30. Akun Instagram Helwa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Uzma tidur terpisah dengan Jaehwan. Di kamarnya kini, ia sedang meringkuk sendirian sembari menangis dalam diam, hingga membasahi bantal yang disandari kepalanya.

Entahlah, pikiran Uzma rumit sekali. Rumit di letak polah Jaehwan yang keluar batas terlalu jauh hingga berani menenggak arak. Aih, ini bulan puasa, saat orang lain justru berlomba-lomba dalam kebajikan di bulan penuh berkah, suaminya sendiri malah berlaku sebaliknya.

Uzma cukup merasa ditipu, pasalnya akhir-akhir ini gairah berubah Jaehwan menjadi lebih baik tampak signifikan. Selain salatnya yang sudah utuh, lelaki itu juga mulai menanggalkan pemakaian jeans bolong-bolongnya dan celana pendek tidak menutupi lutut ketika pergi keluar rumah. Ia cukup terharu dengan semua perubahan yang ada. Pun begitu dengan ibu mertuanya. Bahkan baru tadi sore Nyonya Noura berterimakasih kepadanya karena sedikit demi sedikit telah berhasil merubah Jaehwan menjadi lebih baik. Namun, apa sekarang?

Uzma menggigit bibir bawahnya. Menatap kosong langit-langit kamar. Beristighfar dalam benak.

Baru tadi sore dirinya merasa jemawa dengan diri sendiri akan pencapaian dan sanjungan Nyonya Noura. Sekarang pencapaian dan sanjungan itu remuk sudah, menyisakan jemawa yang memantul menyakitinya, membuih rasa malu teramat sangat, menghinggap asumsi bahwa dirinya bukanlah apa-apa untuk bisa mengubah dan memaksakan lelaki itu berubah, yang bisa hanyalah Dia semata.

Apa yang harus dikatakan kepada Nyonya Noura nanti, jika saja tahu laku Jaehwan tersebut? Nyonya Noura pasti akan kecewa sekali. Untung saja ibu mertuanya menginap di rumah Zahid, jika tidak, entahlah.

Tangis dalam diam Uzma kian pecah. Ia beringsut memosisikan tubuhnya menjadi miring. Menyeka air matanya sejenak.

Perasaannya kalang kabut sudah.

Pikiran Uzma semakin rumit lagi tatkala mengingat Jaehwan mengatakan jika tahu isi hatinya. Mengatakan bahwa lelah pura-pura tidak tahu tentang dirinya yang tidaklah mencintai lelaki itu, lelah pura-pura tidak tahu bahwa dirinya banyak terluka dalam pernikahan mereka ini.

Ya Allah, bagaimana Jaehwan bisa tahu? Apakah selama ini trik menyembunyikan perasaannya kurang hebat? Atau Jaehwanlah yang terlalu jeli membaca keadaan? Uzma pikir, ia sudah hebat sekali menjadi artis rumah tangganya ini dengan drama pura-pura baik-baik saja-nya, ternyata justru sebaliknya. Tapi sudahlah, buat apa percaya juga dengan omongan orang mabuk.

Sesaat kemudian, Uzma memilih untuk membuang pikiran-pikiran rumitnya mendapati waktu sudah menginjak dini hari. Berdoa sejenak untuk kemudian tidur.

***

Jaehwan cukup paham dengan apa yang tadi malam terjadi pada dirinya. Tadi malam dirinya cukup banyak meminum soju, tepatnya ia tidak paham berapa gelas karena sejauh yang dirinya ingat, Jingmi terus menuangkan soju lagi dan lagi saat gelas miliknya kosong, dan ia pun meminumnya lagi dan lagi. Ia merasakan euforia di pertama kalinya meminum alkohol, hingga banyak mengomel sendiri dan kemudian ia tidak ingat apa pun lagi.

Bangun tidur, masih di atas ranjangnya, Jaehwan menerka-nerka bagaimana kelanjutan dari tadi malam setelah banyak mengomel pada Jingmi. Bagaimana cara dirinya pulang tadi malam, apakah mengendarai mobil sendiri atau tidak, atau barangkali diantar Jee dan Bora, atau entahlah. Ia sungguh tidak bisa mengingat apa pun setelah sadar dari mabuknya, ia sungguh terjebak blackout. Dan yang paling dipenasarankan dirinya adalah bagaimana respon Uzma saat dirinya pulang dalam keadaan mabuk.

Jaehwan langsung merasa getir. Memejamkan netranya sesaat sembari berkeluh dalam benak, 'pasti Uzma sangat marah.'

Seketika, ia menjadi takut keluar kamar, belum siap bertemu Uzma. Ah, tapi tindakan ini pengecut sekali, seharusnya kini ia harus bergegas meminta maaf.

Sesaat kemudian, terdengar bunyi pintu kamar dibuka, Jaehwan cemas nian, memilih masih pura-pura tidur.

Uzma tampak masuk untuk membangunkan Jaehwan sahur, sekalipun ia tidak begitu percaya jika akan bangun karena sepertinya masih dalam kendali alkohol.

"Bangunlah, ini sudah waktunya sahur, Yeo ...." Enggan memanggil Yeobo untuk saat ini, Uzma memilih membangunkan Jaehwan tanpa menyebut apa pun. Sebelah tangannya menepuk bed cover yang membalut penuh tubuh Jaehwan.

Dalam balutan bed cover-nya, Jaehwan menggigit bibir kuat-kuat.

"Bangunlah. Sudah masuk waktu sahur. Kau harus bangun, dan bergegas mandi tobat sebelum sahur," kata Uzma sembari menepuk Jaehwan berulang-ulang.

Jaehwan memilih bebal pura-pura tidur, ia belum siap bertatap muka dengan Uzma.

Cukup kesal Uzma, memilih menjeda dengan meneguk saliva, lalu mencoba membangunkan Jaehwan untuk kali terakhir, membuka bed cover yang menutupi wajah Jaehwan.

Jaehwan sangat terkejut dengan laku Uzma, untung saja dirinya langsung sigap menutup mata lagi ketika mendapat pergerakan tangan Uzma, berhasil mengamankan pura-pura tidurnya.

Nyatanya yang namanya pura-pura tetaplah pura-pura, Uzma cermat mengamat wajah Jaehwan, menemukan celah kepura-puraan itu. Berhasil membuat Uzma tersenyum kesal, lalu berujar, "Bangunlah .... Aku tahu kau sudah sadar ...."

Gagal sudah. Akhirnya, perlahan Jaehwan memberanikan diri membuka mata, tatapannya langsung bertumpu pada Uzma yang sedang menatapnya dingin.

"Segeralah mandi, aku menunggumu untuk sahur," kata Uzma. Beringsut pergi.

Tidak sempat menjawab dan memang bibirnya terkelu, Jaehwan hanya bisa menyaksikan sikap dingin Uzma yang sudah beringsut keluar kamar. Dadanya mengilu, merasa bersalah sekali.

***

Jaehwan datang persis saat Uzma mulai menyiapkan menu sahur di meja makan, salah satunya sujebi, sup penghilang pengar untuk Jaehwan.

Deg-degan sekali Jaehwan bergabung untuk sahur bersama. Apalagi saat Uzma sadar akan kehadirannya dan melirik sejenak, berasa menjadikan jantungnya mencelus ke perut.

Lirikan Uzma masih dengan tatapan dingin, tidak ada sambutan manis seperti malam sahur pertama kemarin dengan senyum manis terbit di bibir. Lirikan Uzma hanya sekilas mengamat kedatangan Jaehwan yang ternyata sudah mandi tobat seperti yang disarankannya, terlihat dari rambut hitamnya yang masih basah.

Jaehwan dan Uzma pun sahur bersama dengan suasana hening, saling membisu, keki sekali.

Uzma tidak begitu bernafsu untuk sahur, alhasil makannya sedikit. Wanita mungil ini menyelesaikan sahurnya lebih awal dari Jaehwan, lalu beringsut pergi.

Lagi, Jaehwan hanya bisa terdiam menatap punggung Uzma menjauh meninggalkannya yang belum selesai bersahur. Ingin rasanya memanggil istrinya itu untuk menemaninya hingga selesai, tetapi tidak mempunyai kuasa sedikitpun. Harusnya juga dirinyalah yang meminta maaf segera, bukan seperti ini yang malah pura-pura tidak ingat lakunya tadi malam.

'Dasar pengecut!' Jaehwan memaki dirinya dalam batin.

Sedangkan, Uzma kembali ke kamar. Pikirannya tambah semrawutan. Ada emosi besar yang masih saja membara di dadanya, padahal ia sudah mencurahkan semua pada-Nya saat bersimpuh dalam tahajud barusan, tetapi nyatanya kobaran itu belum padam. Dan sepertinya, ia butuh Helwa sekarang.

Setelah duduk di pinggiran ranjang, Uzma mengambil ponselnya di atas nakas yang bersebelahan dengan ponsel Jaehwan. Gesit ia membuka Instagram, membuka kolom pesan Helwa, mulai mengetik.

Helwa-ya, aku tidak tahu apakah masalah seperti ini patut diceritakan pada orang lain atau tidak, tetapi kupikir ini tidak apa selagi orang itu adalah dirimu. Selama ini aku percaya padamu dan kau juga percaya padaku, jadi menurutku ini tidaklah masalah untukku membagikannya padamu.

Uzma menekan kirim pesan pertamanya.

Di atas nakas, ponsel Jaehwan berkedip.

Apakah aku pantas marah di situasi seperti ini, Helwa-ya?

Uzma menekan menu kirim. Beringsut menulis pesan lagi.

Sedangkan, ponsel Jaehwan dalam mode diam, berkedip lagi.

Tadi malam, suamiku pulang dalam keadakan mabuk alkohol. Aku tidak habis pikir dia berani dengan laku satu ini. Aku merasa kecewa padanya, apalagi ini bulan puasa yang mana seharusnya menjadi ajang berbenah diri. Aku kecewa dengannya. Apakah aku salah jika aku merasa kecewa karena itu, Helwa-ya? Dan apakah aku salah jika aku merasa kecewa pada diriku sendiri yang merasa gagal menjadi perantaranya untuk lebih baik? Pula, apakah aku salah jika kini aku mendiamkannya?

Uzma mengirim pesan panjang itu dengan kedua mata kelam memanas. Ia ingin menangis lagi, tetapi tidak, ia tidak boleh menangis lagi, ia pun engkan bendungan air matanya itu agar tidak jebol sekuat tenaga. Meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas dan mendapati ponsel Jaehwan berkedip memunculkan notifikasi.

Sudah menjadi kebiasaannya jika mandapati ponsel Jaehwan menganggur dan memunculkan notifikasi, ia akan segera memberi tahu Jaehwan untuk antisipasi, kalau-kalau ada sesuatu yang penting. Kini pun sama, ia mengambil ponsel Jaehwan, mengamat sejenak perihal notifikasi apa yang masuk ke layar utama ponsel suaminya.

Tak butuh waktu lama, akhirnya notifikasi macam apa itu tertangkap netra Uzma yang terbingkai kaca mata. Tampak aura mukanya malah bingung, kening mengerut, dan sesekali membulatkan netra.

Uzma meneguk ludah sebagai ajang tidak percaya dengan notifikasi yang muncul. Bersegera dirinya mengambil ponsel miliknya, mengetik pesan singkat pada Helwa, dikirim. Dan puh! Sedetik kemudian ponsel Jaehwan di sebelah tangannya lagi berkedip, memunculkan notifikasi baru; bahwa ada 4 pesan belum terbaca dari username Instagram milik-nya, yang padahal ia tidak mengirim pesan apa pun pada Jaehwan lewat Instagram.

Uzma terpatung. Ia tetap belum percaya dengan apa yang baru saja didapatkannya dengan prasangka buruk berkelebat. Memilih bebal, tetapi ini nyata sekali. Akhirnya dengan lancang, ia membuka notifikasi itu. Dan puh! Langsung masuk ke akun Instagram pribadi Helwa. Seketika, dadanya berasa ngilu, bara emosi yang sempat padam, hidup lagi.

Uzma kalut sendirian dengan 2 ponsel masih dipegang oleh kedua tangannya. Hingga tak berselang lama, Jaehwan masuk kamar dengan hati-hati.

"Yeobo ...," panggil Jaehwan dengan nada bass yang dimiliki, masih dengan berdiri sebab belum kuasa duduk menyandingi Uzma.

Bara emosi Uzma semakin menyala tatkala mendengar suara dalam suaminya itu, meneguk ludahnya lagi sebelum akhirnya menengok ke arah Jaehwan dengan masygul, berujar kesal, "Apa yang kau sembunyikan dariku selama ini?"

Jaehwan tetap bergeming menatap Uzma. Ia sudah menduga sebelumnya jika akan seperti ini; bahwa Uzma berprasangka dirinya sudah terbiasa minum alkohol di luar. Baik, ia akan menjelaskan semuanya kini setelah meminta maaf.

Uzma geregetan dengan Jaehwan yang biasanya banyak bicara, kini justru bungkam saja. Ia mengangkat tubuh mungilnya berdiri mendekati Jaehwan. Tanpa banyak basa-basi, ia gesit menunjukan laman pesan akun Instagram Helwa dengan dirinya sembari menyelidik, "Apakah selain menjadi sosok idol, kau juga berprofesi sebagai hacker, hmm?"

Jaehwan terhenyak bukan main mendengar pertanyaan Uzma seiring menatap penampakan horor di ponsel miliknya. Genderang hatinya ditabuh cemas keras sekali.

______________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro