26. Tragedy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Eonni, liptint ini warnanya bagus untukmu. Kau mau coba?" ucap Park Sooyoung dengan semangat. Hyunjin yang sedang memilah-milah kosmetik akhirnya setuju untuk mencobanya. Dia melihat pantulan dirinya di kaca, Sooyoung benar. Warna berry seperti ini cocok dengan warna bibirnya.

"Kau benar, ini cocok sekali denganku."

Sooyoung tersenyum senang. "Aku akan memberikannya sebagai hadiah untukmu."

"Tidak perlu seperti itu, Sooyoung-ah, aku akan membayarnya." Namun, Sooyoung lebih cepat mengambil liptint itu dan membayarnya. Hyunjin mendesah kesal karena tidak enak.

"Anggap saja ini hadiah pertemanan kita. Aku senang sekali bisa berteman dengan eonni, jadi aku berharap kita akan selalu seperti ini." Sooyoung merangkul Hyunjin dengan gemas. Kalau seperti ini, rasanya Hyunjin seperti punya adik perempuan.

Setelah selesai berbelanja, mereka berencana untuk mampir ke sebuah cafe. Baru saja Sooyoung ingin melajukan kendaraannya, Hyunjin terpekik karena dia lupa sesuatu.

"Sebentar, aku lupa sesuatu. Astaga!" Hyunjin buru-buru keluar dari mobil dan mengambil belanjaannya yang terlupakan. Dia membelikan Sooyoung lilin aromatheraphy karena gadis itu sempat menyinggung dia banyak menggunakan lilin itu. Hyunjin pikir, cocok sekali untuk hadiah pertemanan mereka.

"Untung saja masih ada!" Hyunjin berteriak di sebrang jalan kepada Sooyoung yang menghela napas lega.

"Syukurlah eonni. Kukira apa." Sooyoung tertawa. Hyunjin berjalan begitu saja, tanpa tahu ada sebuah mobil hitam yang melesat dan mengenai tubuhnya hingga dia terjatuh tak sadarkan diri.

"EONNI!"

~

Seokjin sedang membaca materi yang akan dibawakannya di seminar begitu ponselnya menjerit dan membuatnya terkejut. Ternyata dari Sooyoung. Ada apa menelponnya siang-siang begini?

"Halo."

"Oppa, cepat ke rumah sakit. Eonni... Hyunjin eonni kecelakaan."

"ASTAGA! BAGAIMANA BISA?"

"Nanti aku akan jelaskan," kata Sooyoung dengan isak tangisnya. "Jangan lupa bawa Junyeong. Aku bisa menjaganya."

Seokjin langsung mematikan ponselnya. Menyiapkan baju dan keperluan Junyeong lalu menggendongnya. Untung saja anak itu baru tidur setelah minum susu asi botolan yang Seokjin hangatkan.

Seokjin menelpon ponsel Jimin, lama tidak diangkat sampai-sampai seseorang mengangkatnya.

"Jimin, adikku kecelakaan!"

"Apa?! Sialan Kim Taehyung! Pria itu benar-benar brengsek!"

"Kau bertemu dengannya? Argh! Cepat selesaikan urusanmu dengannya, aku tidak suka seperti ini terus menerus!"

Seokjin langsung memutuskan panggilan dengan perasaan kesal. Entah sampai kapan drama ini berakhir, yang jelas Seokjin sudah tak tahan lagi dan rasanya ingin menghabiskan Taehyung dengan tangannya sendiri.

~

Brak!

Minji mendobrak ruangan Taehyung, tak peduli dengan sekertaris barunya yang bilang bahwa Kim Taehyung tidak mau di ganggu. Taehyung bergerak cepat menghampiri Minji, memindai gadis itu yang  terlihat baik-baik saja.

"Kau tidak apa-apa dengan si brengsek Jimin itu, kan?" Taehyung menatap cemas dengan bola mata yang bergetar. Minji tak bisa menahan emosinya lagi, saat itu juga dia menampar Taehyung dengan sangat keras.

Taehyung terperangah, dia cukup kaget dengan kelakuan Minji yang tak pernah terpikirkan olehnya. Minji sudah menangis sekarang. Fakta dia mencintai Taehyung sangat menyiksanya. Dia telah menyakiti pria itu dan dengan instan pula dia merasakan penyesalan.

"Kau benar-benar pria kejam yang pernah kukenal. Kupikir kau akan berhenti mengganggu Hyunjin tapi kau malah membuatnya celaka? Kau gila, huh?!" Minji memukul dada bidang Taehyung, dan anehnya pria itu hanya diam saja.

"Kau tidak mengerti rasa sakitku, Minji. Kau bisa berkata seperti itu sedangkan kau tidak merasakannya." Kali ini Taehyung bergumam. Minji yang mendengarnya terkekeh pelan lalu menatap tajam Taehyung.

"Kau pikir di dunia ini hanya kau yang merasakan sakit?! Semua orang merasakan sakit yang berbeda-beda. Tak ada yang lebih besar atau sedikit." Minji masih menangis menatap Taehyung.

"Lalu, kau menyakiti orang lain karena kekesalanmu? Kau pikir semua akan membaik? Tidak sama sekali. Karena kau baru saja mengotori hatimu sendiri dan membuat luka baru di hatimu. Kau tidak bisa memiliki Jungkook, lalu kau menyakiti Hyunjin. Kalau seperti itu kasusnya, apakah aku harus menyakitimu karena aku tidak bisa memilikimu? Tolong jawab aku!"

Taehyung benar-benar terdiam. Semua perkataan Minji benar-benar menusuknya. Kalau saja dia mendengar kata-kata itu jauh sebelum dia berencana untuk membunuh Jungkook, apa Taehyung bisa merasakan penyesalan seperti ini?

"Aku sudah berjalan sejauh ini. Tetap tak akan kubiarkan Hyunjin hidup dalam keadaan baik-baik saja. Dia harus merasakan sakitku karena ditinggal oleh Jungkook."

Minji menarik kerah baju Taehyung, memaksa pria itu menatap mata basahnya dengan lekat. Dia tak peduli, tapi sekali lagi dia ingin memberitahu Taehyung bahwa perbuatannya itu salah. Sangat salah.

"Pikir baik-baik. Kau tidak akan bahagia jika melakukan ini terus menerus. Apa kau tak pernah berpikir? Jangan-jangan orangtuamu meninggalkanmu karena imbas perbuatan jahatmu selama ini."

Taehyung mendorong Minji, dia sudah tak peduli dengan status Minji yang merupakan seorang perempuan. Dia paling tidak suka seseorang membicarakan orangtua atau kesalahannya.

Taehyung menyayangi Minji, tapi apa yang didengarnya barusan sudah keterlaluan. Siapapun tidak berhak untuk menghakiminya, termasuk gadis itu.

Baru saja Taehyung ingin menampar Minji, seseorang masuk dan itu adalah asisten Nyonya Kim.

"Tuan Kim, kurasa kau harus ikut denganku. Nyonya Kim mencoba untuk bunuh diri lagi, dan sekarang beliau tidak sadarkan diri."

Taehyung sukses menganga dengan hati mencelos. Apa-apaan ini, pikirnya. Kenapa semua rasa bercampur aduk di hatinya?

"Taehyung, kau harus menemui Nyonya Kim. Aku mohon. Kau boleh membenciku karena ucapanku hari ini, tapi tolong, kunjungi Nyonya Kim."

Taehyung terdiam lama sebelum akhirnya dia menyambar kunci mobilnya. Minji menghela napas lega dan menghubungi Jimin. Tetap saja dia ingin pria itu berhati-hati karena perangai Taehyung sungguh tak bisa ditebak.

~

TBC


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro