피해

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kim Seok jin-ssi? Ireonayo! [Tuan Kim Seok Jin, bangunlah]" ujar Cindy tanpa henti sambil menggoyang-goyangkan tubuh Seokjin dengan harapan bisa membangunkannya. Namun, Seok-jin yang sudah terlanjur mabuk berat tidak memiliki kekuatan untuk setidaknya mengangkat tubuhnya setelah menghajar Kang Dong-wook habis-habisan.

"Yeogi 9-1-1 jyo? Jeo neun gwinjanghi cwi han hwanja ga isseoyo. . . geunde mom i jeong mal yakhaesseo, georodo mothaneun jeongdo. Jom doeum i butak deribnida . . . [Ini 911 kah? Sekarang aku bersama seorang pasien yang mabuk berat, tapi tubuhnya sangat lemah, ia bahkan tidak bisa berjalan. Aku butuh bantuan]"

Tidak lama kemudian, ambulan tiba dan Cindy segera ikut mengantarkan Seok-jin ke rumah sakit. Cindy tiba di rumah sakit dengan wajah lesu dan khawatir. Ia didatangi seorang wanita berpakaian jas putih. Sang dokter menjelaskan bahwa kondisi tubuh Seokjin yang dicampur pengaruh berat alkohol dan stress pekerjaanlah yang membuatnya pingsan.

"Apakah kau walinya?" tanya sang perawat sambil memasangkan alat bantu pernafasan pada Seok-jin.

"Um, bisa dibilang begitu."

"Dengan pengaruh obat bius yang cukup kuat, pasien ini akan tertidur untuk beberapa jam, mohon bantuannya untuk menjaganya di ruangnya karena sekarang rumah sakit sedang dalam jam padat. Apabila ada keadaan darurat, anda bisa menekan tombol ini dan kami akan segera tiba."

"Ah, ne, gamsahabnida wisaseonsaeng. [Terima kasih, dokter]"

"Geunde, neo neun, Masterchef Cindy Kim rang jom dalmattda [Tapi, kamu, wajahmu cukup mirip dengan Masterchef Cindy Kim]"

Cindy tersenyum kecil dan hanya mengangguk kepalanya sebagai tanda hormat ketika sang dokter meninggalkan ruangan itu.

Kini Cindy hanya bisa menatapi dengan pasrah dirinya mengawasi anggota Bangtan yang mabuk itu di ruang VIP rumah sakit. Mata Cindy perlahan-lahan mulai mengantuk, namun entah kenapa hatinya bersikeras untuk membuat dirinya tetap terbangun hingga Seok-jin siuman. Setelah beberapa jam berlalu, Cindy tidak lagi dapat bertahan. Ia jatuh tidur pulas di bagian samping kasur Seok-jin.

🌹🌹🌹

— Kim Seok-jin —

Aku merasakan punggungku berada diatas suatu permukaan halus. Bau yang mengitariku mengingatkan aku dengan bau alkohol. Lebih tepatnya alkohol rumah sakit. Ketika kedua mataku terbuka, aku melihat cahaya putih remang-remang dan sebuah infus tertancap pada tangan kananku.

Mengapa aku bisa ada di rumah sakit? merupakan hal pertama yang terlintas dalam pikiranku. Ketika aku menoleh ke samping, aku mendapati seorang gadis tertidur lelap dengan rambut yang menutupi seluruh wajahnya. Aku mencoba mengangkat tanganku untuk melihat wajah gadis itu. Cindy-ssi? Kenapa ia bisa ada disini?

Suara telfonnya mengejutkanku tiba-tiba. Aku langsung merampas telfonnya dari samping tubuhnya dan mengangkatnya tanpa berpikir dua kali.

"Halo? Chae-young a, ini aku Kang Dong-wook. Gara-gara perbuatanmu kemarin malam, aku harus membayar rugi kerusakan properti akibat brutalnya Seok-jin. Dasar wanita sialan!"

Berani-beraninya pria itu menelpon Cindy-ssi dan mengatakan hal seperti ini. Jelas-jelas pria biadab itulah yang tadi malam salah. Namun, caranya memanggil Cindy dengan nama Koreanya membuatku sedikit risih. Apakah kedua orang ini pernah berhubungan di masa lalu? Apapun itu, aku terus mendiami segala ucapan dan makian yang diucapkan Kang Dong-wook hingga pria itu kesal sendiri.

"Ya! Chae-young a, aku tahu kau tidak bisu! Jawablah ucapanku jika kau tidak mau kehilangan pekerjaanmu!"

". . ."

"Ya! Yi gijibae ya! [Ya, dasar wanita tidak tahu diri]" teriak Dong-wook dengan suara lebih keras. Baiklah, sepertinya ia tidak akan berhenti meneror Cindy apabila tidak ada jawaban.

"Kang Dong-wook. Kau punya waktu 24 jam untuk meminta maaf pada Cindy-ssi setelah telpon ini. Sekarang dia sedang tidur jadi jangan ganggu dia. Kalau kau masih macam-macam, siap-siaplah untuk menghadapi kebangkrutan perusahaanmu."

Tiga kalimat itu akhirnya membuat pria itu mematikan telfon seketika. Ia harus tahu bahwa ia telah membuat musuh yang salah. Aku bukanlah pria yang bermain-main dengan ucapanku.

"Kau sedang apa dengan ponselku?"

Oh tidak, ia ternyata sudah bangun.

"Um, Cindy-ssi, tadi ada telpon dari um. . . seseorang yang tidak perlu kau hiraukan lagi. . ."

"Kang Dong-wook? Mau apa orang itu?"

"Um. . . soal itu. . ."

"Apakah dia menelponku lagi?"

"Iya, sudah kujawab dan kuurus dengan baik. Mulai sekarang ia tidak akan menganggumu lagi." balasku dengan senyum manis. Yang kuharapkan setidaknya adalah sepatah kata 'terima kasih' namun sebaliknya, matanya malah menunjukkan ekspresi yang tidak kuduga.

"Kau menjawabnya seperti apa?"

"Bisa kubilang aku setengah memakinya, dan setengah mengancamnya—"

"Kim Seok-jin ssi, kau memang kuanggap sebagai teman yang baik, tetapi hanya sebatas teman. Aku harap kejadian ini tidak akan terulang lagi. Tolong jangan angkat telponku sembarangan."

Mengapa wajahnya menunjukkan ekspresi marah? Jelas-jelas aku hanya ingin menolongnya. Baik tadi malam, maupun hari ini. Kenapa wanita ini malah memarahiku?

"Aku tidak berniat buruk. Aku hanya ingin membantu—"

"Tidak usah ikut campur dengan urusanku. Aku tidak membutuhkan orang lain untuk peduli dengan hidupku."

Kalimat itu membuatku tercengang. Ada apa lagi dengan wanita ini? Ada suatu saat yang ia begitu manis dan baik, kenapa sekarang ia malah menjadi putri es yang memarahiku padahal niatku baik untuk membantunya?

"Aku akan pergi kerja dulu. Permisi—"

Seketika itu aku langsung menahan pergelangan tangannya untuk mencegah dirinya pergi dari ruanganku.

"Kau sendiri yang tadi malam ingin menolongku. Mengapa sekarang kau mengatakan agar aku tidak ikut campur dengan urusanmu? Jelas-jelas kau sendiri yang tadi malam sudah ikut campur dengan urusanku. Apakah aku menyuruhmu untuk menjemputku? Tidak, kan? Toh, kau sendiri yang datang dengan sukarela dan aku menolongmu dari sebuah kejadian yang bisa saja menodai hidupmu—"

"Jangan berpura-pura bahwa kau adalah orang yang baik! Aku tahu kau sama saja dengan pria-pria lain!"

Aku benar-benar tidak memahami wanita ini, dan sekarang ia membuatku ingin marah hingga meledak. Jelas-jelas aku yang menyelamatkannya dari pemerkosaan. Namun kini ia malah memarahiku dan menyamakanku dengan pria-pria lain.

🌹🌹🌹

Cindy langsung melepaskan pegangan Seok-jin dan berlari keluar dari kamar itu, meninggalkan seorang Seok-jin yang masih dalam keadaan kebingungan. Sebenarnya, Cindy sendiri tidak tega mengatakan hal-hal itu pada Seok-jin. Di dalam hatinya, Seok-jin adalah seseorang yang lebih dari sekedar teman. Namun, sebelum Seok-jin mengangkat telponnya dari Kang Dong-wook, ia sendiri sudah ditelpon oleh Kang Dong-wook secara pribadi. Pria biadab itu mengancam Cindy untuk menjauhi Seok-jin. Apabila hal itu tidak dilakukan Cindy, maka Dong-wook akan memastikan bakery Cindy bangkrut seketika. Peringatan itulah yang menakuti Cindy. Bakery itu merupakan satu-satunya penghasilan utama Cindy untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membiayai segala keperluan ibunya. Apalagi dengan pernikahan ibunya yang kini semakin mendekat, ia harus menyimpan uang sebanyak-banyaknya untuk biaya pernikahan ibunya.

"Insang eun manghaettda [Hidupku hancur]" gumam Cindy sambil melihati gedung-gedung yang terlintas dari kaca taksi. Mulai sekarang ia telah meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia harus menjauhi Kim Seok-jin, apapun situasi dan kondisi, untuk menyelamatkan ibunya, dan juga dirinya sendiri.

— End of Chapter Ten : 피해 —

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro