan ujung kerudungnya yang menjuntai. "Mau tanya apa?"

"Umm ... itu ... Ita pernah pacaran?" Betari agaknya sedikit merasa tidak enak setelah melontarkan pertanyaan tersebut. Bukan apa, Anita ini adalah sosok religius. Tipikal ukhti panutan yang tugasnya menuntun ke jalan yang benar jika Betari dan Rianti mulai melenceng. 

"Nggak pernah," jawab ita cepat.

"Kenapa nggak pernah?" Betari mengerjap polos sambil memberikan atensi penuh pada wajah Anita yang selalu tampak teduh.

"Umm ... karena aku nggak mau."

"Kenapa---"

"Mungkin ini kedengeran kolot atau apa, tapi aku nggak mau pacaran karena itu dosa."

Betari kembali mengerjap cepat dan bangun dari posisi tidurnya. Kalimat yang diucapkan Anita benar-benar terdengar familiar di telinganya. Menggema terus menerus sampai ia kembali mengingat itu. Tanpa sadar kedua telapak tangannya bergetar tipis. Ada rasa takut dan gelisah yang menyelimuti segala akal sehatnya.

"Beta?"

Betari terkesiap. Ia menghela napas kasar begitu melihat wajah khawatir Anita. Memejam sejenak sebelum akhirnya kembali memberi atensi pada perempuan yang menggunakan kerudung panjang itu.

"Selain karena dosa?" Betari kembali mengajukan pertanyaan dengan nada polos.

Kedua alis Anita terangkat. Bola matanya bergulir acak ketika ia menunjukkan raut berpikir. "Karena manusia bukan tempat yang tepat untuk menggantung harapan dan pulang."

Betari memiringkan kepalanya. "Pulang?"

Anita mendengkus gemas. Betari ini terkadang menunjukkan sikap polos yang menyebalkan, tetapi juga menggemaskan di saat yang sama.

"Iya pulang. Banyak yang bilang kalau pacaran itu bisa buat kita merasa punya rumah kedua. Nyatanya, manusia itu bukan rumah. Kenapa? Karena manusia itu bisa berpindah dan berubah. Perasaan manusia itu bisa berubah dan berpindah. Rumah itu kan tempat kita pulang. Nah, kalau rumahnya berubah dan berpindah terus, gimana kita bisa pulang kalau jalan menuju rumah selalu berubah-ubah?"

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆

Betari duduk di kursi panjang dalam ruangan tempat anggota radio berkumpul. Jemari tangannya saling bertaut. Tatapan mata Betari tampak kosong.

Gimana kita bisa pulang kalau jalan menuju rumah selalu berubah-ubah?

Betari memejam seraya menggigit tipis bibir bawahnya. 'Jadi ... itu artinya Kak Alpha juga nggak bisa aku jadiin rumah, ya?'

"Beta? Kenapa? Ada yang sakit?" Abiyyu tampak panik saat melihat tetes air mengalir dari ujung mata Betari.

Betari langsung membuka matanya. Mengusap kasar jejak air mata seraya menampilkan senyum. "Ng-ngak, kok, Kak."

Abiyyu menyipitkan matanya main-main. "Serius?"

Betari mengangguk cepat sambil terkekeh. Berusaha sebaik mungkin menutupi kegelisahan. Kare Betari tahu, terkadang manusia bertanya hanya sekadar ingin tahu bukan berarti peduli.

"Ya udah, ini dimakan dulu ya, anak cantik. Baru kita ngobrol-ngobrol deh. Nggak gugup, kan, makan di depan kakak?" Abiyyu berujar jahil.

"A-apa, sih? Siapa yang gugup?!" Betari menarik cepat bungkus nasi goreng yang diberikan Abiyyu tadi. Memakannya dengan cepat meski setelahnya kembali dikeluarkan karena panas.

"Tuh, kan, gugup!" Abiyyu menggeser gelas plastik berisi es jeruk sambil terbahak.

Mata Betari kembali berkaca-kaca karena menahan panas makanan yang membuatnya terbatuk. Meringis kecil kala kegugupannya tertangkap basah oleh si kakak crush.

"J-jangan diledekin terus, Kak. Nanti akunya makin gugup," lirih Betari.

"Oke, oke. Biar nggak sepi, kakak omongin tujuan kakak ajak kamu ke sini sambil makan aja kali, ya." Jeda, Abiyyu menyuap sesendok nasi goreng terlebih dahulu. "Jadi gini, kakak diminta buat program baru di radio. Nama segmennya Ketuk(er), udah berjalan dua minggu, tapi kita lagi kurang volunteer nih karena pada sibuk persiapan ujian akhir semester. Umm ... kamu ... mau nggak jadi bintang tamu di segmen ini?"

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆

Sanuar berjalan santai di area parkiran kampus gedung depan. Kembali mengecek ponsel, memastikan pesannya terkirim untuk si Cadel-nya. Langkahnya ia bawa berbelok ke kiri menuju studio Radio Hitz. Raut wajahnya mendadak berubah begitu mendapati dua entitas tak asing sedang tertawa bersama seolah tidak memiliki beban sama sekali.

"Nah, bener, kan? Coba deh kalo tanda dua kurungnya dibuka, ini dibaca 'ketuker'. Jadi, kamu bisa banget sharing cerita kamu yang tadi itu di segmen itu. Mau, ya? Ya? Ya? Please ...."

Betari lagi-lagi dibuat tertawa. Seperti biasa, perempuan itu akan selalu menutupi mulutnya dengan punggung tangan. Matanya bahkan melengkung cantik seperti bulan sabit.

"Ah curang, udah dibilang jangan cantik-cantik kalo ketawa. Aa kena double kill, nih, kan jadinya," Abiyyu berujar jenaka.

"Ish, apa, sih?" Betari mencoba meredakan tawanya hingga tersisa kekehan pelan. "Umm ... oke, aku mau---"

"Del?"

Betari dan Abiyyu langsung menoleh. Sanuar berdiri di ambang pintu sambil meremat plastik putih berisi tiga kotak bento yang ia beli dalam perjalanan. Ada seberkas rasa heran ketika mendapati Cadel-nya menjadi sebegitu akrab dengan Abiyyu. Harusnya Sanuar bisa senang karena setidaknya perubahan kecil ini bisa membuat Betari lebih terbiasa dengan sosialisasi. Namun, di saat yang sama, ia membenci perubahan kecil itu.

"Kakak chat kamu loh dari tadi pagi," ujar Sanuar seraya berjalan mendekat. Membuat raut wajahnya tampak biasa seraya meletakkan makanan yang ia bawa ke atas meja.

Pandangan Sanuar jatuh pada bungkus nasi yang sudah dibuntal kembali dengan karet. 'Oh, udah makan, ya?' inginnya langsung mengeluarkan keluhan karena kedua entitas itu sudah makan terlebih dahulu padahal ia sudah repot-repot membelikan makanan yang lebih enak dari nasi goreng. Namun, ia menahannya, sadar betul bahwa itu juga kesalahannya yang tidak memberi tahu terlebih dahulu.

"Oh? Aku belum buka chat sama sekali hehe," Betari menyahut santai. Namun, perempuan itu enggan menatap Sanuar.

Sanuar menatap Betari dengan kedua alis yang saling bertaut. Ada rasa tidak percaya dengan jawaban yang dilontarkan Cadel-nya. Karena itu terdengar seperti omong kosong yang tidak masuk akal.

"Lo tumben ke kampus hari ini? Kan, libur?" Abiyyu bangkit dari duduknya seraya membereskan sampah bekas makan siang.

"Mau jemput si Cadel sekalian bawain makan siang. Tapi kayaknya udah pada makan siang, ya?" Suara Sanuar terdengar lebih rendah dari biasanya. Raut wajah lelaki itu tampak jengah kala menghela napas kasar.

"Oh?" Abiyyu menatap bungkus nasi goreng yang ada di genggamannya. Mengangkatnya sejenak seraya mengedikkan bahu tak acuh. "Iya, ini tadi ucapan terima kasih gue soalnya Beta udah mau bantu."

"Oh gitu."

Betari jadi kikuk sendiri. Suasana dalam ruangan itu mendadak panas dan pengap. Padahal AC dinyalakan, pun hanya ada tiga orang di dalam sana.

"Umm ... Kak Abi, yang mau diomongin, udah, kan, ya?" Betari menatap Abiyyu sambil sesekali melirik Kak Alpha-nya.

"Ah, iya. Udah, kok. Lusa jam empat udah mulai on air. Kalau bisa kamu dateng setengah jam sebelumnya, ya."

Betari mengangguk. "Kalo gitu aku pamit pulang ya, Kak. Makasih nasi gorengnya."

Sanuar mengerjap cepat. Menatap tidak percaya pada Betari yang hanya berpamitan pada Abiyyu. 'Lah? Si Cadel apaan, dah?!'

"Del!"

Betari berhenti di ambang pintu. "Ya?"

"Kenapa ninggalin?" Sanuar menghampiri Betari.

"Hah?" Betari sebenarnya tahu betul apa yang dimaksud Sanuar. Sahutannya ini ia lakukan hanya untuk mengulur waktu untuk memberanikan diri menyuarakan alasan.

"Pulangnya kan sama kakak, kena---"

"Ah, aku pulang naik angkot aja, kak. Kak Alpha juga kan baru dateng, pasti mau ngobrol-ngobrol dulu sama Kak Abi. Aku biar naik angkot aja. Dah, aku dul---"

"Apaan, sih?! Nggak usah aneh-aneh deh. Kamu kenapa, sih? Terus juga, kamu kenapa nggak baca chat kakak dari kemaren? Alesan kamu yang bilang belum buka chat itu juga aneh. Nggak logis banget, sumpah! Kenapa berubah gini, sih, Del? Kamu marah? Kakak ada salah? Bilang!" Napas Sanuar tampak terburu. Rahangnya mengeras seraya rematan pada daun pintu ikut mengerat. Lelaki itu abai pada setiap kata yang tersusun acak.

"Bu-bukan aku yang berubah. K-kak Alpha yang berubah." Betari menunduk. Ia benar-benar tidak ingin melihat raut wajah kesal Kak Alpha-nya. Bukan apa, itu hanya akan menambah rasa sakit hatinya. Karena Kak Alpha yang aku kenal nggak pernah begini.

"Berubah apa, sih, Del ...?" Sanuar menggeram frustrasi.

"Kenapa bohong? K-katanya kemarin kerja kelompok? K-kok malah anterin temennya ke rumah sakit? Itu ... cewek? A-ku nggak apa-apa kalo Kak Alpha nggak bisa makan siang bareng, a-atau mau pergi sama temen kakak. Tapi ... kenapa harus bohong?"

Sanuar tergugu. Bola matanya bergetar, melirik ke sembarang arah kala pikirannya mencari-cari alasan. 'Iya juga, ya? Kenapa pake acara bohong sih gue?!'.

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆

A/N

Haiii haiii ... semoga tidak bosan dan lelah menunggu Kak Alpha dan Betari yaaa~

Eh eh, kalian aktif di sosmed apa aja sih? hihi

Anyway, Natha mau tanya dong. menurut kalian kenapa Betari sampai sekukuh itu membentengi diri??

Yok ramaikan Kolom komentar biar Natha semangat update 😘

See you next Monday 🤗🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro