Sepatu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seberapa mahal pun sepatu itu. Kamu tetap yang paling berharga.
.
.
.
.
.
Cerita ini didedikasikan untuk, yang sekarang tingkat kekurbelannya bertingkat rebel_hurt jahahaha

Selamat membaca [].

👠👠👠

"Aku seneng banget, deh. Akhirnya sepatunya bisa kebeli juga. Makasih, ya, Van. Kamu udah beliin sepatu ini." Leyi mengangkat paperbag di tangan dan menunjukkannya pada Vandi.

Vandi tersenyum, kemudian mengusap kepala Leyi, gadis yang sudah menjadi kekasihnya sejak lima tahun terakhir. "Kita pulang, yuk?" Vandi mengamit jemari Leyi, mereka pun berjalan beriringan.

Leyi mengangguk dan meletakkan kepalanya di pundak Vandi. "Eh, Yang. Aku mau beli cendol di jembatan itu, ya. Aku haus banget, nih. Pengen cendol." Tangan kiri yang menjinjing paperbag berisi sepatu ia arahkan pada penjual cendol beberapa meter di hadapannya.

"Iya."

Leyi begitu menikmati cendolnya. Vandi terkekeh melihat gadisnya begitu rakus menghabiskan cendol. Leyi berdiri di dekat beton pembatas jembatan, sambil membelakangi sungai. Barang yang dibawa Leyi tadi, ia letakan di beton pembatas jembatan yang lebarnya sekitar sepuluh senti itu.

Vandi menarik sudut-sudut bibirnya terus memperhatikan Leyi di hadapannya yang sangat fokus terhadap cendol itu. Sebelah tangannya terangkat, dan menghapuskan jejak minuman di bibir Leyi dengan ibu jarinya.

Mendapat perlakuan itu sontak membuat Leyi bersemu. Ia menunduk menyembunyikan wajahnya. Kakinya mencoba melangkah mundur, saat jantungnya mulai berdebar hebat. Tanpa sadar ia membentur beton pembatas jembatan di belakangnya membuat kakinya terpeleset. Gelas dalam genggamannya terjatuh dan pecahannya berhamburan. Tangan kirinya menyenggol bungkusan berisi sepatu miliknya, mengakibatkan barang itu terjatuh dan terbawa arus yang deras.

Vandi terkejut, ia segera menarik pinggang Leyi ke dalam pelukannya. Cendol dalam genggamannya membasahi baju Leyi, ia tak memedulikan itu yang terpenting baginya Leyi baik-baik saja. "Kamu nggak apa-apa, kan? Kamu nggak terluka? Mana yang sakit? Apanya yang sakit? Mana lihat?"

Leyi menatap tepat di manik Vandi, ia terisak setelahnya. Mulutnya tak memberikan satu pun jawaban dari rentetan pertanyaan yang diajukan Vandi.

"Jawab aku, mana yang sakit?" Vandi menangkup wajah Leyi dengan kedua tangannya setelah meletakkan gelasnya di beton pembatas. Netranya tak luput dari wajah Leyi.

Leyi menggeleng, cairan bening jatuh satu per satu. Ia semakin terisak.

"Ada yang sakit?" tanya Vandi semakin khawatir.

"Se–sepatunya, sepatunya jatuh, Van. Bagaimana ini?" adu Leyi pada Vandi terdengar seperti bisikan.

Vandi menghela napas lega. "Hanya sepatu." Bibirnya membentuk lengkungan ke atas. Khawatir yang tadi nampak jelas di wajahnya kini lenyap. Ia bersyukur gadisnya baik-baik saja.

"Tapi, Vaan. Sepatu itu mahal. Apalagi, apalagi itu kamu yang beliin, Van…," rengeknya pada Vandi.

Vandi menarik Leyi dalam rengkuhannya. "Seberapa mahal pun sepatu itu. Kamu tetap yang paling berharga. Aku enggak peduli kalau sepatu itu jatuh. Aku masih bisa membelikannya nanti, kalau kamu yang jatuh? Aku mencari yang seperti kamu di mana? Kamu cuma satu, kamu bukan sepatu yang bisa dibeli. Apalagi, mendapatkan kamu itu susah sekali." Vandi mengakhiri ucapannya seraya mencium puncak kepala Leyi.

Leyi mendengak, matanya berbinar. Ia tersenyum sangat lebar. Dirinya bersyukur mendapatkan lelaki seperti Vandi, yang selalu mengistimewakan dirinya.

"Kita pulang, yah."

Leyi mengangguk. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya untuk pulang.

"Tunggu!" Vandi dan Leyi berhenti setelah mendengar seruan itu kemudian berbalik.

"Bayar cendol saya. Dan ganti gelas saya yang pecah. Kalian jangan main pergi seenaknya gitu aja, dong. Masa penginnya yang gratisan. Udah pacaran di pinggir jembatan, minum cendol gamau bayar lagi. Dasar nggak modal. Pacaran aja sono di empang sama lele kuning."

Leyi dan Vandi bersitatap. Keduanya terkekeh mendengar gerutuan tukang cendol tersebut. Keduanya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

[].

👠👠👠

Apasi ini? rebel_hurt jahahaha.


Bandung, 14 Agustus 2017.


Salam,

Hldrsd.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro