Bab 9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Miyuki telah sampai di Istana Shokubutsu, ia disambut antusias oleh teman-temannya. Eiji pun langsung menghampiri gadis itu, membolak-balikkan tubuhnya. Kemudian tersenyum puas karena tidak menemukan cacat sedikit pun. Itu berarti Akimaru menjaga Miyuki dengan baik.

Awalnya Eiji tidak yakin membiarkan Akimaru membawa Miyuki. Namun, ia juga tidak tega jika penasihat kerajaan itu harus menjalani hukuman tambahan karena kegagalannya. Jadi dengan terpaksa ia menunjuk Miyuki yang memang paling paham dengan keinginan Hikari untuk menemani.

Miyuki menatap heran gurunya. Melakukan hal aneh, tersenyum, lalu sekarang diam saja. Apa yang dipikirkan? Terkadang ia ingin mengetahui pikiran tabib utama istana yang senang sekali menjahililinya.

"Ne, sensei," panggilnya membuat sang pemilik nama tersadar dari lamunan.

"Nani?"

Miyuki menunjuk tanaman-tanaman yang sudah ia jajarkan rapi di meja. Hanya ingin memastikan pada gurunya jika semua sudah lengkap, tidak ada yang kurang. Eiji pun mengecek daftar tanaman yang diinginkan oleh Hikari, kemudian mengangguk singkat.

"Kerja bagus. Ada kendala selama perjalanan?" Miyuki mengangguk cepat, tubuhnya tegang dan wajah gadis itu menjadi pucat pasi. "Mereka menunjukkan diri?"

"Hai, Sensei. Penasihat Akimaru meminta penjelasan, tetapi yang bisa kujelaskan hanya seadanya saja. Beliau juga mengatakan akan datang ke sini setelah memberi laporan pada kaisar."

Eiji mendesah pasrah, ia sangat yakin sebentar lagi akan dipanggil oleh kaisar. Harapannya hanya satu, tidak mendapat hukuman seperti Akashi dan Akimaru. Dirinya memang salah karena tidak melaporkan masalah Oni. Namun, ada alasan di balik itu semua.

Mimpi buruk bagi Eiji ketika penjaga gerbang mengumumkan kedatangan kaisar bersama dengan jenderal, penasihat, dan Hikari tentunya. Ia tak menyangka akan didatangi langsung seperti ini. Memang sudah tiba saatnya untuk menjelaskan semua yang ia ketahui.

"Takimura Eiji memberi hormat kepada Yang Mulia Kaisar, Hikari-chan, Jenderal Akashi, dan Penasihat Akimaru." Ia dan seluruh muridnya menunduk hormat hingga diberi isyarat untuk kembali seperti semula oleh kaisar.

"Ada hal yang harus kubicarakan denganmu Takimura." Nada suaranya begitu berwibawa, menggetarkan seluruh penghuni istana shokubutsu.

"Baik, Yang Mulia."

Kaisar menuju ruang pertemuan khusus yang berada di bagian dalam istana diikuti oleh Jenderal Akashi, Penasihat Akimaru, dan Tabib Eiji. Mereka benar-benar harus membahas masalah ini tanpa ada yang ditutup-tutupi lagi oleh tabib utama kerajaan.

Sama seperti istana perak, istana shokubutsu juga memiliki ciri khas tersendiri. Dominasi warna cokelat tanah dan hitam, ditambah dengan berbagai jenis akar melintang yang menghiasi bagian dalam. Tiang penyangga berbentuk batang pohon kokoh semakin membuat istana shokubutsu terlihat seperti hutan yang begitu terawat.

Bangunan ini dirancang sendiri oleh permaisuri dari kaisar keempat Kerajaan Rujin yang memang sangat menyukai ilmu pengobatan. Bahkan, lukisan wajahnya menjadi objek utama saat memasuki bagian dalam istana shokubutsu.

"Di mana Hikari?" Ryuu baru sadar gadis kecilnya tidak ikut masuk ke istana dalam. Selama perjalanan, pikirannya dipenuhi dengan Oni.

"Hikari-chan bersama dengan Miyuki, ia ingin mendengar cerita gadis itu," jawab Akimaru yang memang sempat mengajak gadis kesayangan kaisar tersebut dan ditolak.

Ryuu hanya mengembuskan napas pelan. Selama masih berada dalam istana dan tidak jauh darinya, Hikari pasti aman. Ia harus fokus pada masalah utama Kerajaan Ryujin saat ini.

"Jadi, sejak kapan kau mengetahui kemunculan Oni? Lalu apa alasanmu tidak melaporkan masalah ini padaku?" Kaisar menatap tajam tabib utama istana.

"Mengenai kemunculan makhluk itu, hamba sudah mengetahuinya sejak setahun yang lalu, Yang Mulia. Namun, ada yang mencurigakan dari hal ini, sehingga hamba ingin menyelidikinya terlebih dulu sebelum memberikan laporan."

"Setahun? Lalu apa yang kau dapatkan? Jelaskan secara rinci Takimura atau kau akan mendapat hukuman yang lebih berat."

Mendengar kata hukuman sontak membuat Eiji sedikit cemas. Ia sudah menduganya sejak awal, tetapi nasi sudah menjadi bubur. Tak ada yang bisa ia lakukan untuk menghindari hukuman. Eiji hanya berharap dengan penjelasannya, kaisar bisa memberi sedikit keringanan.

Baru saja sang tabib ingin membuka mulut, pintu yang tertutup rapat tiba-tiba saja terbuka. Hikari muncul dengan cengiran khasnya karena mengejutkan keempat pria dewasa dalam ruangan itu.

"Ada apa, Hikari?"

"Ryuu nii-sama, aku ingin belajar bela diri." Ucapan Hikari mengejutkan kaisar dan yang lainnya. Mereka tak percaya gadis kecil ini mengatakan hal tersebut.

"Belajar bela diri?" Kaisar mengulang kembali ucapan Hikari, memastikannya pada gadis kecil itu dan dijawab dengan anggukan penuh semangat.

Jakarta, 12 Februari 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro