35. H -1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Menjelang hari ulang tahun Jaehwan, Ray sudah heboh membuat proyek ulang tahun untuk salah satu bias kesayangan mereka ini yang ke 31 tahun. Beberapa fansite Jaehwan membuat proyek seperti memasang iklan ulang tahun Jaehwan di Instagram, YouTube, Spotify, bahkan hingga iklan di subway Seoul, jalur transit Universitas Hongik, dan iklan kontainer di beberapa pusat perbelanjaan mewah di Seoul.

Tak hanya di Korsel saja yang membuat proyek demikian, di luar negari pun sama dan sangat beragam di setiap negara. Misalnya di China, fansite terbesar Jaehwan tidak tanggung-tanggung menyiapkan 635 drone untuk nantinya diterbangkan di langit malam Shanghai, drone ini nantinya akan membentuk siluet Jaehwan dan ucapan selamat ulang tahun. Di AS, fansite Jaehwan memasang iklan di New York Times Square. Di Indonesia sendiri, para penggemar Jaehwan juga tidak kehilangan ide untuk memeriahkan ulang tahun rapper kesayangan ini, dengan tema peduli lingkungan; yaitu mendonasikan 10.000 tanaman bakau atas nama Jaehwan. Dan tak kalah meriah di negara lain yang tidak bisa jabarkan.

Tuan Ahn ikut memeriahkannya dengan proyek cup slevee di kafe-nya. Pun begitu dengan Uzma, memilih hal yang sama, membuat proyek menyajikan kopi gratis di toko bunganya nanti; dengan cup slevee Jaehwan birtday kit, yang juga membagikan photocard dan sticker untuk siapapun yang berkunjung ke toko bunganya di hari ulang tahun Jaehwan. Tak luput, ia pun membuat pameran foto Jaehwan di toko bunga, berisi koleksi foto Jaehwan yang belum pernah dipublikasikan di kanal media mana pun.

Namun, Uzma cukup kecewa karena Jaehwan masih membatasi berkontak dengannya, padahal ia mengharapkan suaminya itu bisa pulang lebih awal, karena sangat tidak etis Jaehwan terlalu lama tidak tinggal di rumah, malah menginap entah di mana. Jaehwan sungguh keras kepala, apalah daya, setelah Jaehwan tidak banyak menggubris, menjawab dingin.

Sabar sebentar lagi ya. Aku akan pulang di hari menjelang ulang tahunku dan kau akan segera memberikan jawabanmu untukku setelahnya. Jaga dirimu baik-baik. Dan jangan pernah lupa untuk minum air putih yang cukup.

Seperti itu balasannya, di tiga hari kemarin. Uzma tidak banyak membalas kata lagi karena takut terkesan tidak sabaran dan banyak menuntut. Membalas singkat.

Baiklah. Kau juga harus menjaga dirimu baik-baik ... di sana.

Sesingkat itu, tanpa ada embel-embel sebutan untuk Jaehwan pula. Yang sebenarnya ia ingin akhiri dengan sebutan Yeobo, tetapi ia urungkan. Setelahnya, ia tidak mencoba menghubungi Jaehwan lagi. Biarlah, tidak mau mengusik Jaehwan lagi hingga suaminya itu kembali. Hitung-hitung, dirinya ikut memilih cuek sebagai prank proyek ulang tahun--ah, tetapi sebuah prank yang membuat sesak yang melakukannya, bukan malah senang sebab membuat lelaki itu jengkel.

Sedangkan Jaehwan, menjelang hari ulang tahunnya, ia justru semakin murung saja, berharap-harap cemas malah, tidak seperti biasanya yang selalu senang menunggu momen itu dengan banyak kejutan yang ia dapatkan nanti. Sungguh tidak, pikirannya terkuras dengan jawaban macam apa yang nanti akan diberikan Uzma untuknya, apalagi mendapati Uzma yang menginginkan dirinya cepat kembali, itu cukup membuatnya cemas; berasumsi sepihak bahwa Uzma ingin cepat mengakhiri hubungan ini.

Beberapa hari kemarin, sekonyong-konyong dirinya ingin menalak Uzma begitu saja tanpa jeda waktu lebih lama, dan mengatakan niatnya pada Tuan Ahn, nyatanya ia urungkan. Selain dipikir-pikir nyalinya menciut untuk berbuat nekat dan berakhir pisah sudah, Tuan Ahn juga melarang keras; bahwa itu adalah keputusan gegabah yang nanti bisa jadi akan disesalinya teramat dalam.

Tuan Ahn juga jadi bercerita padanya, kalau Jaehwan adalah termasuk seorang yang beruntung, sebab menyukai wanita segaris iman dengannya. Tidak seperti Tuan Ahn yang pernah dipersatukan, tetapi pada akhirnya harus dipisahkan karena menuai perbedaan besar dengan Nyonya Noura menjadi Mualaf. Apalagi katanya Uzma juga sudah mulai mencintai Jaehwan lewat cerita Helwa, itu sudah lebih dari cukup untuk mempertahankan hubungan tersebut menurut Tuan Ahn.

"Cinta Appa dengan Umma hanya sebatas segaris iman, Jaehwan-ah. Ketika kita tidak lagi segaris iman, maka putus sudah cinta itu, seperti kini. Tak peduli apa, walau masih menyimpan rasa. Egoisnya, ingin dipaksakan dengan beribu cara agar tetap bersama, tetapi benteng terkokoh itu tetap saja tidak bisa kita robohkan. Kita percaya dengan keyakinan agama kita masing-masing dan itu tidak bisa digadaikan dengan apa pun, berakhir dengan hal terbaiknya seperti ini ... berpisah. Tetapi kalian?"

"Walau kita segaris iman, tetapi tujuan hidup kita berbeda, Appa. Lalu bagaimana kita bisa tetap melangkah beriringan? Bermodalkan cinta saja, apa ini cukup? Tidak, Appa. Jawabannya tidak. Apalagi untuk Uzma, wanita itu tipikal tidak peduli apa itu cinta, sekalipun ia juga membutuhkan apa itu cinta untuk hidupnya. Jika Uzma diberikan pilihan sebelum menikah, dulu, ia tidak akan pernah menerimaku, ia sungguh tidak akan menerimaku ...."

"Appa cukup tahu keresahanmu, Jaehwan-ah. Sebenarnya bisa kau permudah semua ini. Cukup kau perbaiki tujuan hidupmu untuk selaras dengan Uzma. Appa juga bisa melihat kau sudah memiliki tujuan hidup yang sama dengan Uzma, hanya saja kau terlalu tidak percaya diri, dan kau merasa sangat terjebak dengan karirmu, karena itu kau kesulitan untuk maju ke tujuan itu."

Appa-nya benar sekali. Ia sudah mempunyai tujuan yang sama dengan Uzma, tetapi ia masih kerap gagal menuju jalan itu secara sempurna karena karirnya.

Percakapan dalam telepon beberapa hari kemarin terekam jelas dalam serebrum Jaehwan. Ia menatap kosong air danau dalam remangnya malam. Duduk berselonjornya di rumput cepak pinggiran danau ia alihkan menjadi bersila. Kedua tangannya ia komandokan untuk menutupkan kepalanya dengan tudung hoodie hitam. Malam semakin larut dan angin malam kian menusuk, membuat ia akhirnya menyilangkan kedua tangannya ke dada. Serebrumnya membawa dalam memori bertelepon dengan Appa-nya lagi.

"Appa pikir, semua umat manusia di sini nyaris mempunyai tujuan yang sama. Terutama bagi mereka yang mempunyai agama seperti kita. Tujuan hidup yang sama; mencari bekal untuk bisa hidup dengan baik di kehidupan yang kekal kelak. Itulah kenapa kita mau beribadah, melaksankan sederet aturan agama dan menjauhi larangan Tuhan. Semua umat agama melakukan itu, hanya saja, letak ketaatan kitalah yang berbeda-beda; ada yang lebih condong pada tujuan duniawi, ada pula yang lebih condong pada sesuatu yang bersifat akherat, tetapi ada juga yang bisa melakukannya dengan seimbang ...."

"Appa pikir sekarang kau lebih jelas memahami dirimu. Apa yang kau resahkan, apa yang kau inginkan, apa yang menjadi obsesimu selama ini, dan apa yang bisa menjadi penyembuh semua itu agar kau tenang, kau sudah tahu itu apa sekarang, Jaehwan-ah. Dan ya, jika pada akhirnya Uzma mau kukuh mempertahankanmu, jangan ada sebuah rahasia di antara kalian. Kokohnya hubungan rumah tangga itu dengan saling terbuka dan jika ada masalah dibicarakan dengan baik-baik, itulah tips hidup harmonis Appa dan Umma, dulu ...."

Lagi. Appa-nya benar sekali. Sebenarnya dari dulu, dulu sekali sebelum menjadi bagian dari Dazzle sekalipun, ia sudah tahu apa yang menjadi penyembuhan keresahan hatinya. Namun, penyembuh ini memang tidaklah mudah untuk dijalani, perlu latihan berulang-ulang, dan mencoba lagi dan lagi, apalagi dengan rasa nyaman yang ada pada dirinya kini dengan pergaulannya, sungguh sulit.

Jaehwan menengguk saliva. Menatap kosong tenangnya danau dalam malam yang menyelimut.

Selama ini yang berhasil membuatnya menjadi pribadi lebih baik adalah lewat Uzma, tetapi nanti tatkala Uzma pergi, apakah pada akhirnya ia tetap bisa berusaha lebih seperti sebelumnya, tatkala masih ada Uzma di sisinya?

Jaehwan tersenyum tipis. Ada rasa ngilu di dada. Ini bukti penyembuhan hatinya untuk tenteram memang sulit. Saat Uzma memilih pergi, maka ia akan patah, bisa jadi usahanya menjadi lebih baik akan runtuh, karena muara sebab perubahan itu banyak berasal dari Uzma. Itulah mengapa ia pernah mendengar petuah "alangkah baiknya berubah menjadi apa pun, bukan karena sesuatu atau orang lain". Karena sesuatu atau orang lain itu tatkala tidak ada lagi untuk kita, maka hilanglah sebab alasan usaha itu, dan hal terburuknya akan berpengaruh jelek dengan usaha awal yang sedang kita bangun, sekalipun ada juga sebagian orang yang ketika patah malah motivasinya terpompa penuh.

"Perbaiki tujuan hidupmu, Jaehwan-ah. Lalu jadikan Uzma sebagai jembatan kau melangkah ke arah itu. Alangkah manisnya kehidupanmu nanti .... Namun, ketika pada akhirnya Uzma memilih pergi, kau harus tetap berpedoman pada tujuan hidupmu yang baru diperbaiki itu. Karena Uzma hanya sebagai jembatan. Ketika jembatan itu tidak bisa digunakan lagi, kau bisa mencari alternatif lain ke tujuanmu itu. Jangan putus asa. Appa tidak pernah mengajarkanmu putus asa seperti ini ...."

Petuah terakhir Appa-nya menggaung di pikiran. Nasihat-nasihat Appa dari dulu memang kerap berhasil membuatnya tenang, membuatnya bisa berpikir lebih jernih. Inilah yang pula ia suka dari Appa, sekalipun mereka berbeda, Appa selalu berhasil memberi petuah tanpa menyinggung keyakinan personal, sekalipun pembahasan yang diambil tentang peribadahan seperti barusan.

Jaehwan mengembang senyum lagi. Bukan senyum putus asa seperti sebelumnya, melainkan senyum dengan semangat baru, harapan baru. Ia harus memperbaiki tujuan hidupnya mulai kini, itu benar sekali, tak peduli apa, sekalipun pada akhirnya Uzma memilih pergi, ia harus mempertahankan tujuan hidup barunya ini.

Hidup ini memang begini. Tujuan semua orang beragama itu sama. Hanya saja kapasiti yang kita miliki berbeda-beda untuk ke arah Tuhan masing-masing dengan aturan agama yang menaungi.

Hidup ini memang begini. Tentang banyak pilihan. Bebas memilih jalan mana. Dan Jaehwan kini tidak gamang lagi, ke arah mana ia akan melangkah. Tak peduli, jika takdir membawa Uzma pergi, ia akan menemukan jembatan lain, entah apa ... di kemudian.

H-1 ke hari ulang tahun ke 31. Jaehwan sudah tidak lagi cemas, apa yang akan Uzma berikan untuk kado ulang tahunnya nanti; memutuskan pergi atau tetap tinggal.

Semilir angin malam menghempas tubuh Jaehwan, mengeratkan pelukan kedua tangannya di dada. Tidak segera enyah untuk pulang, ia masih ingin berlama dengan malam di pinggiran danau ini. Tidak tertinggal, menyampaikan pesan hati untuk Uzma lewat hembusan angin.

"Bogosipeo ...."

________________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro