11. KomodoCupu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku bingung harus memulai ini dari mana. Tapi, 2019, karena suatu alasan membuat fandomku terpecah belah. Lalu, aku mulai menuliskan keluh kesahku dalam bentuk cerita, karena nggak semua hal bisa aku bagikan di sosmed. 2020, adalah tahun kehancuran hatiku sekaligus yang membentuk kepribadianku saat ini, karena suatu alasan (lagi), aku harus bekerja 10x lebih banyak untuk melindunginya; cowok yang cuma bisa aku peluk dalam mimpi. Ini mungkin terdengar gila banget, tapi suaranya adalah penawar racun, senyumnya bak matahari, dan kepribadiannya seperti jelmaan malaikat yang diusir dari langit akibat mencintai manusia; aku. Nggak mengherankan orang akan melakukan apa pun untuk menjaga senyumnya tetap abadi. Seperti kebiasaanku sejak kecil, menulis membuat perasaanku lebih baik.

Sebelum aku memulai bagaimana aku bisa sampai di dunia literasi dan menceritakan kisah perjuanganku di masa pandemi ini. Izinkan aku untuk basa-basi terlebih dahulu, karena syarat tulisan untuk mengikuti kompetisi penulis ini antara 1000 sampai 3000 kata dan pengalamanku belum sebanyak itu sampai bisa memenuhi 1000 kata, hikss. >.< #PoorMe

Dilingkunganku orang-orangnya nggak terlalu suka membaca, di sini tingkat literasinya rendah, pun dengan keluargaku, buku yang dibaca paling-paling buku pelajaran, ini diperparah dengan nggak adanya perpustakaan, jika pun ada toko buku pasti isinya cuma buku pelajaran sekolah biasa atau buku agama. Oke, ini dulu, sekarang sudah ada, Alhamdulillah.

Ada banyak hal yang lebih penting untuk dibeli ketimbang segeblok buku, okay. Aku pribadi dulu sangat susah untuk belajar membaca, ketika teman-teman lain sudah lancar membaca, aku masih terbata-bata, itu masih berlangsung hingga mau lulus sekolah dasar, aku lambat belajar. Waktu itu aku antara kelewat polos atau bego, salah satu teman kelasku yang juga tetanggaku pernah kasih pertanyaan, “A. S. U. Dibaca apa, Sha?”

Aku yang biasa ngeja refleks jawab, “Asu.” Dan dia dengan laknatnya langsung ketawa sambil guling-guling. — artinya "anjing", dalam bahasa Jawa itu kosakata yang kasar dan masuk sebagai umpatan.

Meski begitu, aku tetap ingin menulis. Ketika aku sedang sedih, maka aku akan mulai menulis diary, nggak peduli sehancur apa tulisanku, pokoknya yang aku tahu ketika aku menulis hatiku akan terasa plong, kalimat yang aku tuangkan pun bisa dihitung pakai jari, aku terus mengulangnya berkali-kali hingga kalimat-kalimat yang sama itu memenuhi hampir beberapa lembar buku tulisku yang sudah tercampur dengan air mata. Aku pernah berdoa sama Allah, kalau aku bisa membaca dengan lancar, aku nggak akan pernah berhenti membaca dan akan membaca apa pun yang aku lihat. Ajaib. Beberapa Minggu kemudian aku benar-benar lancar membaca, sejak saat itu aku selalu membaca. Ini juga aku lakukan untuk belajar membaca iqro'. Hobi nulisku waktu sedang sedih pun masih berlanjut dan semakin parah waktu Dad beliin aku ponsel dan membuatkanku akun Facebook, aku mulai menulis segala hal yang aku rasakan, membaca kalimat apa pun yang aku temui.

Suatu hari Bunda baca novel punya Asma Nadia pinjam dari temannya, aku kepo tapi nggak diizinin baca, katanya itu bacaan orang dewasa. Sampai akhirnya aku menemukan cerpen-cerpen di fanpage Facebook, setiap kali aku mengikuti satu fanpage, maka fanpage yang lain akan bermunculan sebagai rekomendasi. Aku membaca semuanya, lama-kelamaan aku seperti memiliki rasa dahaga akan bacaan yang nggak akan pernah terpuaskan. Setiap kali menyelesaikan satu cerita, maka bayangan akan cerita itu akan terus berputar-putar dalam ingatan, memaksa otakku melanjutkan kisah yang tertunda atau mungkin ada adegan yang sang penulis tidak ceritakan. Semuanya melesak secara bersamaan, aku membuat beberapa catatan kasar tentang itu, lalu kembali membaca, dan melupakan begitu saja apa yang sudah aku tulis.

Sampai akhirnya aku sampai dititik ... aku ingin membaca kisah seperti apa yang ada didalam otakku, tapi aku tidak juga menemukan kisah yang aku inginkan itu. Lain halnya dengan keinginan yang aku anggap aneh kala itu, aku selalu kagum dengan mereka yang bisa menulis cerita, aku selalu bertanya-tanya bagaimana orang-orang hebat ini bisa membuat kisah fiksi? Tapi rasa kagumku itu nggak terlalu kuat untuk membuat aku belajar menulis cerita karena aku yang terlalu nggak percaya diri waktu itu. Kalau sekarang jangan ditanya, nggak ada persiapan apa pun aku berani daftar lomba, wkwk, meski ujung-ujungnya harus gigit album EXO. *Gigit jari udah pasaran, okay.

Satu per satu fanpage kesukaanku mulai hiatus dan nggak pernah kembali, beberapa dari mereka memutuskan menghapus ceritanya dari Facebook karena terkena plagiarisme, dan aku yang waktu itu berusia 15 tahun nggak tahu lagi harus menemukan bacaan gratis di mana selain berusaha cari fanpage baru. Aku lupa bagaimana ceritanya, pokoknya aku menemukan Wattpad! Cinta pertamaku yang menuntunku menemukan dunia baca gratis dengan mudah, nggak ada hari yang akan aku lewatkan selain hanya untuk membaca cerita dari dunia oranye. Dan lama-kelamaan aku mulai tergoda untuk mencicipi bagaimana rasanya mempublikasikan cerita, dan oh ternyata rasanya gurih juga.

Semua itu dimulai ketika aku yang memang lagi kepoin K-Pop dan menemukan EXO fanfiction yang ngebuat otakku kepenuhan imajinasi, kasarnya ngehalu lah. Aku mulai corat-coret note yang isinya cuma oc and idol yang 100% malu-maluin sumpah, beberapa ada yang sempat aku publish diakun pertama tapi kebanyakan udah aku takedown. Sampai akhirnya ada fanfiction Suho yang mau aku baca tapi seberapa keras aku berusaha cari, cerita yang sama persis dengan apa yang ada dibayanganku tuh nggak ada, karena lagi gabut banget dan malas buka sosmed karena sosmedku lagi digerayangi orang-orang gila, aku keluarin aja semua isi dalam otakku. 4 Februari 2020 adalah debut author fantasiku (aku pilih 4 Februari karena bertepatan dengan hari jadi Dad dan rencana mau tak tamatin tanggal 4 April yang juga bertepatan dengan hari jadi Bunda), aku ambil genre Vampir, cast utamanya Suho EXO sama Kris Wu, itu adalah cerita pertamaku yang bertahan paling lama dan dapat pembaca setia yang rela vote, komen, follow, dan teror aku, tapi sebelum April udah tak takedown duluan. Gara-gara cerita itu juga aku bisa lolos salah satu komunitas literasi pertamaku dan lewat komunitas tersebut aku mengenal platfrom Dreame. Dari sini, kisah nulisku yang lebih serius dimulai.

Yehet! Aku bilang serius soalnya aku dapat royalti, huhu. Rasanya nano-nano, aku bahagia banget waktu itu, baru mulai nulis itu pun dari iseng tapi udah ngasilin. Waktu itu aku pamer sama ortu, eh sama mereka malah dikatain, “Awas, penipuan.” Ya Allah, untung sayang, mana tetangga pakai ikut-ikutan ngeremehin lagi, dan sialnya aku bukan tipe yang mau repot-repot jelaskan sesuatu yang sudah lebih dulu dipandang sebelah mata. Sekarang semua hal tentang dunia nulisku aku keep buat diri sendiri, yang tahu aku nulis apa cuma adik, itu yang aku kasih lihat ke dia itu yang genre-nya fabel, karena sekarang genreku sudah mulai berani dengan adegan macam-macam, aku udah nggak kasih lihat ke dia lagi. Kalian tahu, aku punya ambisi untuk bisa menulis semua genre, huhu, aamiin, mohon doanya.

Oke, back to pembahasan.

Ini berawal dari nekad dan mungkin juga setengah sendok teh nasib mujur sih, nggak ada kepikiran mau join komunitas literasi sebelumnya, tapi ketika aku membaca beberapa cerita di Wattpad dan suka lihat profil penulisnya pakai twibbon atau dikover ceritanya pakai stiker gitu sudut hati kecilku iri plus kepo dan ngerasa ini keren banget, aku juga pengen ada diposisi mereka tapi nggak tahu harus ngapain biar bisa kayak mereka. Waktu itu pendaftaran tinggal beberapa jam lagi dan kalau mau daftar harus punya satu karya tamat, oke waktu itu aku hopeles banget! Tapi salah satu perkataan teman Soondingie-ku (Chen stan) tiba-tiba ngebuat aku semangat, aku lupa dia ngomong apa tapi yang jelas dia bilang kalau nggak baca fanfiction Chen dia nggak bakal kenal Chen, itu ingetin aku lagi kalau salah satu awal mula kenal EXO adalah baca fanfiction Chanyeol.

Aku ingin tulisanku semakin baik agar bisa memikat banyak orang yang demen membaca agar kepoin EXO, jadilah si Suho mati-matian aku tamatin dengan begitu awut-awutan dan berjanji kalau sudah lolos nanti bakal tak revisi tapi sampai sekarang itu cuma wacana murahan semata—karena malu-maluin jadi aku unpublish aja. Alhamdulillah aku keterima, dari sini wawasanku soal literasi lebih luas, di sini aku mulai kenal banyak teman-teman EXO-L yang juga penulis, aku merasa kecil tapi disaat yang bersamaan hatiku penuh dengan semangat. Hanya selang beberapa bulan sejak aku masuk dikomunitas pertama, aku kembali daftar di komunitas ke dua, kalian tahu, dia adalah BSWClub, huhu. Euh, ada banyak hal yang dibagi di sini, salah satunya aku mulai mengenal lebih banyak platfrom digital dan tentu saja aku ingin menulis dibanyak platfrom dan menghasilkan dolar, hoho.

Oho, ngomong-ngomong dolar, sampai sekarang aku belum sentuh royalti pertamaku, bahkan meski cerita tersebut sekarang sudah diberbayar. Aku pengen menabung uang-uang itu untuk comeback EXO, dia kalau nggak salah mulai publish bulan April 2020, tapi sampai sekarang EXO-nya malah nggak comeback-comeback, bulan April kemarin kasih spoiler sih, tapi habis itu malah ngilang kayak ditelan gergasi. *Maaf curhat, maklum korban dighosting bias.

Apa kalian termotivasi dengan kisahku diatas?

Kalau aku jadi kalian, aku akan mulai mencari akun sosmed penulisnya habis itu tak maki-maki. Oke, maaf udah buang-buang waktu kalian buat baca ini.

Ini terjadi masih dimasa pandemi, seperti sebuah embun yang jatuh ke bumi ditengah kota penuh polusi, 2 komunitas yang aku ikutin ngebuat aku juga ingin memiliki komunitasku sendiri, lalu lagi-lagi dengan nekad, berbekal pengalamanku yang masih cetek, aku benar-benar membuatnya: CHEN FANFIC 921. Komunitasku sendiri, iya sendiri, soalnya anggotanya baru aku doang. Wkwkwk. Aku meniatkan cerita-cerita di sini benar-benar hanya untuk Chen, mengumpulkan banyak dolar dari cerita-cerita Chen fanfic yang juga aku gunakan untuk menyaring fans baru, sekaligus untuk kasih tahu dunia bahwa nggak peduli apa pun status Chen saat ini, Chen akan tetap jadi orang yang sama, jadi nggak perlu segan untuk menulis Chen fanfic. Aku nggak tahu apa yang orang lain pikiran, tapi mempromosikan seorang publik figur dari sebuah karya itu benar-benar mujarab, dan aku ingin memanfaatkan ini.

Animo orang-orang dimasa pandemi untuk membaca itu sebenarnya bagus, mungkin efek di rumah aja kali, ya. Itu terbukti dengan makin menjamurnya platfrom-platfrom digital terutama milik anak bangsa, nggak heran banyak orang yang awalnya nulis hanya sekadar hobi jadi berubah sebagai profesi. Dan aku adalah salah satu dari orang-orang ini. 'w'

***

Nama: Asha Adolf
Username Wattpad: KomodoCupu
Username Instagram: komodocupu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro