임신

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aku menyukaimu." bisik Seok-jin.

Cindy hanya bisa terdiam di tempat. Ia tidak memercayai telinganya sendiri. Disatu sisi, ia benar-benar menyukai Seok-jin, tapi disatu sisi ia tahu hubungan mereka pasti akan berakhir buruk. Kim Seok-jin adalah member Bangtan, yang bisa dibilang merupakan salah satu boy group paling influential sepanjang masa. Kedua member lainnya, Tae-hyung dan Jung-kook bisa berpacaran karena publik tahu pacar mereka juga bukan orang biasa. Yang satu merupakan PD sekaligus pemegang saham Lee Corp, satunya lagi merupakan CEO dari Lee Corp.

Cindy tahu bahwa ia tidak sekaya maupun sekuat dua wanita itu, maka ia yakin satu-satunya jalan untuk mengakhiri ini semua adalah untuk mundur.

"Maaf, aku tidak bisa. Aku tidak layak menjadi pacarmu." bisik Cindy dengan air mata yang menetes perlahan.

"Apa katamu?"

"Aku tidak sekaya Soo-jung, aku tidak sepintar Soo-yeon, aku hanyalah seorang koki, not more not less. Kau sebaiknya mencari seseorang yang layak menerimamu, maaf Seok-jin ssi."

Cindy perlahan-lahan melepaskan pegangan Seok-jin dan berjalan pergi meninggalkannya. Namun, ia merasa tangannya tiba-tiba ditarik dari belakang, membuatnya berjalan mundur, dan jatuh tepat dalam pelukan Seok-jin.

"Jika kau tidak ingin menjadi pacarku, setidaknya temani aku minum sebentar. Aku ingin cepat melupakan semua ini." ujar Seok-jin dengan wajah lemas.

Cindy berpikir sesaat, "Baiklah, aku juga rasanya ingin minum."

🌹🌹🌹

"Aish, pria ini kalau mabuk benar-benar menyusahkan." gerutu Cindy sambil membopong Seok-jin ke kamar apartemen pribadinya. Untungnya, para member Bangtan yang lainnya masih sibuk dengan jadwal mereka masing-masing. Sehingga tidak ada yang melihat Cindy membopong seorang pria yang mabuk berat hingga tidak bisa berjalan.

Perlahan-lahan Cindy menarik duvet dan langsung menjatuhkan tubuh Seok-jin disitu.

"Fiyuh," ujar Cindy sambil perlahan-lahan melepas sepatu Seok-jin dan mendorong kakinya masuk ke dalam duvet.

Ia memperhatikan Seok-jin tidak terlihat nyaman, tangannya terus menggaruk bagian lehernya.

'Apa mungkin aku harus melepaskan satu dua kancing agar ia bisa tidur dengan nyaman?' batin Cindy.

Akhirnya ia memutuskan untuk melepas tiga kancing pertama agar Seok-jin bisa tidur leluasa, dan dengan begitu ia juga bisa cepat kabur.

Ia baru saja di kancing ketiga, "Apa yang sedang kau lakukan?" ujar Seok-jin yang tiba-tiba bangun.

"Um, melepas kancingmu agar kau bisa tidur dengan leluasa." ujar Cindy, 'dan supaya aku bisa cepat kabur dari sini.'

Tiba-tiba, Seok-jin menarik Cindy hingga tubuh Cindy jatuh ke kasur, dan ia langsung menindihnya dari atas.

"A-Apa maumu?" tanya Cindy yang terkejutnya bukan main.

Seok-jin menarik kedua tangan Cindy dan menahannya tepat di samping kepala Cindy. Ia tersenyum sedikit dan seketika itu mencium Cindy.

"K-Kau jangan berpura-pura mabuk seperti ini!"

"Kalau memang mabuk terus kenapa?" gerutu Seok-jin.

Cindy berusaha menggeliat untuk kabur namun kini Seok-jin malah menjalar ciumannya ke leher Cindy.

"S-Seok jin ssi, aku bisa membuatkanmu teh hangat agar efek mabukmu hilang. Tapi, um lepaskan tanganku."

Perlahan-lahan Seok-jin melepaskan tangan Cindy dan jatuh tepat di samping Cindy. Ia mengeluarkan senyum kecil, sebelum akhirnya jatuh tertidur. Tanpa membuang sedetik pun, Cindy langsung berdiri dan lari kabur dari situ.

"Satu hal yang pasti, aku tidak akan pernah membopong pria mabuk seperti itu. I've had enough of those for a lifetime." gumam Cindy sambil berjalan secepat mungkin dan memanggil taksi menuju apartemennya.

🌹🌹🌹

Keesokan paginya, Cindy bangun dan langsung berlari secepat kilat menuju kamar mandi. Entah kenapa ia merasa begitu mual. Ia memuntahkan semua isi perutnya dan perlahan-lahan mencoba mengambil nafas.

'What is wrong with me?' batin Cindy sambil mencoba memencet tombol flush. Ia mencoba untuk berdiri dan langsung membersihkan mulutnya.

Kejadian ini terus berulang, hingga Cindy merasa bingung. Sebenarnya apa sih yang terjadi pada tubuhnya. Ia selalu merasa mual ketika mencium bau sengit, dan ia merasa dirinya lebih mudah lelah dari biasanya.

"Sebaiknya kau istirahat terlebih dahulu Cindy-ssi, kami bisa me-manage tokonya." ujar asistennya sambil membawakan Cindy segelas air hangat.

"Tidak apa-apa. I might as well finish this cake before—"

Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, Cindy jatuh tergeletak. Para koki muda yang disitu langsung panik dan memanggil ambulans. Mereka langsung mengantarkan Cindy ke rumah sakit. Sang dokter memutuskan untuk memasukan Cindy ke kamar rawat inap agar kondisinya bisa dipantau dengan optimal.

Setelah memastikan Cindy masuk ke kamar rawat inap, sang asisten langsung mengubungi Seok-jin. Selain Seok-jin, ia tidak yakin ia bisa menghubungi siapapun, karena ibu Cindy sendiri masih dalam tahap pemulihan, jika ia memberi tahunya mengenai kondisi Cindy, ia takut ibunya Cindy akan mengalami shock dan pemulihannya terhambat.

"Cindy-ssi jatuh pingsan!"

"Rumah sakit mana kalian?"

"Hae-sung byungwon [Rumah Sakit Haesung]" balas sang asisten.

"Arraseo, gomabda. [Aku mengerti, terima kasih] Aku akan datang menjenguknya nanti malam setelah aku mendarat di Incheon." ujar Seok-jin sebelum menutup telpon.

🌹🌹🌹

"Maaf, apakah kau keluarga dari pasien Kim Chae-young?" tanya sang dokter.

"Iya, aku suaminya."

"Baiklah, kami memiliki kabar bahagia, Kim Chae-young sudah hamil sekitar empat minggu."

Kang Dong-wook terkejutnya bukan main. "Apa? Empat minggu?"

"Iya, selamat tuan. Kau akan menjadi ayah."

"Oh, begitu, baiklah terima kasih dokter." ujar Kang Dong-wook sambil menjabat tangan sang dokter.

Setelah mendengar Cindy masuk rumah sakit dari mata-matanya, ia memutuskan untuk langsung datang ke rumah sakit. Namun, yang membuatnya terkejut bukan main adalah kabar bahwa Cindy hamil.

'Jika aku membiarkannya bahagia dengan Kim Seok-jin, aku benar-benar tidak rela. Haha,' batin Dong-wook sambil memencet nomor dokter kandungan kenalannya di rumah sakit tersebut.

"Iya? Ada apa Dong-wook?"

"Ini aku, hyung, aku ingin kau mengaborsi seseorang. Hubungan kita adalah suatu kesalahan dan mempunyai anak akan memperburuk keadaan."

"Eo, arraseo, [Baiklah, aku mengerti] kirimkan aku namanya dan nomor pendaftaran pasiennya. Aku akan melakukan operasinya malam ini juga."

"Eo, gombada [Baiklah, terima kasih] hyung." ujar Dong-wook sebelum mematikan telponnya.

Perlahan-lahan Dong-wook berjalan kembali menuju kamar Cindy. Ia mengelus-elus pipi wanita itu.

"Ingin bahagia dengan Seok-jin dan anak kalian? Tidak semudah itu." gumam Dong-wook disertai senyum licik.

— End of Chapter Eighteen : 임신 —

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro