Diary Spiritual (Kepercayaan)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kepercayaan


Sudah hampir satu tahun setengah saya diberi tugas untuk menjadi bendahara di organisasi yang saya ikuti. Kebetulan kami mengumpulkan infak dari para anggota setiap bulannya dan itu bersifat wajib. Dana itu kami gunakan untuk keberlangsungan organisasi kami.

Dan suatu hari saya merasa seseorang menekan saya, karena kelalaian saya dalam menagih infak tersebut tidak begitu intens. Saya memang tidak mungkin mendatangi setiap anggota yang berjumlah tiga puluh orang di daerah saya, sementara saya tidak tahu siapa mereka dan di mana mereka tinggal, berhubung saya anggota baru.

Kebetulan memang orang-orang yang sudah menjadi anggota itu tidak semua aktif, dari tiga puluh orang hanya sepuluh orang saja yang aktif, sementara data mereka ada di pusat dan hanya pusat saja yang bisa memutuskan untuk mereka boleh ke luar dari ormas atau tidak.

Tekanan itu membuat saya merasa kesal karena tugas saya sebenarnya hanya mengingatkan bukan menagih. Dan saya mengingatkan di grup. Namun, seminggu berlalu pesan saya diabaikan seluruh anggota grup. Hingga kemudian entah apa yang merajai saya waktu itu.

Meski saya merasa saya masih menggunakan kata terbaik saya. Namun, tanpa saya sadari ada kata-kata saya yang membuat salah satu dari mereka terluka, hingga memutuskan hengkang dari grup besar setelah mengirim chat panjang lebar sesuai isi hatinya.

Saya langsung japri orang itu, saya memohon maaf jika ada kalimat saya yang membuat dia terluka. Dan dia memang terluka dengan apa yang saya lontarkan. Namun, akhirnya dari situ dia terbuka, saat saya tanya kenapa dia bisa ikut organisasi ini kalau pada akhirnya dia tidak aktif. Dan dia mengungkapkan alasannya hanya sebagai janjinya pada suami.

Namun, ada kalimat dia yang membuat jantung saya mencelus, dan seketika kening saya mengkerut. Saya masih ingat dengan kalimat dia dalam chatnya. “Ternyata ada pengorganisasian seperti ini, gak suka, gak bisaa, gelayy.” Saya dapatkan kalimat itu disertai dengan emoticon tertawa. Hanya saja bagi saya ini bukan hal yang lucu.

Kalimat tersebut memancing asumsi buruk di otak saya. Dan saya mengirim pesan dia ke teman-teman yang isinya ketua, sekretaris dan dua orang lagi yang kami anggap sebagai penasehat.

Memang mungkin kalimat saya atau memang saya yang terlalu berlebihan. Hingga saya menganggap orang itu jijik terhadap organisasi kami. Dan saya mengirim pesan ke grup yang isinya ketua dan sekretaris juga dua orang itu, [Gimana dong guys, ternyata dia udah jijik duluan sama organisasi kita.] Itu kalimat terburuk saya.

Saya bodoh, karena saya menganggap isi grup yang ada lima orang dengan saya itu, bisa dipercaya. Nyatanya salah seorang dari mereka, lebih tepatnya teman saya menunjukkan chat saya yang ada di grup besar dan grup yang lima orang itu pada suaminya. Lebih parahnya si suaminya teman saya itu membeberkan semua pada orang yang bersangkutan yang kebetulan dia bersahabat sekali dengan si suami yang istrinya bilang gelay ini.

Hingga mencuat ke publik, kalau si anu katanya jadi jijik ke ormas ini. Dari mulut ke mulut, dari telinga ke telinga. Padahal saya tidak menyebarkan apapun terkait hal itu. Namun, ada saja orang yang memang so care tanpa mempedulikan apa yang sebenarnya terjadi, entah itu laki-laki atau perempuan, nyatanya sama saja, laki-laki yang terkesan makhluk cuek dan selalu berpikir logis dengan mempertimbangkan segala hal sebelum menyebarkan hal itu, nyatanya itu hanya segelintir saja. Terbukti kalimat tersebut menyebar karena ulah laki-laki itu.

Saya dan teman saya mendatangi rumah orang itu untuk meminta maaf, dari sanalah kenyataan itu saya terima, mungkin saja satu ormas itu menganggap saya telah memfitnah si anu dengan mengatakan si anu itu sudah jijik duluan. Padahal demi Allah itu hanya tertulis di grup yang isinya lima orang tadi.

Namun, mereka (Si anu dan suaminya) menolak anggapan seperti itu, maksud gelay yang dia lontarkan itu bermakna geli. Apa saya yang bego hingga saya mengartikan itu adalah jijik. Namun, saya melihat di tesaurus, ternyata saya gak salah karena sinonim geli itu sendiri adalah, jijik dan risih. 

Dari sana saya belajar bahwa tidak semua orang suka, tidak semua orang dapat dipercaya dan dari kejadian tersebut saya juga belajar untuk tidak membalas chat atau mengawali chat dalam keadaan kesal.

--Sekian dan terima kasih--

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro