Keluhan Saya Terhadap Kucing

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Perkembangan tahi kucing dari dulu sampai sekarang telah mengalami perubahan. Sewaktu saya kecil tahi kucing sering dijumpai di atap-atap rumah dalam keadaan kering. Terkadang kalau beruntung, apabila tingkat kekeringannya sudah matang ditambah dengan adanya momentum dorongan angin, kita dapat melihat tahi kucing menggelinding dari atap rumah ke jalan, dan kala itu saya selalu berharap semoga mengenai kepala orang yang lewat.

Ada sensasi damai ketika saya melihat tahi kucing menggelinding. Tertiup angin sepoi, gelindingan tahi kucing terasa bagaikan tanyangan lambat, sesekali terangkat hingga membuatnya mengambang di udara, meluncur perlahan tetapi mantap sampai tujuan. Oh, sungguh nostalgia, meskipun masa kecil saya kurang bahagia.

Berbeda dengan sekarang, tahi kucing jarang terlihat di atap rumah. Apalagi dalam keadaan kering, masih hangat pun sudah sulit dijumpai.

Ada berbagai kemungkinan, rumah-rumah sekarang model bangunannya tidak seperti dulu yang bagian atapnya melandai ke bawah. Bisa juga rumahnya dibangun terlalu tinggi sehingga kucing malas memanjat dan buang air besar di sana. Atau mungkin saja si kucing sudah jarang makan, akibatnya mau buang hajat pun sudah enggak ada lagi yang bisa dikeluarkan.

Tapi memang, saya perhatikan kucing zaman sekarang pilih-pilih makanan. Dikasih ikan enggak dimakan maunya sama daging ayam. Apalagi kalau lidahnya sudah kenal Whiskas, makan daging pun jadi ogah-ogahan. Lihat kucing saya yang kelakuannya seperti itu, dalam hati saya membatin, "Enggak tahu diri juga nih kucing. Saya aja hampir tiap hari makan indomi. Enggak tahu apa saya lagi ngirit buat modal kawin."

Si kucing seakan mendengar saya mengomel, lalu dia pun mendongakkan wajahnya seolah menyiratkan, "Cewek aja belum punya. Banyak gaya pengin kawin."

Kayaknya kucing juga sudah enggak doyan makan tikus. Ini menyebabkan tikus got makin subur dan ukurannya terkadang lebih besar daripada anak kucing. Bukan senang buruannya menjadi lebih banyak protein, kucing malah jadi ngeri setiap ketemu sama tikus. Kalau enggak percaya, coba ingat-ingat lagi kapan terakhir Anda melihat pemandangan seekor kucing sedang menenteng tikus di mulutnya? Saya tebak pasti sudah lama sekali. Bila tebakan saya salah, mohon dimaafkan.

Ketertarikan saya tidak khusus pada binatang tertentu seperti kawan-kawan dari komunitas pecinta kucing, anjing, reptil, ikan hias, burung, dan sebagainya. Perasaan saya terhadap binatang biasa saja, sama kayak hidup saya yang biasa tanpa warna-warni cinta. Malah kalau boleh jujur, sebenarnya saya enggak terlalu suka melihara binatang. Pokoknya segala hal yang membuat repot, saya enggak suka.
Ngurus diri sendiri saja sudah susah payah, ini ditambah setiap hari harus ngasih makan, menyapu bulu-bulu rontok, dan buang kotoran.

Alasan saya memelihara kucing karena dulu dikasih mantan. Kucing mantan saya beranak banyak, jadi seekor dititipkan sama saya buat diurus. Setelah putus, saya mau buang tapi enggak tega. Begini-begini saya masih punya hati nurani. Enggak seperti mantan saya yang sudah kawin duluan dengan cowok lain dengan meninggalkan beban seekor kucing.

Aduh, bila dipikir-pikir gimana nanti kalau saya sudah kawin ya? Ngurus kucing satu saja sudah kewalahan gini, apalagi entar punya tanggungan anak dan istri. Makin pusing pala Aliando.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro