요리사

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kau ingin memasak menu spesialmu di steakhouse kami?" tanya sang manajer dengan shock setelah mendengar kabarnya dari mulut Masterchef Cindy Kim sendiri. "Tetapi, mengapa?" lanjut sang manajer dengan nada seolah-olah ia masih tidak bisa memercayai telinganya sendiri.

Cindy yang berada di depannya juga diam sejenak memikirkan jawabannya. Apakah sebaiknya ia ungkapkan alasan yang sebenarnya, atau berpura-pura peduli saja? Ia jujur bingung. Disatu sisi ia begitu membenci sang manajer karena telah memecatnya, namun disisi lain ia ingin sekali membantunya. Gordon's Steakhouse merupakan satu-satunya steakhouse elite yang menerimanya sebagai chef meskipun mereka tidak mengetahui identitasnya yang sebenarnya. Kalau dipikir-pikir, ia berhutang budi pada sang manajer keji tersebut, namun disatu sisi, ia masih kesal setelah dipecat.

"Aku berhutang budi pada seseorang disini." jawab Cindy kembali singkat.

Sang manajer yang sudah tersenyum lebar langsung bangkit dari kursinya dan menyambar tangan Cindy dengan kencang sambil mengucapkan terima kasih berulang kali.

"Kalau begitu, aku akan datang ke steakhousenya nanti sore untuk memasak menu khusus bagi para tamu. Santai saja dan jangan memasang dekorasi yang berlebihan. After all, it's the food that matters, not the interiors. " ucap Cindy sebelum beranjak dari kursinya. Ia meninggalkan sang manajer yang terus membungkuk berterima kasih padanya dan berjalan menuju pintu keluar.

Sambil memegang buku masaknya erat-erat, ia berjalan keluar dengan senyuman lebar. Ia terus berjalan tanpa memerhatikan ke depan, dan akhirnya ia menabrak seorang pria sekaligus tidak sengaja menjatuhkan buku masaknya. Sang pria itu langsung mengangkatnya dengan cepat dan menyodorkannya pada Cindy. Alih-alih berterima kasih padanya, Cindy malah memberikannya tatapan dingin.

"Apakah kau kesini untuk kembali menghancurkan reputasi steakhousenya?" sentak Cindy dengan tangan yang ia silangkan di depan dadanya. Jin yang seolah-olah menyadari kekesalan di dalam ucapannya hanya bisa menatapinya bingung. Seingatnya yang mengetahui adegan memalukannya hanyalah para membernya serta para kembar Lee.

"Apa maksudmu?" tanya Jin kembali dengan tingkah berpura-pura polos. Ia penasaran sekali dengan alasan dibalik ucapan pedas Cindy barusan.

"Kim Seok-jin ssi, anda seorang figur publik yang terkenal, tetapi pada akhirnya kau juga hanya seorang manusia biasa. Sebuah profesi tidak menentukan segala-galanya, dan tentunya tidak seharusnya menentukan perilakumu yang kasar bagi mereka yang kau anggap di bawahmu," ujar Cindy dengan serius sambil menatap Jin di matanya. Jin yang mendengar ucapannya cukup tertegun, apalagi karena ia merasa mengenal gaya bahasa dan nada Cindy ketika berbicara.

"Baiklah Masterchef, apa alasan dibalik ucapanmu barusan? Aku sungguh tidak mengerti." balas Jin kembali tanpa menaikkan suaranya sedikitpun. Kali ini ia yakin, ia pasti mendapatkan jawaban yang ia ingin dengar.

Namun, Cindy sendiri juga menyadari tujuannya dibalik kata-kata Jin. Tentunya ia langsung terdiam sejenak memikirkan jawaban yang terbaik untuk membalasnya.

"Kenapa kau malah diam?" celetuk Jin dengan seringai licik.

"Aku hanya memberimu peringatanmu. Mengingat kembali perilakumu yang kurang sopan pada salah seorang chef di steakhouse ini. Anyways, I have to go. I sincerely hope we shall never cross paths again. Goodbye," ujar Cindy yang langsung berjalan secepat mungkin menyusuri keramaian jalan raya tersebut tanpa menoleh ke belakangnya.

Setelah menaiki sebuah taksi menuju bakery-nya ia tiba-tiba menyadari bahwa buku masaknya masih dibawa Jin.

"Oh, shit! Cindy you're such a klutz!" gerutu Cindy sambil memukuli kepalanya sendiri setelah menyadari bahwa ia kehilangan buku masaknya. Untungnya bukunya hanya terisi resipi pastry yang ia buat beberapa hari ini. Semua resipi rahasianya tidak pernah ia keluarkan dari dapurnya demi kenyamanannya sekaligus keamanan. Meskipun begitu, hatinya masih tidak bisa tenang memikirkan buku masaknya yang dipegang Jin.

🌹🌹🌹
Kim Seok-jin

Sambil memandangi buku masak kecil yang berada di tanganku, aku hanya bisa tersenyum memikirkan wajahnya. Ia begitu cantik meskipun menatapiku dengan garang.

Aku sungguh penasaran, apa yang membuatnya begitu membenciku. Satu hal yang pasti, ia pasti membutuhkan buku masaknya. Aku harus mengembalikan ini kepadanya entah bagaimana caranya.

Kubuka ponselku dan mulai menulusuri web untuk profilenya, disaat itulah aku menemukan cara mengembalikan buku ini padanya.

"Masterchef Cindy Kim, mengadakan acara masak menu spesial kemenangannya di Gordon's Steakhouse. RSVP Nancy Kang."

Sebuah senyuman lebar langsung terlukis di wajahku ketika aku membacanya terus menerus. Ia mungkin membenciku, tetapi itu tidak berarti aku akan berhenti mengejarnya. Tatapanku tiba-tiba terlintas pada jam dinding yang jarumnya mengarah ke arah angka lima.

"Kook a, kau mau makan di Gordon's lagi nanti malam?" kutanya kepada Jung-kook yang tiba-tiba memasuki kamarku dengan desahan lemah. Namun, disaat aku menyelesaikan kalimatku, matanya langsung berbinar.

Ia terdiam sejenak memikirkan sesuatu sebelum akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara, "Tapi hyung, jika kau bertemu Chef Kim itu lagi bagaimana?"

Ucapannya benar-benar tepat sasaran. Aku baru ingat bahwa ada sebuah sosok yang membenciku di dalam steakhouse itu. Bisa saja aku tidak kelur dari tempat itu hidup-hidup jika aku menemui chef menyeramkan itu.

Namun, semua pikiran itu langsung kusingkirkan demi satu hal. Aku harus bertemu Cindy Kim dan meraih hatinya. Ia terlihat begitu dingin dan cepat tanggap diluar, itulah yang membuatku tertarik padanya. Ia seperti sebuah batu, keras diluar namun berharga di dalamnya.

Setelah menguatkan hatiku, aku tarik Jung-kook ke arah mobilku dan berangkat ke Gordon's Steakhouse.

🌹🌹🌹

Aku memasuki pintu Gordon's dengan sembrono tanpa memikirkan paparazzi di sekitarku yang terus menyodorkan mic dan kamera mereka di depanku.

Di dalam benakku, hanya ada satu orang yang bisa kupikirkan. Aku harus mengembalikan buku masak kecil ini pada Cindy-ssi. Sejujurnya aku masih penasaran mengapa kekesalan di nadannya begitu kentara bagiku. Aku tidak merasa melakukan sesuatu yang salah padanya.

Setelah begitu lama diam melamun, kesadaranku kembali hadir ketika merasakan tarikan tangan Jung-kook di depanku.

"Hyung! Astaga, acaranya sudah mau dimulai! Fokuslah!" teriak Jung-kook dengan suara lantang. Tanpa menanggapinya, aku meraih gelas champagne di depanku. Ketika gelasnya sampai tepat di depan bibirku, sang MC mulai menepuk mic dan memulai acaranya.

"Mari kita sambut, Masterchef Cindy Kim!"

Disaat itu juga champagne yang sedang kuminum langsung tersembur keluar dari mulutku. Tanpa menghiraukan omelan para tamu lain di sampingku, tatapan mataku terus tertanam pada sang chef yang berdiri di panggung.

"Selamat siang semuanya, saya Chef Cindy Kim akan menghidangkan makanan pembawa kemenanganku di babak final Masterchef. Beberapa hal yang perlu diingat adalah untuk tidak merekam acara ini menggunakan alat apapun, serta menjaga ketenangan satu sama lain. Terima kasih," ujar Cindy sambil menyerahkan mic-nya kembali pada sang MC.

Melihatnya memasak sungguh menakjubkan, apalagi karena wajahnya berbinar ketika melakukan sesuatu yang begitu ia cintai. Dari dulu, aku sering mengatakan bahwa aku menyukai wanita yang pandai memasak—dan dalam arti pandai, maksudku melebihiku. Tentunya Cindy benar-benar membuatku jatuh cinta dengan apapun yang ia lakukan.

Hanya saja, kedinginannya dan kesannya terhadapku sepertinya akan membuat pendekatanku lebih sulit dari biasanya. Tidak seperti Jung-kook dan Ji-min yang suka bermain dengan wanita lain, aku lebih suka menjaga jarak dengan para wanita. Karena aku sendiri tahu, sekali aku jatuh cinta, aku akan benar-benar seperti idiot.

Aku harus memberikan kesan yang baik bagi Cindy, agar aku bisa mendekatinya. Tetapi, apa yang harus kulakukan?

"Kenapa kau ada disini?" suara itu membuatku langsung menoleh kearah sumbernya yang berdiri tepat di depanku dengan celemek putih. Anehnya, mulutku seolah-olah tertahan dan gagal mengikuti perintah otakku. Tubuhku seperti diambil alih oleh hatiku, dan itu membuatku terdiam membeku ketika melihat sosoknya yang berada tepat di depanku.

Perlahan-lahan, aku mencoba merogoh kantong di dalam jasku. Aku angkat buku tipis itu tepat di depannya, dan matanya langsung melebar ketika mendapati tanganku memegangnya. Ia langsung mencoba menyambar buku itu, namun aku berhasil mengelak dari tangannya dengan mudah.

"Berikan buku itu padaku." ujar Cindy dengan nada dingin. Ia memberikan sorotan mata yang mengerikan padaku ketika mengucapkan kalimat sederhana itu.

Aku berikannya kembali sebuah seringai licik sambil membisikan ucapanku pada telinganya, "Baiklah, asal kau janjikan aku satu hal."

Ia terus menatapiku tanpa mengucapkan apa-apa.

"Bertandinglah memasak denganku, jika aku menang, kau harus mengencaniku selama seminggu."

—End of Chapter Four : 요리사—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro