3 - Sebuah Kontrak

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Para pedagang Eshanya memang terkenal pelit. Mereka kerap meminta pelayanan lebih, tapi dengan harga seminimal mungkin. Pengalaman bekerja dengan mereka mengajarinya pengalaman baru. Para pedagang dari Eshanya seburuk cerita yang beredar dari mulut ke mulut. Setidaknya mereka masih membayar lunas jasa pengawal dibandingkan dengan para pedagang serikat asal Norbert yang masih menunggak.

Selagi menunggu kabar, si pengawal berjalan-jalan sejenak di sekitar pelabuhan. Pemandangan lautan lepas di depan sana amat berbeda dengan Agartha yang dikelilingi pegunungan dan berbukit-bukit. Sesekali dia menoleh sekitar sembari menikmati setiap deburan ombak dan nyanyian angin dari arah dermaga.

Pengawal itu kembali ke gedung utama serikat. Suara yang nyaris memekakkan telinga saling menimpali dari arah lobi. Kegiatan lelang di sana tidak seperti kemarin. Kali ini mereka terus menyebutkan nominal uang daripada menyerukan barang dagangan. Dirinya berpapasan dengan Runa di lobi yang berjalan dari arah berlawanan.

"Sedang apa kau di sini?"

"Maafkan atas kelancangan hamba. Hamba ingin bertanya pada Tuan Sekretaris soal pembayaran."

"Kalau begitu, ikut aku."

Sang sekretaris mengantar si pengawal menuju lantai dua gedung. Langit-langit tinggi nan melengkung membuat kantor pusat serikat tak ubahnya istana atau kediaman bangsawan. Sekelompok pekerja serikat menggotong peti-peti barang di lorong menuju ke arah gudang di bawah sana.

Sampailah mereka pada sebuah pintu dengan ukiran rumit di ujung lorong. Runa mengetuk pintu dari luar seraya berkata.

"Nyonya. Ini aku, Sekretaris Firm. Aku sudah membawa pengawal itu kemari."

"Masuklah."

Seorang wanita menjadi ketua serikat? Pengawal itu tertegun dengan suara lantang seorang wanita dari dalam sana.

"Ingat. Jangan bertingkah lancang apalagi berbuat macam-macam di hadapan Alka."

Runa membuka pintu ruangan Alka. Barang-barang mewah mengisi ruangan itu. Sinar matahari membuat debu halus berkelap-kelip menghiasi ruangan yang lega. Warna merah dan cokelat menjadi warna dominan dari dalam ruangan dengan perabot serba kayu di dalam sana. Ukiran simbol serikat yang menggantung di dinding benar-benar menandakan itu memang ruangan pribadinya.

Ada dua perempuan yang tengah berbincang di dalam ruangan. Manakah sang ketua? Perempuan bergaun biru ataukah wanita yang duduk di hadapannya?

"Tidak bisa! Kau bukan anggota serikat. Memangnya siapa yang akan menanggung biaya pengobatanmu selama perjalanan?" ucapnya dengan nada meninggi.

Sejak tadi seorang wanita berambut pirang terus menegur seorang wanita bergaun biru safir yang duduk di depannya. Sorot matanya teramat serius sehingga membuat tamu di depannya terus menunduk. Wanita yang sejak tadi duduk di bawah dinding dengan hiasan simbol serikat melirik kedua tamu dari arah pintu.

"Tunggu di sini. Bibi ada urusan pekerjaan sebentar."

Wanita bergaun ungu itu mempersilakan mereka duduk di area tunggu dalam ruangan kerjanya. Pengawal itu menoleh ke arah perempuan bergaun biru yang duduk di dekat meja.

Sejak tadi wanita berambut panjang itu mendengkus. Rambut cokelat lurusnya tergerai lemas hingga menutupi hampir sebagian wajahnya dari belakang. Perempuan bergaun biru itu bergegas meninggalkan ruangan. Gadis itu tak sengaja menoleh ke arah si pengawal, tapi langsung menutupi wajahnya. Dia undur diri sambil menundukkan wajah.

Seorang wanita dengan rambut pirang digelung rapi duduk di hadapan si pengawal. Dia mengenakan kalung dan cincin bertahtakan permata, tapi tidak terkesan ramai apalagi membutakan. Sejak tadi dia menatap lekat si pengawal yang duduk di samping Runa.

"Inikah pengawal yang kau ceritakan itu? Badannya terbilang kurus untuk ukuran deman," gumam wanita itu.

"Dia memang kurus, tapi pekerjaannya memuaskan," timpal Runa.

Wanita itu lalu memperkenalkan diri. Alka Heize. Usianya sekitar 40 tahunan. Kini menjadi ketua serikat pedagang Mercer menggantikan suaminya, Angus Heize, yang kini menjadi menteri perdagangan Norbert. Alka, suaminya, dan Runa sebenarnya pendiri dari serikat ini. Itu juga menjelaskan kebiasaan Runa yang kerap memutuskan hal seenaknya, tapi berstatus sebagai "seorang sekretaris".

"Runa lebih suka bekerja di balik layar untuk mengatur keuangan, administrasi serikat, hubungan dengan klien, pemeriksaan komoditas di gudang, dan hal-hal lain yang lebih bersifat praktis. Jika dia menggantikan posisiku, bisa-bisa serikat ini akan bubar karena sifat pemarahnya. Banyak anggota serikat yang mengeluhkan itu termasuk istrinya."

Runa mendelik ke arah Alka. "Cih. Kau meledekku di depan pengawal ini?"

"Bukankah itu memang benar? Biasanya kau menjadi pemarah bila menyangkut soal efisiensi pekerjaan dan keuangan serikat. Pengawal ini harus tahu kebiasaan burukmu sebelum berangkat ke Astarte."

"Tunggu. Nyonya memintaku untuk pergi ke Astarte?" tanya si pengawal.

Alka mengambil sebuah gulungan dari meja kerjanya. "Tentu saja. Kami sedang membutuhkan pengawal untuk perjalanan bisnis paling lambat tujuh bulan lamanya. Semua itu sudah termasuk waktu untuk beristirahat dan hal-hal yang tidak terduga."

Alka menambahkan jika serikat hendak mengikuti pasar besar yang diadakan pada Pekan Raya Benedicti. Biasanya pekan raya itu diadakan di Prospero, ibu kota Astarte yang juga merupakan kota pelabuhan. Pekan raya itu juga merupakan ajang jual-beli terbesar di barat Arvalis yang berlangsung selama sebulan di musim gugur.

Biasanya serikat kerap menugaskan para pekerjanya untuk menemani para pedagang yang hendak berbisnis di sana. Mereka berangkat bersama-sama sesuai perjanjian. Namun, belakangan ini masalah keamanan serius muncul di perbatasan Cassia, salah satu titik utama dalam jalur yang biasa mereka lalui. Konon keberadaan monster di sana kerap melukai beberapa orang dan kuda selama perjalanan. Kabar itu terus beredar di sekitar para pedagang lokal dan asing yang berniaga di pelabuhan.

"Masalahnya selama ini kami selalu melalui Jalur Wewangian untuk mencapai Astarte. Selain itu, Runa terus bercerita tentangmu sekembalinya dari Fira. Kurasa tidak ada salahnya jika meminta bantuanmu juga."

Cassia. Sebuah negeri di barat Arvalis yang berbatasan langsung dengan Astarte. Negeri itu terkenal dengan kekuatan militer yang tangguh seperti Astarte dan Misty. Bagaimana bisa Cassia bisa mengalami masalah di perbatasan hingga nyaris mengancam nyawa para pedagang?

"Rombongan kami akan berangkat langsung akhir pekan. Apakah Tuan bisa menyanggupinya?"

Pengawal itu membalas, "Hamba akan mempertimbangkannya dengan satu syarat. Hamba ingin pembayaranku untuk mengawal serikat ini dibayar lunas."

Alka mengurut keningnya.

"Astaga, Runa. Kenapa kau harus mengerjai orang asing seperti ini? Perjalanan dari Misty menuju Noto itu cukup jauh!"

Runa membalas, "Semua ini karena penipu yang mencuri uang serikat di Garaden. Kami juga nyaris kehabisan bekal sewaktu kembali dari Fira."

Tangan lentik Alka meraba-raba gulungan kertas di atas meja. Alka menyerahkan gulungan kertas pada Soran. Ia membuka gulungan berisi beraneka pasal dan tempat untuk membubuhkan tanda tangan.

"Rombongan kami akan berangkat akhir pekan ini. Ini adalah kontrak yang harus Tuan patuhi. Tuan jangan langsung menandatanganinya. Pelajarilah setiap pasalnya terlebih dahulu."

Biasanya deman lebih suka membicarakan masalah pekerjaan langsung ke intinya. Sementara itu, si pengawal membaca betul-betul gulungan kontrak yang tergerai di tangan. Isinya tidak begitu panjang, tapi memuat semua hal yang berhubungan dengan pekerjaan.

"Tanyakan saja bila ada hal yang tidak dipahami. Aku ingin hubungan di antara kita benar-benar terbuka dan tidak ada keterpaksaan."

Alka mengambil sebotol kecil berisi tinta dengan pena bulu dari atas meja kerjanya. Pengawal itu masih membaca kontrak tersebut.

Berdasarkan kontrak, ia hanya perlu mengawal rombongan serikat pedagang hingga sampai ke Astarte dalam kurun waktu tujuh bulan. Ia juga akan mendapatkan uang muka untuk keperluan perbekalan. Nominalnya terbilang fantastis. Itu jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya mengawal para pedagang dari Agartha ke tempat asal mereka.

Namun, ada satu hal yang membuatnya harus berhati-hati. Jika sampai rombongan serikat mengalami kerusakan fatal atau ada anggota rombongan yang berakhir cacat, serikat akan memotong bayaran hingga setengahnya. Tugas ini beresiko tinggi. Selain itu, kondisi Cassia juga terbilang tidak aman. Pastilah akan terjadi kerusakan selama perjalanan berlangsung.

"Bagaimana? Apa Tuan bersedia? Jika Tuan menolak, kami akan meminta bantuan dari para pengawal lain. Apapun jawaban Tuan, kami tetap akan membayar lunas sisa pembayarannya."

Pengawal itu kembali membaca gulungan pasal kontrak di tangannya.

"Tuan Pengawal?"

Pengawal itu melirik ke arah pena bulu dan sekotak tinta di atas meja. Ia membubuhkan tanda tangan di atas gulungan kontrak sebelum menyerahkannya pada Alka.

"Sepertinya kali ini penilaian Runa memang tidak salah. Aku percaya padamu Tuan—"

"Namaku tidak penting," tukasnya. "Nyonya berikan saja perintah juga sisa pembayarannya."

Alka tersenyum selagi menandatangani kontrak di hadapannya.

"Baiklah kalau begitu. Mulai besok, Tuan bisa langsung bekerja. Datanglah ke ruanganku esok pagi. Aku akan membayar sisa pembayaran sekaligus uang mukanya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro