1. Mencari Cahaya Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SILAKAN BERI PENILAIAN TERHADAP CERITA DI BAWAH INI.


***

Jauh di sisi alam semesta yang lain, kondisi tata surya mereka mulai kacau. Si Pingpong Putih yang selama ini berdiri gagah di pusat galaksi dan menebar cahaya kehidupan telah menghitam. Menancapkan duka, melenyapkan tawa.

Beberapa planet kecil maupun besar sudah tidak layak huni, penduduknya lari, mencari rumah baru guna mengamankan diri.

Setiap bintang pasti akan ambruk setelah kehabisan bahan bakar sebab tidak akan bisa melakukan reaksi fusi nuklir kembali untuk terus hidup. Itulah yang terjadi pada pusat tata surya Galaksi Y-29, bintang besar yang biasa mengampu peran sebagai donatur energi ini beralih menjadi katai hitam. Dingin, tak lagi mampu berbagi kehangatan.

Satu-satunya sumber cahaya dan panas bagi kelangsungan hidup galaksi berbentuk telur mata sapi itu dipastikan mati.

Keberadaan galaksi tersebut dianggap hilang dari seluruh alam semesta. Sebab rupanya bahkan jauh lebih mengerikan dibanding lubang hitam yang tersebar di beberapa sudut jagat raya. Suram, mencekam, dan benar-benar hitam tanpa setitik sinar.

Warga galaksi lain tentu menolak bila ada yang menyuruhnya mampir ke Galaksi Y-29.

Mau minum teh di kursi yang sebelah mana? Adakah penerangan yang mampu membuat mereka melihat warna teh yang akan diminum? Jawabannya hanya satu, tidak.

Meski demikian, terdapat satu planet yang masih memiliki tanda-tanda kehidupan. Dikenal dengan nama Planet Shi, seluruh penghuni Galaksi Y-29 dan sekitarnya tahu itu. Sayangnya, mereka tidak pernah kedatangan tamu selama dua miliar tahun terakhir.

Waktu berlalu, gravitasi di sekitar galaksi mati itu melemah dengan cepat. Membuat Planet Shi terlempar keluar dan menjauh beberapa juta tahun cahaya dari Galaksi Y-29. Kemudian melayang di ruang kosong angkasa dalam kesendirian tanpa adanya tetangga maupun teman selain bintang-bintang redup bersama asteroid dan material angkasa kecil lain.

Setelah begitu lama berselimut kegelapan, penduduk Planet Shi yang berhasil bertahan telah sampai kepada generasi ke-15 walau sudah kehilangan banyak populasi.

Diketahui, tinggallah seorang hibrida muda penyayang semua makhluk di daratan yang disebut Tanah Tetridia. Dia pertama kali menyapa semesta dengan tangisan pertamanya kurang lebih lima ribu tahun yang lalu. Saat ini anak muda itu telah tumbuh menjadi remaja laki-laki yang suka menggoda para gadis hibrida, bahkan betina-betina spesies tumbuhan pun tidak luput dari lantunan kata-kata manisnya.

Sebut saja dia Akira, anak tunggal dari pemimpin wilayah Tanah Tetridia bagian timur.

Tidak seperti sang ayah yang rela menghabiskan hari-hari demi keamanan dan kesejahteraan rakyat secara tidak langsung bersama antek-anteknya di kantor pemerintah daerah, putra tunggal Allan lebih suka berkecimpung dalam bidang ilmu pengetahuan. Mempertanyakan berbagai hal, melakukan penelitian, sampai akhirnya menemukan teori-teori baru yang sekiranya dapat memajukan peradaban serta mempermudah urusan semua makhluk di masa depan.

Suatu malam saat sedang sendirian di teras rumah, pemuda itu termenung. Kegelapan langit membuatnya bertanya-tanya, semisal lentera dari kristal putih temuan Guru Besar Hiu tidak pernah ada, apakah dirinya tetap bisa tertawa bersama para gadis di pesta? Lalu, bagaimana caranya semua makhluk Planet Shi dapat terus bertahan hidup sebelum lentera dari kristal putih ditemukan?

Menurutnya, karena kristal putih sumber energi utama bagi lentera hanyalah sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, maka kristal-kristal itu akan habis tanpa sisa dalam beberapa waktu ke depan. Lalu Planet Shi dilanda kegelapan lagi, begitu?

Para gadis pasti akan ketakutan dan banjir air mata, itulah yang dikatakan batinnya.

Putra Allan melipat kedua tangan di dada, bersandar pada tiang, membiarkan otaknya hanyut dalam perdebatan teori dalam kepala. Dalam hati dia bertekad akan menemukan sumber energi cahaya alternatif sesegera mungkin, setelah itu membuatnya berfungsi jauh lebih baik dari lentera yang telah ada.

Pemuda hibrida penggila warna biru itu berencana melakukan perjalanan mencari cahaya baru. Tangannya terkepal, lalu meninju udara. Kata-kata "demi para gadis" terlontar dari mulut, sebelum tangannya terkepal lalu meninju udara.

***

Karya: Supernova-11 (609 Kata)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro