Kyriel and Kyle

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku lahir di San Francisco, kota terpadat keempat di California yang bercorak bohemia. Aku anak dari keluarga Clinton, usiaku memasuki 15 tahun, rambutku pirang, iris mataku coklat terang.

Aku dibesarkan di keluarga yang sangat sederhana,di mana Daddy memiliki usaha di sebuah lounge yang bernama Pisto Latin Lounge dan Mommy adalah ibu yang baik dan penuh perhatian padaku. Aku sangat mencintai keluargaku.

Usaha Daddy awalnya lumayan maju walaupun keluarga kami tidaklah kaya, tapi kebutuhan kami bisa tercukupi. Lagipula, Mommy adalah tipe yang simple dan tidak suka pamer.

Tapi ... sesuatu terjadi mengubah kebahagiaan ini menjadi ...

Praaang

"Kau tidak mengerti, hanya itu satu-satunya cara bisa menyelesaikan masalah ini, Valley."

"Tapi tidak seharusnya melibatkan dia, dia masih kecil. Apa kau setega itu, Alfred?" jawab Mommy sambil terisak-isak.

Hening, Daddy memijit pangkal hidungnya dan menghembuskan napas beratnya berkata, "Aku akan coba mencari cara lain, tapi aku tidak berjanji, Valley." sambil berlalu dari ruang tamu.

Aku melihat Mommy masih menangis dari celah pintu kamarku.

Sebenarnya ada apa, Daddy tidak pernah bertengkar dengan Mommy sampai semarah itu.

Kejadian itu membuat pikiranku kacau.

Sejak hari itu Daddy berubah dan Mommy lebih banyak murung, suasana di rumah pun menegangkan.

Plak

Suara tamparan terdengar dari kamar orangtuaku, ku intip dari celah pintu, wajah Daddy memerah dan Mommy menangis sambil memegang pipi kanannya. Ku rasa sudut bibir Mommy koyak karena mengeluarkan darah, aku sangat takut melihat kemarahan Daddy.

Sebenarnya ada apa?

~°~

Pagi ini aku berangkat ke sekolah Amour Secondary School , langkah gontaiku mengungkapkan hati gusarku, saat melewati koridor sayup- sayup aku mendengar teman-teman sedang menjelek-jelekkan tentang keluargaku.

"Fiona, kamu tahu Ibu Kyriel berprofesi apa?" tanya Carel.

"Pelacur! Bahkan yang mencari pelanggan untuk pelacur itu adalah Ayahnya sendiri, Tuan Clinton," jawab Fiona.

"Benarkah Tuan Clinton me~" jawab Carel terpotong.

"Apa yang kalian katakan?" bentakku di sela obrolan Fiona dan Carel, aku menatap mereka berdua dengan tajam.

Fiona dan Carel tertawa sinis dan menatapku rendah.

"Apa kau tidak tahu, apa pekerjaan yang dilakukan orangtuamu itu?" tanya Fiona.

"Jangan berlagak suci, Dasar Anak Jalang," timpal Carel sembari mendorong pundakku.

"Kau tidak tahu apa yang dilakukan kedua orangtuamu itu, kan?!" tanya Fiona.

"Kau tidak pantas bersekolah di sini, karena kelakuan bejat orangtuamu sudah merusak nama baik sekolah ini," ucap Carel.

"Kalian boleh menghina aku, tapi jangan kalian membawa nama orangtuaku," ucapku tegas dan dingin.

"Tidak ada yang salah dengan perkataanku!" ucap Fiona sambil bersedekap tangan dan berjalan menghampiriku, lalu berbisik di telingaku, "kau ... tidak tahu kejadian di luar sana, padahal semua orang juga tau Ibumu itu adalah seorang bitch."

Kemarahanku tidak dapat dibendung lagi. Tanpa ampun aku menjambak rambut Fiona, entah dapat kekuatan dari mana bahkan aku bisa menghempas tubuhnya yang besar dan duduk di atas perutnya, aku tampar wajahnya berkali-kali dan sekarang wajahnya ada cap jari-jariku, sangat indah ... aku nikmati hasil karyaku menyungging senyum sinis dan berbisik padanya, "Jangan pernah menghina orangtuaku, camkan itu atau kau akan merasakan akibatnya!"

Kulepas gadis itu lalu menatap tajam ke Carel yang berdiri terbenggong di pojokan dan aku langsung berlari keluar dari sekolah.

Jujur aku tidak pernah bolos sekolah kecuali saat ini, saat di mana hatiku terluka parah dan kini ribuan pertanyaan bersarang di otakku. Aku harus bertanya pada Mommy.

Aku terus berlari, lalu sampailah di halaman rumahku yang minimalis berwarna biru langit warna kesukaanku. Napasku tersengal-sengal, aku memegang dadaku untuk menormalkan napasku kembali. Perlahan aku membuka pintu rumah,kuedarkan pandangan ke sekitar 'sepi' itu kesan pertamaku. Ku pikir mungkin Mommy ada di dapur, kaki jenjangku melangkah ke arah dapur,tidak lama terdengar suara decitan pintu, ya itu berasal dari pintu kamar orangtuaku. Muncullah seorang pria paruh baya.

"Bagaimana, apakah Tuan puas?" tanya Daddy.

"Ya, sangat puas. Ini bayarannya," jawab pria paruh baya itu sambil menyerahkan amplop dan langsung berjalan keluar dari rumah.

Tidak lama Mommy keluar dari kamar juga.

"Bagaimana, sudah cukupkah?" tanya Mommy pada Daddy.

"Ini baru setengahnya saja, kalau saja~" jawab Daddy terpotong oleh Mommy.

"Tidak! Jangan kau menyeretnya ke dalam masalah ini."

"Setidaknya jika kita bisa memanfaatkan ini, keuangan kita akan stabil dan kita bisa punya banyak waktu untuk membayarnya dan dia akan selamat, kita pun juga selamat," ucap Daddy.

"Tidak! Itu sangat berbahaya jika kau gagal lagi dan yang jadi taruhan adalah masa depannya, aku tidak akan sanggup melihatnya menderita,cukup aku saja yang kau korbankan," jawab Mommy yang mulai terisak-isak.

Semua pertanyaan dalam pikiranku terus mendesak, harus segera aku tanyakan, aku pun keluar dari dapur dan berkata, "Apa yang Daddy dan Mommy sembunyikan dari Kyriel?"

Mereka berdua terkejut seketika terlihat dari raut wajah yang memucat. Daddy melihat penampilanku yang berantakan, baju seragam kotor, rambut kusut dan ada luka gores di lengan. Daddy mengabaikan pertanyaanku dan ia tersulut emosi tanpa basa basi Daddy menyeretku masuk ke kamarku kemudian menjambakku dan menamparku hingga sudut bibirku koyak. Sungguh ini sangat menyakitkan, tapi aku gak menangis.

"Ingat, jangan kau membuat masalah hingga mengakibatkan luka di tubuh indahmu, aku tidak ingin rugi karena itu."

Sedangkan Mommy mengedor-ngedor pintu kamar yang terkunci sambil terisak-isak memanggil namaku. Tidak lama Daddy membuka pintu kamar dan berkata tegas, "Obati anak itu, pastikan tidak ada luka yang meninggalkan bekas."

Mommy langsung hambur masuk dan memelukku erat, Mommy mengusap rambut lembutku sambil berkata, "Kyriel, kau tidak apa-apakan? Mengapa kau pulang dengan keadaan berantakan seperti ini?"

Aku tahu Mommy khawatir, tapi aku memilih diam dan memeluk erat Mommy, setidaknya biarlah aku merasakan kehangatan ini kembali walau hanya sesaat.

Setelah aku bersihkan diri dan semua luka telah diobati, sekarang aku berbaring di atas ranjang queen size sambil berpikir dengan perkataan Daddy, perlahan rasa kantuk menyerangku, sayup-sayup aku mendengar suara bisikan,
" Jangan takut, kau tidak sendirian. Tidurlah semua akan baik-baik saja."

"Kyle," gumamku terakhir membawa ku ke alam bawah sadar.

~°~

Keesokan harinya aku berangkat ke sekolah dengan senyuman bahagia,seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Di koridor sekolah Fiona dan Carel mulai mencari masalah kembali, tapi tidak aku tanggapi sama sekali karena aku sudah berjanji pada Mommy untuk bersabar dan tidak membuat masalah yang membangkitkan amarah Daddy lagi. Dengan santai kulewati mereka, tapi saat berjalan kakiku tersandung. Aku kehilangan keseimbangan dan jatuh, kedua siku ku mendarat ke marmer. Kuncuran darah keluar, aku bangun dibantu teman yang lain dan bergegas ke kamar mandi membersihkan luka dan mengobatinya di ruang kesehatan.

Tiba-tiba terdengar,

"Kau bisa balas perbuatan mereka dengan cara cantik, Kyriel." ucapan seorang gadis.

"Siapa kau?" jawabku sambil mengedarkan mata ke sekelilingku.

" Kau akan tau suatu saat nanti, biarkan aku membantumu membalas mereka," bisiknya, seketika aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum sinis.

Bel pulang berbunyi, saat di gerbang aku mendapat kabar Fiona dan Carel terkena musibah, Fiona jatuh ke selokan dan pelipisnya berdarah, sedangkan Carel tersiram air selokan saat pergi ke toilet, aku senang akhirnya tidak diganggu oleh mereka.

Aku kira mereka akan menyerah setelah pembalasan yang dilakukan Kyle pada mereka waktu itu. Ternyata tidak dan kehidupanku di sekolah makin runyam yang lebih mirip neraka. Sampai akhirnya Daddy tahu kondisiku karena tiap hari aku pulang selalu membawa luka baru, aku juga tidak luput dari hukuman Daddy. Akhirnya, Daddy pun memutuskan mengeluarkan aku dari sekolah tersebut dan melanjutkan menjadi home schooling.

Sudah sebulan aku belajar di rumah saja satu kata di pikiranku 'membosankan', saat melewati ruang kerja Daddy, aku mendengar percakapannya dengan seorang pria.

"Bagaimana keadaannya? Lukanya apa membekas?"ucap pria itu.

"Aman, dia tidak apa-apa. Itu hanya luka luar saja sudah sembuh total tanpa bekas," jawab Daddy seraya duduk santai di sofa tunggal.

"Bagus, aku tidak ingin milikku rusak. Pastikan mulus saat aku menjemputnya nanti!" ucap pria yang sekitar 25 tahun ke atas.

"Baiklah, Tuan. Oh ya, lihat ini," ucap Daddy sambil menyerahkan gadget keluaran terbaru. Sesaat wajah pria itu menegang dan kemudian tersenyum puas.

"Apa kau bisa mendapat lebih banyak lagi, memandang ini saja sudah membuatku~" ucap pria tampan itu terpotong Daddy.

"Tentu saja bisa, tapi~" jawab Daddy terpotong oleh pria itu.

"Jangan khawatir aku akan membayarnya, semua foto yang kamu dapatkan kirim ke emailku dan kapan aku bisa memilikinya?" ucap pria itu membuat Daddy senang.

"Tunggulah 2 atau 3 tahun lagi, saat itu dia akan tumbuh lebih sempurna dan Tuan bisa lebih menikmatinya,bukan?" ucap Daddy menyeringai.

Aku yang mengintip di celah pintu merasa makin penasaran dan mengerjit dahi, tapi rasa bosan itu membuatku malas memikirkan hal yang tidak penting.

Aku menghela napas berat dan kembali ke kamarku sambil menanti guru private ku datang.

Saat pikiranku memikirkan sekolahku, ada yang membuka pintu kamarku.

'Cleek'

"Kyriel, buka bajumu!" perintah Daddy yang menurutku aneh, sepertinya Daddy menyadari kebingunganku, Daddy menghela napas beratnya lanjut berkata, "Daddy hanya ingin memastikan luka di tubuhmu sudah sembuh dan tidak meninggalkan bekas."

Daddy meletakkan gadgetnya dan perlahan aku melepasi pakaianku,beberapa detik Daddy perhatiin bekas luka di tubuhku dan dia mengangguk lalu tersenyum.

"Pakailah bajumu, besok ajak Mommy pergi belanja baju yang bagus-bagus, ya? Daddy sangat menyayangimu, jaga dirimu jangan terluka lagi," ucap Daddy sambil memeluk dan mengelus rambutku, aku sangat menyukai rasa ini, rasa diinginkan dan dipedulikan.

~°~

Sesuai permintaan Daddy , keesokan harinya aku dan Mommy berangkat ke butik dan mall, saat pulang dari jalan-jalan melihat ada beberapa orang sedang memasang cctv, kata Daddy supaya aman jika pas Daddy tidak berada di rumah. Lalu Daddy menyuruhku mandi dan mencoba semua baju baru yang tadi aku beli dengan Mommy, setelah selesai semua aku minta izin dan istirahat tapi entah mengapa pikiran ku gelisah karena tidak kunjung menutup mata, ku putuskan ke dapur untuk membuat segelas coklat panas, saat melewati ruang kerja terdengar suara tawa Daddy.

"Foto-foto ini akan membuatku bisa melunasi hutang malahan bisa membuatku semakin kaya, kenapa  dari dulu aku tidak memikirkan cara seperti ini untuk mendapatkan uang banyak dari pria itu? Bodohnya aku ... tapi sekarang juga tidak terlambat aku kirimin semua dan langsung dapat transferan uang ke rekeningku,apalagi masa pertumbuhannya akan banyak perubahan lagi, aku masih bisa menguras orang itu dalam 3 tahun ini. ha ha ha."

Aku jadi heran dan penasaran dengan perubahan Daddy, tapi ada baiknya Daddy sekarang sudah jarang marah-marah, jadi tidak ku hiraukan tentang apa yang dikerjainya.

~°~

Hari ini ulang tahunku ke 16, Daddy bilang acaranya cuma didatangi beberapa rekan bisnisnya saja, tidak terlalu meriah, tapi aku sudah merasa sangat bahagia karena telah merayakan ulang tahunku. Setelah acara selesai para tamu pulang hanya menyisakan dua rekan bisnis Daddy, kelihatan masih muda umur sekitar 25 tahunan, pandangan mereka ke diriku sangat aneh, aku merasa sangat risih sekali dan salah satunya pria yang pernah ku lihat di ruang kerja Daddy.

Karena merasa letih akhirnya aku pamit untuk istirahat di kamar.

Tengah malam, aku terkejut dan langsung terjaga karena merasakan adanya keberadaan orang lain di kamarku, hembusan dan sentuhan kecil di lenganku itu membuatku merinding, ternyata ...

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" bentakku sambil beringsut duduk di sisi kepala ranjang.

Dia menyeringai dan menduduki tepi ranjangku di sebelahku, mengelus wajahku dan rambutku, aku menepis tangannya dan memalingkan wajahku.

"Kau tahu? Sejak aku melihat fotomu pertama kali, aku sudah menginginkanmu. Apalagi saat melihat semua foto dan video yang dikirim Daddymu, aku makin tidak kuasa menahannya jadi ... biarlah malam ini aku memilikimu," bisiknya di akhir kalimat.

Dia menarik tanganku hingga aku jatuh ke dekapannya, aku meronta,dia mengunci tanganku, dia mulai mengoyak pakaianku dan ingin menciumku dengan paksa, aku terus meronta, berteriak dan tanpa sadar air mataku mengalir karena mendapat dua kali tamparan di pipiku, aku pasrah karena tenagaku tidak sebanding dengannya dan terus berdoa.

Semoga ini hanya mimpi buruk, selamatkan hambamu dari marabahaya.

Bukk

Tiba tiba pria itu ambruk menindihku, ku geserkan badanku dari tindihannya.

"Mommy?" ucapku terkejut ternyata Mommy datang menyelamatkan aku.

"Kyriel, sudah tidak ada waktu sekarang kamu ganti bajumu dan segera pergi dari sini," perintah Mommy sambil mengemas beberapa pakaianku ke dalam tas.

"Tapi, Mom~" ucapanku dipotong Mommy.

"Ayo, Kyriel. Mommy tidak ada waktu menjelaskannya. Dengarlah kata aku pergilah dari sini, ok? Aku menyayangimu, kamu harus hidup bahagia," ucap Mommy sambil menangkup wajahku, aku hanya menganggukkan kepalaku.

~°~

Aku terus berlari dan berlari tanpa memperhatikan jalanan, sialnya aku tertabrak mobil beruntung hanya luka kecil. Pengemudi mobil itu membawaku ke rumah sakit untuk periksa lukaku dan setelah selesai mengobatiku. Seorang wanita menghampiriku dan berinisiatif mengantarku pulang ke rumah, tapi aku ingat pesan Mommy jadi, aku meminta bisa tinggal bersama wanita itu. Akhirnya wanita itu setuju dengan permintaanku dan membawaku ke panti asuhannya, karena tidak tega melihat tatapan sedih di mataku.

~°~

Di sinilah sekarang aku berada di panti asuhan "Demour Child" tempat yang minimalis tapi nyaman banyak anak-anak umurnya di sekitar 3 tahun sampai 10 tahun, yang seumuranku ada dua orang. Di sini mereka saling menyayangi, saling melindungi, saling menjaga. Nama wanita yang membawaku adalah Tasyia. Aku merasa memiliki keluarga baru yang simple dan sangat nyaman. Akhirnya keceriaanku kembali.

"Ky, bantu Ibu bawa selimut ini dan bagikan pada anak-anak, ya!"

"Baik, Bu. Syukurlah, bulan ini kita dapat sumbangan yang lebih banyak, jadi adik-adik bakal lebih nyaman," ucapku senang.

Di sini aku tinggal sudah hampir 3 bulan, sejak insiden itu sekarang aku masih tinggal di panti asuhan Demour Child, membantu menjaga adik -adik bersama Calvert dan Avena beserta Ibu Tasyia. Karena takut Daddy mencari jadi aku minta mereka memanggil ku 'Ky'.

"Ky, Nyonya Clifford mencarimu," ujar Avena.

"Ya, sebentar lagi aku akan ke sana menemui Beliau," jawabku.

Tuan Clifford dan istrinya adalah donatur terbesar di Demour Child, mereka sangat menyukai anak-anak karena mereka tidak memiliki keturunan dan juga usia mereka sudah tua. Mereka sering berkunjung ke panti ini untuk memastikan semua anak-anak di sini mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak. Setelah selesai meletakkan selimut itu di tempat tidur masing-masing anak-anak, aku pun bergegas menemui Nyonya Clifford.

"Apa kabar, Nyonya Clifford?" sapaku sambil menyalaminya

"Baik, Ky. Bagaimana dengan kabarmu, Nak? Jangan panggil Nyonya tapi Mom. Panggil Mom Asley atau mom saja," ucapnya lembut tapi penuh penegasan.

Aku tersenyum dan mengangguk kemudian memeluknya, rasa hangat ini membuatku teringat Mommy, aku merindukanmu mommy.

Sekilas air mataku mengalir dengan segera aku mengusapnya.
Sejak aku tinggal di panti ini dan pertama kali berjumpa Nyonya Clifford, mereka berinisiatif mengadopsiku tapi aku takut menyakiti mereka bahkan Ibu Tasyia dan Calvert juga ikut membujukku untuk menerima mereka. Dan akhirnya aku setujui permintaan mereka, hari ini aku akan tinggal seatap dengan orang tua ku yang baru.

Daddy Aston dan Mommy Asley memintaku untuk melanjutkan studyku yang sempat terputus selama beberapa bulan, sebenarnya di panti asuhan juga bisa melanjutkan study tapi aku takut Daddy Alfred menemuiku jadi aku tidak mau bersekolah dan sekarang aku harus kejar ketinggalan lewat home schooling selama 3 bulan ini, biar nanti bisa masuk ke Osburn High School, di sini waktuku untuk belajar total dan ujian-ujian serta tes yang belum sempat ku ikuti di Amour Secondary School untuk mendapati sertifikat kelulusan dari Secondary School.

Dan akhirnya semua tes nilaiku A+ ,aku dinyatakan lulus dan mulai bulan depan aku bisa masuk ke Osburn High School, aku sangat senang karena keinginanku tercapai memasuki sekolah idamanku.

~°~

Aku menatap diriku dalam cermin,merasa sangat bahagia dapat keluarga baru, bisa lanjut sekolah lagi dan memiliki teman baru, tak henti-hentinya aku tersenyum bahagia tapi tiba-tiba ada sebuah bisikan.

" Jangan lupain aku,"

Merasa hanya ada diriku sendiri, ku abaikan suara itu. Aku mengikat rambutku jadi ekor kuda, aku merapikan baju seragamku dan menenteng tas sekolah. Aku berangkat diantar Daddy Aston dan Mommy Asley.

Sudah 3 bulan aku masuk di Osburn High School. Masa-masa di sekolah sangat menyenangkan mendapat teman baru dan keluarga baru itu yang aku impikan. Rutinitas seperti biasa, tidak ada yang spesial tapi sangat membahagiakan mendapat perhatian penuh dari orang tua baru ku sampai ke hal yang kecil.

"Ky, segera sarapan. Dad dan Mom akan mengantarmu dulu lalu kami akan ke bandara langsung," ucap Dad lembut.

"Ky, kamu sendirian di rumah tidak masalah 'kan? Kami cuma pergi beberapa hari saja jadi, kamu jaga diri baik baik, ya?" pesan Mom.

"Iya Mommy, Dad. Ky bisa jaga diri kok, Mommy dan Dad jangan khawatir lagian di rumah masih ada Bibi Yoana dan rumah kita juga dekat dengan panti Ibu Tasyia. Jadi jangan khawatir, ok?"jawabku untuk menenangkan kekhawatiran Mom.

"Aku mengerti, nanti pulang dari Paris mau Mom bawakan oleh-oleh apa untukmu, Sayang?" tanya Mom dan aku hanya tersenyum saja karena apa pun yang diberikannya pasti aku akan sangat menyukainya.

Berangkatlah kami ke tujuan masing-masing. Seminggu aku berada sendirian di rumah yang ditemanin Bibi Yoana dan Ibu Tasyia dan anak-anak panti tidak merasa sunyi tapi sudah beberapa hari ini sering mendapat telepon yang aneh. Kadang hanya terdengar suara seseorang tertawa, kadang diam, kadang juga disertai ancaman 'kau akan menerima akibatnya'
Aku pikir mungkin salah alamat atau orang iseng atau pesaing bisnis Daddy Aston, tapi aku salah...

Hari ini Daddy Aston dan Mommy Asley akan pulang, tapi mobil mereka kecelakaan dan sekarang mereka berada di ruang ICU dengan terpasang alat pernapasan dan pendeteksi detak jantung. Aku yang hanya bisa melihat mereka dari luar kaca, tak henti-hentinya aku menangis. Kata Bibi Yoana dan Ibu Tasyia aku ga boleh menangis supaya doaku untuk mereka lekas sembuh dikabulkan karena Tuhan tidak suka dengan anak yang cenggeng.

Aku mengusap air mataku untuk kesekian kali dengan kasar dalam hati selalu merapal, 'jangan menangis aku harus selalu tersenyum, supaya Dad dan Mom lekas sembuh.'

~°~

Pagi yang cerah tidaklah mencerahkan hatiku yang sedih.

"Ky, sarapan sudah siap. Apa kau akan ke sekolah hari ini, jika me~" ucap Bibi Yoana terpotong olehku.

"Iya, aku akan ke sekolah dan jangan khawatir aku baik-baik saja," ucapku dingin dengan wajah datar lalu sejurus kemudian ku tampilkan senyumku dan lanjut berkata, " aku berangkat dulu ya, Bibi Yoana."

"Kyriel ... Ky ... ," teriak Bibi Yoana tidak kuhiraukan.

Aku terus berlari sampai di halte bus sambil menunggu bus, aku memasang muka dinginku. Tak berapa lama bus datang dan aku berangkat, sesampai di sekolah aku pasang senyumku untuk melupain kerinduanku pada kedua orang tua ku. Tapi sindiran teman teman sangat menyakitkan,mereka berbisik-bisik bahkan ada yang menjauhiku dan mengatakan ...

"Lihat masih sanggup tersenyum,padahal orangtuanya masih di ICU."

'Aku tersenyum supaya Tuhan mengabulkan doaku,' jerit batinku.

"Pembawa sial datang ,bagus kita jauhi."

'Apa salah aku dilahirkan di dunia ini?'lanjutku dalam hati.

"Sepertinya dia senang melihat orang tuanya sekarat."

'Tidak sama sekali, hanya ini yang dapat aku lakukan tersenyum dalam hati yang sedih,' lanjut batinku.

Kuhadapi mereka dengan senyum teringat kata-kata Bibi Yoana dan Ibu Tasyia 'aku tidak boleh nangis'.Walau ini sungguh ini sangat menyakitkan, sepulang sekolah aku langsung ke rumah sakit menjenguk Daddy dan Mommy, saat di belokan kudengar percakapan Bibi Yoana dan Dokter Vero.

"Maaf, kami sudah berusaha tapi pasien tidak mengalami perubahan,ini pun bertahan hidup hanya karena dengan alat bantu saja. Dengan berat hati kami akan mencabut semua alat bantunya, mohon dimengerti," jelas Dr.Vero

"Apa gak ada cara lain, Dokter? Bukankah ada pasien yang bisa sadar dari koma walau sampai beberapa tahun?" tanya Bibi Yoana.

"Ini tidak benar, kan? Aku tidak menangis dan juga tidak nakal. Kenapa? Kenapa? Seharusnya Mom dan Dad cepat sehat, bukan?" aku membeo tidak menghiraukan panggilan Bibi Yoana terus jalan menghampiri ranjang orang tua ku.

"Mom, Daddy, lihat ini! Hari ini Ky ulangan dapat nilai 100," aku berkata sambil memperlihatkan nilai ulangan dan terus menguncang tubuh mereka yang dingin dan kaku.

"Mom, Dad, bangunlah! Bukannya Mom janji bawain oleh-oleh untukku." aku menarik tangan mereka bergantian supaya terduduk tapi mereka terus terbaring.

"Mom, Dad, lihat! Ky tidak menangis. Ky tidak berkelahi dengan teman-teman. Ky hanya ingin Mom dan Dad bangun dan menemaniku. Ky takut sendirian, Ky kesepian." aku terus membeo tanpa setitik air mata pun.

Seketika tubuhku ambruk, saat kesadaranku menipis aku mendengar teriakan bersamaan Bibi Yoana, Ibu Tasyia, Calvert dan Avena. Kemudian gelap menguasaiku.

~°~

Acara pemakaman diadakan sederhana, Kyriel diam tanpa ekpresi tanpa air mata tanpa menyentuh makanan juga.

"Ky, makanlah! Kau harus tabah dan sabar. Kau tidak sendirian masih ada aku, Ibu Tasyia, Bibi Yoana dan anak-anak panti yang lain juga," bujuk Calvert.

"Ini salahku ... seharusnya aku tidak dilahirkan di dunia ini, Mommy Asley dan Daddy Aston juga tidak akan mati," ucap Kyriel terus menerus dengan tatapan hampa.

"Bukan, Ky. Jangan salahkan dirimu sendiri, ini sudah diatur oleh Tuhan," jawab Calvert

"Aku ingin sendirian," ucap Kyriel sambil berlalu ke halaman belakang. Di samping itu ada seseorang mengikutinya.

~°~

Sesampai di halaman belakang seorang lelaki menghampiri dirinya.

"Kyriel, mau sampai kapan kau bersembunyi?" ucap pria itu.

Mata Kyriel membelalak kaget, tanpa berbicara Kyriel merasa ketakutan. Kyriel berlari ke dalam rumah dan masuk ke kamarnya lalu menguncinya. Kyriel ketakutan memeluk kakinya berjongkok di pojokan meremas kuat ujung jarinya hingga berdarah tanpa dia sadari.

Kyriel bergumam,"Bagaimana ini?! Dia menemukanku, dia menemukanku. Apa yang harus kulakukan? Aku takut sekali."

~°~

Sudah jam makan malam, Kyriel tidak kunjung keluar dari kamarnya. Bibi Yoana tampak makin gelisah begitupun dengan yang lainnya. Akhirnya, Calvert ke kamarnya dengan kunci cadangan, lelaki itu disambut dengan kegelapan saat membuka pintu kamar itu. Calvert menghidupkan lampu mencari sosok gadis itu, dan ia mendapati Kyriel di pojokkan kamar, ia mendekati Kyriel melihat keadaannya kedua telapak tangannya penuh dengan darah, Calvert meraih tangannya, sontak gadis itu terkejut dan meronta ketakutan, Calvert memeluknya dan berbisik, "Ky, ini aku Calvert. Tenanglah, apa yang kamu takutkan?"

Perlahan gadis itu berhasil tenang, akhirnya Calvert mengobati luka-luka goresan kuku Kyriel sendiri di kedua telapak tangannya dan pemuda itu juga menyuapinya makan. Melihat Kyriel sudah istirahat, Calvert keluar dan menceritakan hal itu pada yang lainnya.

3 hari kemudian Kyriel memaksa diri ingin kembali ke sekolah, saat menunggu bus di halte bus ada beberapa pria yang memakai jas hitam datang dan langsung menyergapnya disuntik obat bius seketika Kyriel hilang kesadarannya dan dibawa masuk ke dalam sedan Audi hitam.

Saat kesadarannya pulih, Kyriel melihat sekeliling ruangan dan ia yakin ini kamarnya dulu. Pintu kamarnya terbuka dan gadis itu pun berpura-pura tertidur sambil mendengar percakapan mereka.

"Kau hebat bisa mendapatkannya kembali, Alfred," ucap pria itu.

"Tentu saja, Tuan Frank Jackson." ucap daddy Alfred.

"Aku lupa apa yang tidak bisa kau lakukan, Istrimu saja kau jual dan sekarang Anak gadismu yang cantik ini juga akan jadi milikiku seutuhnya, jika setahun yang lalu Istrimu tidak menggagalkan niatku. Dan lihat! Aku berhasil mendapatkannya kembali. Lihat! Setahun tidak berjumpa, wajahnya, bentuk tubuhnya semakin membuatku terpesona," ucap pria itu sambil mengelus pipi halus Kyriel.

"Ayo, kita keluar! Obat biusnya belum hilang. Kamu bisa nikmatinya nanti malam saat dia sadar," jawab daddy Alfred

Setelah mereka keluar, Kyriel membuka matanya menangis karena mengetahui ibunya telah dijual ayahnya sendiri. Orang yang seharusnya melindungi, menjaga, merawat keluarganya justru merupakan biang kesengsaraan Kyriel.

Kyriel memanjat lewat jendela yang tak terkunci mengendap-endap berusaha melarikan diri sesuai janjinya pada Mommy Valley setidaknya dia harus hidup bahagia, berhasil keluar dari halaman rumah,Kyriel terus berlari dan berlari tanpa mengenal lelah. Udara dingin menusuk seluruh tubuhnya tidak dihiraukan hampir sampai di depan panti asuhan 'Demour Child' saat melihat sosok Calvert yang sedang membuang sampah, Kyriel ingin memanggilnya tapi sayang mulutnya duluan dibungkam oleh Frank Jackson dengan obat bius yang dituang di saputangan.

Sesaat Calvert merasakan ada yang memanggilnya menoleh ke belakang tapi tidak menemukan apa-apa.

"Ky, kau ke mana? Aku mengkhawatirkanmu,"gumam Calvert sambil masuk ke dalam panti.

~°~

"Hebat dia bisa kabur dari penjagaan ketat kita, seharusnya seluruh jendela ditutup dan dikunci rapat," ucap Frank sambil merebahkan tubuh Kyriel ke atas ranjang.

"Valley, bersihkan tubuh Kyriel dan gantiin bajunya," perintah Alfred pada mommynya Kyriel, Valley hanya mengangguk saat kedua pria itu pergi, Valley langsung membersihkan dan menggantikan pakaian Kyriel.

Menjelang beberapa saat, Valley kembali membawakan makanan untuk Kyriel, saat Kyriel sadar langsung memeluk Valley dan menangis karena tau penderitaan Valley.

"Sudahlah, Sayang. Jangan menangis lagi, mommy akan mengeluarkanmu dari sini," ucap Valley sambil mengelus punggung Kyriel.

Kyriel melepaskan pelukan dan menatap Valley sendu dan berkata, "bagaimana bisa, Mommy?"

"Kau punya nomor telepon panti atau nomor telepon yang lainnya kita minta bantuan dari luar. Mommy ada ini,"ucap Valley mengeluarkan gadgetnya dari balik pakaian dalamnya.

Kyriel mengerti lalu mengetik pesan singkat saat ingin mengirim ke Calvert, Frank masuk ke kamar Kyriel,dengan paksa merebut gadget di tangan Kyriel dan menyeret Valley keluar dari kamar. Valley memberontak dan Kyriel juga ikut memberontak. Frank mengeluarkan pistol mengarahkan pada Valley memaksa Kyriel membuka pakaiannya sendiri, dengan ancaman nyawa Ibunya, Kyriel terpaksa melepaskan pakaiannya. Dengan sigap Valley menerjang Frank terdengar tembakan bebas ke udara.

Dorr

Alfred berlari memasuki kamar Kyriel melihat istrinya sedang berebutan pistol dengan Frank, tembakan kedua lolos mengenai bahu kiri Alfred.
Kyriel ketakutan berteriak.

"Aaaaaaaarg."

Dorr

Sesaat terlihat Valley memegang perutnya yang dipenuhi darah, merayap perlahan mengapai Kyriel.

"Kyriel."

Kyriel yang sejak tadi ketakutan memeluk kedua kakinya menenggelamkan wajahnya di lututnya,mendongkak mendengar panggilan ibunya.

"Mommy" ucapnya lirih sambil mendekap kepala mommynya ke pangkuannya.

"Nak, kau harus hidup bahagia. Mommy hanya bisa melindungimu sampai di sini saja, sisanya kau harus lewati sendiri. Jangan menangis sayang ... tersenyumlah," ucap Valley sambil mengusap air mata Kyriel dengan telapak tangannya yang penuh dengan darah.

"Kyriel ga nangis, Mommy. Kata Bibi Yoana dan Ibu Tasyia 'Tuhan tidak suka anak yang cenggeng dan nakal'. Jadi, Kyriel anak baik dan ga nangis biar Mommy cepat sembuh. Mommy jangan seperti Mom Asley dan Dad Aston meninggalkan Kyriel sendirian, Kyriel takut kesepian."

"Maaf ... ma ... afkan ... mom ... my, Kyriel."ucapan Valley terbata-bata dengan hembusan napas terakhirnya.

"Mommy, capek ya? Tidurlah! Kyriel janji ga akan nangis," ucap Kyriel sambil mengelus rambut Valley.
Kyriel yang sejak tadi terdiam tiba-tiba tertawa terbahak-bahak sendiri.

"Ha..ha..ha..ha.."

"Kyriel, tolonglah Daddy? Panggilkan ambulance! Cepat!!"Alfred memohon.

"Aaaaaaaaaaaargh. Ha...ha...ha," Kyriel berteriak terus tertawa keras dan berkata, "tolong kau, apa kau ga ingat? apa yang kau lakukan pada Kyriel? Kau yang seharusnya melindungi berbalik menyakiti," ucap Kyriel sambil menyeringai.

"Tapi aku Daddymu, Kyriel. Ayuklah, tolong Daddymu ini." Alfred memohon.

"Baiklah, aku akan mengeluarkan peluru yang di bahumu dan aku juga ingin melihat jantungmu berwarna apa?"

Mendengar hal itu wajah Alfred menjadi pucat pasi. Alfred berusaha menjauhi Kyriel yang berjalan mendekatinya.

Kini Kyriel berjongkok di hadapannya sambil menyeringai dan mulai mengoyak bajunya dengan tangan kosong terus mengoyak daging Alfred, Alfred yang sejak tadi terluka tidak dapat memberontak hanya teriakan yang membaur di tiap ciprakan darahnya, saat Kyriel menarik paksa jantungnya, Alfred berteriak namanya.

"Kyriel..."

"Kyriel? Oh ya, aku lupa memperkenalkan diri. Aku bukan Kyriel, tapi aku Kyle."

Frank yang melihat kejadian itu terpaku kakinya gemetaran dengan cepat berlari dari sana, Kyriel melihat pistol itu tergeletak ga jauh darinya. Diambilnya dan membidik Frank.

Dorr
Dorr

Dua tembakan tepat mengenai punggung sebelah kiri, Frank merayap mencoba menjauhi Kyriel yang berjalan mendekatinya. Kyriel menyeringai dan berkata," Giliranmu, Tuan Frank Jackson."

~°~

Dengan badan dan tangan berlumuran darah Kyriel berjalan tertatih-tatih, saat sampai di panti asuhan 'Demour Child' dia ambruk.

Saat itu juga Calvert membuka pintu ingin membeli sarapan menemukan Kyriel dalam keadaan mengenaskan. Kemudian dengan sigap menelepon ambulance membawa Kyriel ke rumah sakit.

~°~

Sudah seminggu Kyriel tidak sadarkan diri. Menurut dokter jiwanya terguncang tapi untuk diagnosa selanjutnya harus menunggu sampai ia sadar.
Calvert menjaganya sambil menggenggam jemari mungil gadis itu merasakan adanya pergerakan, bergegas Calvert menekan bel alarm kamar pasien, sesaat kemudian Dokter Vero masuk dan memeriksa Kyriel.

"Calvert, aku di mana?" ucap Kyriel sambil beringsut duduk.

"Ky, kau ada di rumah sakit," jawab Calvert.

"Apa Nona Kyriel ingat apa yang terjadi hingga Nona berada di rumah sakit ini?" tanya Dokter Vero, hanya mendapatkan gelengan dan anggukan bersamaan.

"Baiklah, Nona Kyriel sebaiknya istirahat dulu. Nak Calvert bisa ikut aku keluar sebentar?" ucap Dokter Vero mendapat anggukan Calvert.

Saat di luar.

"Kita harus pantau Nona Kyriel kemungkinan dia amnesia atau penyakit jiwa lainnya dengan kata lain Dissociative Identitiy Disorder(DID)."

"Apa benar Kyriel punya penyakit kepribadian ganda, Dokter Vero?"

"Kemungkinan besar dari cerita beberapa saksi ,tapi aku akan memastikannya segera."

"Terus kapan Kyriel bisa pulang, Dokter Vero?" tanya Calvert

"Saat kondisinya pulih sepenuhnya, tapi ingat bawa dia seminggu sekali untuk jalanin terapi."

"Baiklah."

~°~

3 hari kemudian kondisi fisik Kyriel membaik dan diperbolehkan pulang. Terlihat Kyriel nampak sehat dan lebih ceria dari dulu, selalu ramah dan murah senyum, tidak ada yang aneh. Seminggu kemudian ia pun kembali ke sekolah Osburn High School.

Kondisinya lebih baik dari sebelumnya, bahkan diejek, dicemooh pun dia tersenyum selalu. Calvert yang kebetulan satu sekolah dengan Kyriel selalu memantaunya.

Sepulang sekolah Kyriel selalu mengurung diri di kamar , sering Bibi Yoana mendapati bercak darah di kamar tapi aneh tidak menemukan luka di tubuh Kyriel jadi, mereka memasang cctv di kamar Kyriel secara diam-diam untuk memastikan Kyriel tidak melukai dirinya sendiri.

Mereka melihat Kyriel meremas sebuah benda seukuran telapak tangan dan darah meneteskan dari telapak tangannya. Bergegas Calvert lari ke kamar Kyriel dibukanya dengan kunci cadangan, tetapi tidak bisa ternyata terkunci dari dalam, akhirnya Calvert mendobrak pintunya.

"Apa yang kau lakukan, Kyriel?" bentak Calvert sambil merebut benda di telapak tangan Kyriel, rupanya itu busa yang dicocokin jarum-jarum kecil, menyakitkan tapi luka tak dapat dilihat oleh mata. Seperti hati yang terluka.

"Aku bukan Kyriel? Tapi aku Kyle." jawab gadis itu membuat Calvert melongo.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro