00. Epilog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jakun Jaehwan naik turun lagi. Sepasang netranya masih memejam dengan bagian vocal Sejoon yang baru diambil alih Bora.

'Sudah cukup semua ini. Aku sudah puas. Saatnya untuk benar-benar kembali,' ujar Jaehwan dalam batin.

Perlahan, gegap gempita keresahan dalam imajinya pudar. Kabut-kabut yang mengisi ruang lokatrayanya lesap. Terganti pendar terang menenangkan yang menulusupi kisi-kisi pikiran dan hatinya. Dadanya melonggar. Napasnya meringan. Berakhir membuka sepasang netra sipitnya, memamerkan kelereng mata cokelat jernih yang ia miliki.

Ini adalah konser terakhir Dazzle bersama Ray. Momen terakhir mereka sebelum kontrak dengan agensi habis sudah, lanjut ke karir personal yang sudah mereka berlima rencanakan. Dan momen kebersamaan terakhir bersama Ray kini jelaslah akan mereka manfaatkan sebaik mungkin; menunjukan performa terbaik mereka untuk terakhir kali, berterima kasih atas dukungan Ray yang terus memeluk mereka hingga titik terakhir.

Mereka berlima beringsut menaiki 2 kereta mini terbuka yang akan membawa mereka memutari sebagian bagan vanue paling bawah. Menyalami beberapa Ray yang beruntung. Sedangkan, kini Jaehwan hanya berdadah sembari menatap para Ray dari bagan terbawah hingga teratas vanue, tersenyum manis. Sorak sorai menyebut nama-nama mereka berlima terus memenuhi Tokyo Dome.

Jaehwan cukup menyesali, kenapa dulu dirinya mau mengikuti alur agensi untuk berbuat skinship pada para fans, alih-alih agar mereka loyal. Nyatanya, semua itu tidaklah benar, dengan seperti ini sekarang tanpa skinship, mereka tetap loyal dan tetap bisa menghargai dirinya, bahkan para Ray yang Muslim sangat mendukungnya dalam fase berhijrah perlahan-lahan ini. Iya, berhijrah perlahan-lahan, sudah setahun lebih Jaehwan mulai meninggalkan kebiasaan skinship pada seseorang yang bukan mahramnya.

Kini meninggalkan instrumen lagu Wish di penghujung lagu, lalu berganti lagu Thanks sebagai penutup konser. Sebuah lagu yang mengutarakan terima kasih dan cinta Dazzle untuk Ray.

Lagu Thanks cukup melow, hingga berhasil membuat mereka menangis berjamaah. Tangisan yang dominan akan momen sebuah perpisahan yang akhirnya tiba. Tentang sebuah ketakutan perihal kerinduan yang akan hadir di masa depan.

***

"Kalau aku .... Aku juga berniat solo karir dengan menyanyi, tetapi dengan tema lagu berbeda .... "

Dulu, itulah pengujaran Jaehwan saat mendapat giliran mengutarakan rencana tentang karirnya usai Dazzle dibubarkan--ketika kumpul di rumahnya, saat ada momen berbaikan dengan Jingmi, setelah makan malam dengan sate kambing. Bersolo karir, menjadi penyanyi dengan membawakan tema yang berbeda dari Dazzle; yaitu lebih condong ke religi, Islami.

Setelah kontrak Dazzle dengan agensi habis dan otomatis boygrup ini dibubarkan, mantan 5 member sudah mulai menggeluti karir mereka seperti yang direncakan jauh hari.

Sekitar 2 bulan lalu, Jaehwan merilis single album pertamanya; tema religi dengan genre R&B dan Soul. Mendapat sambutan hangat atas peluncuran album tersebut oleh Muslim minoritas Korsel, dan trending pertama di beberapa kanal musik di negara-negara Muslim. Sebagian Ray terutama yang Muslim juga tetap loyal mendukungnya.

Sebelumnya, Jaehwan sempat mengalami kegaulauan batin. Kegalauan batin antara tetap menjadi seorang penyanyi atau tidak. Dan lalu bagaimana dengan lagu-lagu, video-video, film-film yang pernah dibintangi, yang bisa dikatakan ... kurang atau tidak berfaedah, yang tidak bisa dirinya tarik begitu saja karena terikat beberapa pihak, yang bisa menjadi dosa jariyahnya. Ini meresahkan sekali, sangat meresahkan batinnya.

Hingga akhirnya, Uzma memberi solusi untuk sowan ke Abah Kyai, seorang pengasuh pesantren yang pernah Uzma sambangi.

Jaehwan pun mengutarakan problematika batinnya ke Abah Kyai, dan beliau justru mengawali jawaban dengan bertanya, "Apakah kau masih menyukai bidang musik?" Jaehwan pun mengangguk. "Maka cipatkanlah musik-musik yang kaya manfaatnya, minimal sebanyak yang dulu kau ciptakan." Dan ini membuat Jaehwan kembali bersemangat.

Abah Kyai pun bercerita; bahwa pernah seorang sutradara film yang sedang berproses hijrah datang kepada beliau. Mengutarakan problemtika batin yang selaras dengan Jaehwan. Lalu memberi solusi serupa untuk mengambil proyek film yang kaya manfaat mendapati si sutradara masih menyukai bidangnya.

"Kenapa Umma berdandannya lama sekali, ya?" keluh Jaehwan pada putrinya yang sedang sibuk bermain squishy berbentuk donat cokelat di atas kasur.

Uzma yang sedang mengoleskan concealer ke seluruh permukaan bibir dengan kuas bibir, memilih memerhatikan Jaehwan dan buah hatinya lewat pantulan cermin.

"Ap-pa ...," sahut si putri kecilnya yang berusia kisaran satu tahun, sudah mulai bisa mengucapkan satu-dua patah kata. Sejenak menengok ke arah Jaehwan di sampingnya, lalu sibuk kembali dengan squishy.

" Aduh, Appa dicuekin. Lebih menarik squishy dari pada Appa, hmm?" Jaehwan jail menyentil perut putrinya yang terbalut gaun putih berenda dengan pita nude di perut samping.

Si putri kecil tak acuh, sibuk meremas-remas squishy.

Jaehwan yang sudah rapi mengenakan setelan jas hitam karena akan menghadiri resepsi pernikahan Bora dan Mayleen, cemberut. Meraih tubuh si kecil dengan kedua tangan untuk duduk di pangkuannya.

"Ap-pa ...." Suara cicitan ini terdengar nyaring imut. Membuat Jaehwan tersenyum lebar. Gemas dengan menciumi pipi tambun si putri kecil.

"Kenapa putri Appa ini sangat menggemaskan, hmm?" cicit Jaehwan di sela menciumi pipi si putri kecil.

Si putri kecil pun menjawabnya dengan tertawa renyah.

"Kenapa hanya tertawa? Ayo jawab, 'Karena menuruni genetika Umma yang imut, Appa'. Ayo jawab begitu," titah Jaehwan, menatap gemas ke arah si putri kecil yang berseri-seri menatapnya.

"Umma ....," jawab si putri kecil. Tertawa renyah lagi. Sebelah tangan mungilnya bergerak menekan squishy ke mulut Appa-nya.

Belah bibir Jaehwan masih terkatup, mendapati squishy donat cokelat itu semakin dirangsekkan ke mulutnya, ia pun membuka mulutnya, menggigit squishy donat cokelat itu.

Binar puas dan senang pun terpancar dari sorot mata cokelat jernih si putri kecil. Lalu malah beralih memberantaki poni rambut hitam Jaehwan dengan tertawa.

"Ya! Putri Appa nakal sekali, persis seperti Umma!" decak Jaehwan setelah melepaskan gigitan squishy mendapati putrinya malah bermain rambutnya yang sudah rapi.

Tak acuh. Malah semakin senang. Si putri kecil tertawa lepas dengan gerakan kedua tangan mengggila memberantaki poni rambut Jaehwan, justru seperti diperintah.

"Helwa sayang," sebut Uzma yang sudah selesai meng-ombre bibir. Beringsut ke arah mereka berdua di pinggiran kasur.

Si putri kecil menjambak poni rambut Jaehwan, hingga berhasil membuat Appa-nya mengerang.

Melihat polah mereka berdua ini, Uzma tersenyum geli sembari duduk di samping Jaehwan. Mengamat polah si putri kecilnya yang aktif dengan menakali rambut Appa-nya. Pun mengamat polah Jaehwan yang mengerang seperti bocah.

"Sudah ya bermain rambut Appa-nya, Helwa sayang," kata Uzma sembari menghentikan laju kedua tangan mungil putri kecilnya.

"Sudah. Sama Umma yuk sekarang. Lihat deh, rambut Appa sudah seperti sarang burung kapetok ayam," lanjut Uzma sembari tersenyum geli mendapati sebagian rambut Jaehwan berantakan parah, mengambil alih tubuh kecil putrinya.

"Um-ma," keluh si putri kecil. Air mukanya mengeruh.

Jaehwan menghembuskan napas panjang. Lega telah lolos dari serangan si putri kecil.

"Besok tinggal Umma, ya? Sangat tidak adil hanya rambut Appa yang dijambaki olehmu, Helwa sayang," keluh Jaehwan sembari merangkul bahu Uzma yang sedang memangku putri mereka, mencuil pipi tambun putrinya.

Putri mereka ini .... Helwa, cemberut ke arah Jaehwan. Membuat Jaehwan maupun Uzma tersenyum gemas.

Setelahnya, bukan bergegas berangkat ke resepsi pernikahan Bora dan Mayleen, Jaehwan justru mengunci Uzma dengan enggan mengurai rangkulan sebelah tangannya di bahu Uzma. Menatap Helwa yang sedang mengatakan "squi ... shy" berulang-ulang; pertanda mau diambilkan squishy miliknya yang tergeletak di kasur.

Bukan mengindahkan titah si putri kecilnya yang dinamai Helwa itu. Sebuah nama Helwa yang pernah menjadi sesuatu bagi mereka berdua. Jaehwan malah sibuk menjaili Helwa dengan mencubit lembut hidung mungil yang dimiliki. Dan Helwa memberengut, membuat ia ingin tertawa sebab lucu, tetapi malah berakhir ia menyandarkan kepalanya ke bahu Uzma. Berbisik pada istrinya ini, "Terima kasih, Yeobo ...."

"Terima kasih telah menjadi sesuatu yang sangat spesial untukku, Yeobo ....," bisiknya lagi dengan kepala yang sudah ia angkat kembali, menatap bola mata cokelat kehitaman Uzma dengan ucapan terima kasih itu yang banyak sekali menyirat sesuatu; salah satunya adalah tentang telah menjadi jembatannya bisa mendekat kembali ke arah-Nya.

Uzma membalas dengan rekahan senyum mesra. Mendapat imbalan dengan Jaehwan mengecup lembut kening jenong miliknya.

Di detik selanjutnya, Helwa menangis sebab merasa diabaikan oleh kedua orang tuanya.

______________

Terima kasih atas apresiasinya di cerita ini. Jika ada kritik dan saran membangun atau apa pun itu, jangan sungkan katakan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro