Bagian 24: Rasa Nyaman 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Selamat Seninnnn uhuuyyy untung gak lupa xixixi
TMI saat ini: Natha up ini sambil nunggu KRL Dateng xixi
.
Enjoy reading 🤗 jangan lupa ramaikan vote dan kolom komentar 🥳
.
.

Bagian 24: Rasa Nyaman 2

"Jelas-jelas Kak Alpha-mu itu suka sama kamu, Betari ...," Anita menggeram rendah. Sedikit jengah dengan kawannya yang tampak polos menjurus ke bodoh itu.

Betari bergumam acak. Dahinya berkerut rikuh. Perempuan itu yakin kalau kata suka yang dimaksud Anita bukan rasa suka pada umumnya, bukan rasa yang muncul di antara lawan jenis. Kak Alpha-nya itu pasti hanya ingin menjaganya. Terlampau posesif hingga membuatnya bingung.

"Nggak gitu," lirih Betari. "Kamu nggak ngerti, Ita. Kak Alpha ... dia nggak mungkin suka dalam artian suka yang kamu maksud."

Anita mngernyit. Napasnya terurai kasar. Kerudung panjang yang menjuntai di belakang tubuh perempuan itu bahkan sengaja ia empaskan. Emosi---yang entah apa itu---mengudara seraya ia mengucap setiap silabel dengan yakin. "Nggak ada yang nggak mungkin. Kalo di agama ada yang namanya kun fa yakun. Kalo di Bahasa anak-anak kasmaran tuh ada frasa yang bilang bisa karena terbiasa. Kamu!" Anita mengatur napas, juga emosi yang akan meledak di ujung lidah. "Atas dasar apa kamu jadi seyakin itu kalau Kak Alpha-mu nggak nyimpen rasa?"

Atas dasar apa ...?

Betari termenung. Kedua matanya mengerjap kosong. Tangan kanannya sibuk mengaduk-aduk es cincau yang sudah tidak begitu dingin. Dalam setiap tarikan napas, suara Anita menggema kencang dan memenuhi pikirannya.

"Semuanya," Betari bergumam kecil. "Atas dasar sikap dan perlakuan Kak Alpha, aku tau itu bukan ... suka."

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆

Jaenuddin Al-Amin---Jaemin---menghela napas jengah. Kedua ibu jari tangannya sibuk bergerak di atas layar ponselnya. Sesekali berdeham ketika Jamal menanyakan pendapat.

"Ck, berisik banget lu ah dari tadi. Ngomongin Betari mulu. Kenapa? Berubah tujuan lu sekarang?" Jaemin mematikan layar ponsel. Menatap malas si lawan bicara yang sedari tadi mengganggu konsentrasi.

"Tujuan? Tujuan apa, sih, yang lo maksud, Udin?"

Jaemin berdecak. "Nggak usah pura-pura. Basa-basi lo, tuh, basi, Jepri!"

Mendengar itu, Jamal malah terbahak. Tidak sama sekali tampak tersinggung. Malah, wajah itu tampak semakin pongah dengan seringaian tipis yang terpatri kala lelaki asal Banten itu berucap, "Dari awal gue nggak ada maksud apa-apa, kok, ke Betari. Pure ngerasa tertarik aja. Tapi, sekarang-sekarang ini gue jadi ngerasa ... umm, apa, ya ... ? nyaman? Ya, mungkin nyaman kali ya."

"Terus maksud lo apa ngomongin Betari mulu dari kemaren, hah?" Jaemin tampak semakin jengah. Helaan napas kasar bahkan tidak ragu ia keluarkan.

"Ya itu yang gue bilang tadi." Jamal mendengkus, tersenyum samar kala pandangannya berubah kosong. "Nyaman ...."

Jaemin menghela napas. Melempar asal gelas plastik kosong ke arah Jamal. "Kita ini sepupuan, Jepri. Gue tau persis tindak-tanduk lo dari jaman kita masih hobi cari kecebong di got belakang rumah abah. Don't play, she isn't a toy. All girls aren't your toys that you can play with when you like, and throw it when you're bored."

Jamal bertepuk tangan main-main. "Banten bakal bangga punya lo. Pengucapan Bahasa Inggris lo udah persis Pak Abdul."

"Gue serius, sialan!"

Jamal mengangguk, bibir bawahnya menekuk. Seolah menunjukkan bahwa dirinya mendengarkan ucapan Jaemin dengan baik padahal dalam hati tengah mencemooh. "Liat aja nanti," tandasnya tak acuh.

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆

Sanuar mengangguk-angguk. Mulutnya sibuk mengunyah batagor yang hanya tinggal satu suap itu. Sesekali dahinya mengernyit ketika rungunya mendengar ucapa Aileen yang rasanya kurang bisa ia terima.

"Nggak gitu," kata Sanuar. Menjeda sejenak untuk menyeruput rakus es jeruk yang hanya tinggal setengah itu. "Si Cadel kayaknya emang nggak sadar aja. Nggak mungkin lah dia bersikap denial kayak yang lo bilang. Ada hal yang nggak lo tau soal dia. Jadi lo nggak berhak nge-judge dia kayak gitu."

Aileen jadi panik sendiri kala suara Sanuar yang sebelumnya terdengar ramah menjadi begitu tidak bersahabat. Raut wajah lelaki itu bahkan tampak kesal.

"Ng-nggak gitu maksudnya, Sanu ...," rengek Aileen. Perempuan itu tampak gugup, bibir bawahnya ia gigit. "M-maksud aku, ada orang yang nggak mau hubungan yang sebelumnya baik jadi rusak cuma gara-gara hubungan baru. Pacaran itu kan bisa putus. Mungkin Betari-nya kamu itu nggak mau kehilangan kamu kalo nantinya harus putus. Jadi meskipun dia ada rasa, dia memilih untuk abai."

Sanuar mendengarkan dengan seksama seraya mengigiti sedotan yang ada di dalam gelas kosong. Seketika pandangannya ikut berubah kosong. Mengerjap perlahan. Menerawang jauh, mengingat kembali bagaimana Cadel-nya tampak lugu, seolah tidak pernah tersentuh sakitnya cinta.

"Biarin ... biarin dia begitu," silabel ini terlontar lirih. "Kalo dengan begitu dia bisa nyaman ada di sisi gue ... gue oke, kok."

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆

Betari tampak gelisah saat duduk di kursi belakang mobil Sanuar. Kedua jari telunjuknya mengetuk-ngetuk kecil tas pada pangkuan. Sore itu langit masih tampak cerah. Jalanan juga masih sangat ramai. Kak Alpha-nya juga tampak baik-baik saja. Ceria seperti biasa, bahkan lelaki itu sesekali ikut bergumam kecil mengikuti lagu yang terputar di radio mobil. Namun entah mengapa, Betari justru merasakan atmosefer canggung meliputi dirinya.

"Kok, nggak belok? Nggak jadi traktir macchiato-nya?" Betari bertanya sedih seraya menunjukkan raut kecewa.

Sanuar terkekeh kala mendapati pemandangan itu dari kaca tengah. Tahan, tahan, jangan sampe kelepasan buat nyubit pipi si Cadel!

"Ke Skybucks yang satu lagi aja, ya. Kalo yang di mall gini rame pasti. Nanti kamu malah nggak nyaman," Sanuar menyahut santai sambil memutar kemudi dengan satu tangan.

Betari mengerjap perlahan. Diam-diam kembali mengingat perkataan Anita, si teman sejawat yang selalu memakai pakaian syar'i, yang selalu mewanti-wanti perasaan Kak Alpha-nya ketika keduanya tengah terlibat ajang saling curhat.

'Kalo Kak Alpha-mu itu sampe bela-belain apapun demi kepentingan kamu, itu artinya dia anggap kamu lebih dari sekedar adik kelas. paham?'

Mendadak kedua pipi Betari menghangat. Perempuan itu mengigit tipis bibir bawah kala debaran jantungnya terasa lebih cepat. 'Masa, iya, sih? Kayaknya nggak mungkin ....'

"Del?" Sanuar menatap Betari dari kaca tengah. Lelaki itu terus saja bicara ini-itu tanpa mengalihkan atensi dari jalanan. "Lah? Dia ngelamun? Del? Oit!"

Betari langsung menoleh. Mengerjap cepat seraya berdeham kecil demi menghilangkan rasa canggung dan kikuk kala mendapati wajah Kak Alphanya---yang tumben sekali---tampak tampan dan berkarisma di matanya saat itu.

"Ya?"

"Kenapa bengong? Kakak ngomong dari tadi macem kaleng rombeng dong ini, kagak didengerin buset. Mikirin siapa, sih? Mikirin Jamal?!" Nada suara Sanuar terdengar sedikit merajuk di akhir.

"Ish, apa, sih? Orang nggak, kok,"sahut Betari tak kalah kesal. Enak saja, pikirnya. Jelas-jelas ia sedang tidak memikirkan Jamal karena nyatanya sosok yang memenuhi pikirannya adalah ia yang kini tengah memenuhi pandangan.

Sanuar sedikit berdecak. Melepas sabuk pengaman malas-malasan dengan mematri wajah keki. Lelaki itu bahkan keluar dari mobil tanpa mengajak Betari.

Kedua mata Betari kontan membulat sempurna. Buru-buru ia keluar dari mobil. Membiarkan Kak Alpha menekan tombol kunci sambil menjauh. Namun, perempuan itu tidak benar-benar membiarkan Kak Alpha-nya pergi begitu saja. Lihat saja langkah-langkah kecilnya yang ia percepat.

"Kak!" serunya seraya mengapit ujung jaket Sanuar. "Kok, aku ditinggal, ish?!"

Sanuar menoleh. Kedua tangannya mengepal. Bersusah payah untuk tidak meledakkan rasa yang hendak membuncah di ujung lidah dan di puncak ubun-ubun.

'Sialan! Sialan! Nggak bisa, ngga bisa gue liat si Cadel yang model begini! Gemesgemesgemeeessss!!'

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆
TBC

A/N
Yuhuuu holaa holaaaa
Akhirnya bisa up, masih ada yg nungguin? Apa udh mulai bosen? 👉🏻👈🏻

Coba kasih tanggapannya sini biar Natha semangat ngetiknya 😆

See you next Monday 🤠

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro