3. SELAMAT TINGGAL MOPD!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hasil revisi :) enjoy reading :)

3. SELAMAT TINGGAL MOPD!

"Akhirnya... hari kedua Mos serasa tidak ada beban!"

Jane merebahkan tubuhnya di atas kasur, meluapkan segala kelelahannya setelah pulang dari kegiatan MOPD di sekolah. Pikirannya tidak henti-hentinya membayangkan sosok kakak kelas yang membuatnya tersenyum sumringah menatap langit-langit kamar.

Namanya Rendi, Ketua Osis.

"Aaa!!! Kece banget tuh orang!!! Nggak nyesel gue kasih surat cinta sama dia.. Aaa... aku cinta sama Kakak... berharap boleh kan sama dia? Aaa...!!!"

Jane menelungkupkan wajahnya pada bantal. Ia mulai berteriak histeris seiring rasa sukanya pada Rendi meluap dengan sendirinya.

"Tapi, gue ngerasa bersalah banget sama Bang Rama." dia kembali mengingat saat perjalanan pulang bersama Rama. Ia lebih banyak mengacuhkan Rama. Karena selama perjalanan itu pula Rama bicara banyak hal tentang MOPD, membuat Jane bosan dan lebih memilih membayangkan wajah Rendi dibanding cerita Rama. Alhasil, Rama kembali merangkul Jane gemas saat mengetahui Jane melamun sepanjang perjalanan.

"Modus terus Bang Rama." ia merasakan getaran di saku rok, ponselnya menampilkan satu notif sms.

1 pesan baru (tidak dikenal)

Hai! Ini nomor gue, save ya!

Jane mengernyit heran, membalas sms entah dari siapa pengirimnya.

Sorry? Ini siapa?

Enam detik kemudian, ada balasan.

Rama, save ya! Pake embel-embel kece juga gak apa-apa. Rama Kece :-D

Jane terkejut bukan main, ia tidak tahu menahu siapa yang memberikan nomor ponselnya pada Rama.

Oh, ngapain sms? Btw Bang Rama tau nope aku dari siapa?

Rama membalas pesan tersebut cepat.

Secret! Eh, lo lagi ngapain?

"Kepo banget sih, jadi orang!" Jane kembali membalasnya dengan kesal.

Gue baru aja mau tidur, eh ada sms, kira gue itu penting, ternyata elo Bang.

Pesan kembali masuk.

Sorry, deh kalau gue ganggu waktu hibernasi lo, have a nice dream. J

Jane melengos panjang, "Kalau cuma nanya gitu doang mah, gak usah sms keleus.."

Jane menyimpan ponselnya ke nakas lemari di samping tempat tidur, "Siapa sih yang super tega ngasih nope gue ke Bang Rama?" ia mulai menebak-nebak menyampingkan tubuhnya berusaha mengingat-ngingat siapa saja yang mempunyai nomor ponselnya di sekolah.

"Dari Fio? Gak mungkin! Dia kan suka sama Bang Rama. Gak bakalan ngasih lah!"

"Dari Bimo? Nggak, dia gak bakalan ngasih. Gue percaya."

"Dari Adit? Kayaknya gak mungkin deh, gue kan belum pernah sms-san,"

"Dari Jeje, heh.. bisa jadi! Tapi gak mungkin juga, gue kan belum ngasih nomor Kak Rizki. Dia gak bakal ngasih,"

"Rey...? Impossible! Ngaco banget nyambung sama tuh anak! Eh, tapi bisa aja, sih.." akhirnya ia lebih memilih memejamkan matanya penuh kekesalan, memikirkan siapa yang telah memberikan nomor ponselnya pada Rama itulah pokok pikiran Jane sekarang, "Pusing gue!"

***

Jane bersorak ria saat menyadari bahwa hari ini adalah hari terakhir masa MOPD. Ia berencana berangkat sekolah bersama Jimi, karena Jimi mempunyai jadwal untuk persiapan demo eskul basket dan futsal.

Kebetulan Jimi merupakan ketua eskul basket di SMA Dharma Bangsa. Dengan semua bakat juga kesempurnaan yang Jimi miliki, ia kerap kali menjadi the most wanted di urutan pertama di setiap mading sekolah.

Padahal gak kece-kece amat umpat Jane dalam hati saat dilihatnya semua mata memandang terutama kaum hawa tertuju pada kakaknya yang tengah memboncengnya naik motor menuju sekolah.

"Kak, entah kenapa kalau gue berangkat sama lo, bawaanya gak betah terus!"

"Lah, kenapa?"

"Serasa bawa narapidana! Banyak yang liatin kita tahu! Risih tahu gak!" Jane menepuk pundak Jimi gemas.

"Yaelah, gitu aja ditanggepin. Bersyukurlah punya Kakak yang maha tamvan ini, itu tandanya gue manusia famous. Lo liat aja nanti di sekolah."

Jane mendelik sebal, mengingat kakaknya yang selalu sadar diri bahwa dirinya memang tampan dan menawan. Ia tidak perlu banyak mengejar anak perempuan, tapi malah sebaliknya. Banyak sekali perempuan-perempuan yang mengidam-idamkannya. Tetapi hatinya tetap untuk satu gadis di hatinya, Gina.

"Eh, aku mau nanya, tahu gak sama Kak Rendi? Ketua Osis yang kece badhay itu loh bang! Minta nopenya dong..."

"Ngapain lo nanyain si Kutukupret? Nggak penting banget!" jawabnya ketus.

Jane mencibir, "Biasa aja keleus.."

Jane melompat dari motor berjalan meninggalkan Jimi yang mulai dikerubungi para Osis yang mengidolakannya. Semua mata mulai tertuju pada kehadiran Jimi, si Cassanova sekolah. Jane mendelik sebal mengingat kakaknya selalu sadar diri bahwa dirinya memang sangat mempesona.

Tidak terasa ia merasakan rangkulan hangat di pundaknya, ia terkejut melihat siapa yang berani merangkulnya.

"Hei! Lo bareng sama Kakak lo? Eh, sorry ya kemaren sore gue sms lo. Gue gak tahu kalau lo mau tidur." Rama mulai membuka pembicaraan.

Jane terkekeh "Nggak apa-apa, nggak ganggu kok. Santai aja..."

"Tumben gak pake embel-embel Bang?" Rama mengernyit heran.

Jane tersenyum berusaha melepaskan rangkulan Rama yang mulai erat, "Pengen aja sih... eh, btw Kak Rama tahu nope gue dari mana? Jawab jujur!"

"Kasih tahu gak yah... gue duluan yah! Mau kumpul Osis dulu, lo langsung ke lapang aja. Kasih tau anak gugus dua, soalnya gue mau demo eskul, sama Abang lo. Bye!" Rama berlalu meninggalkan Jane sendiri berjalan ke arah lapang.

Tidak sengaja, matanya menangkap sosok Rey yang baru saja memarkirkan motor bersama Bimo.

"Lo jangan pegangan mulu ih! Geli sumpah!" Rey berusaha melepaskan pelukan Bimo di pinggang.

"Ih, lo mah gitu Rey, kan biar so sweet.." Bimo mulai melepas pelukannya, tatapannya terhenti pada Jane yang tengah melihat adegan demi adegan yang menjadi pusat perhatian semua siswa termasuk anggota Osis yang melihatnya. "Eh! Ada Jane!" Bimo menghampiri Jane dengan senyuman sumringah.

"Eh Bim, katanya kita langsung ke lapang, soalnya ada demo eskul langsung."

Jane mulai membuka pembicaraan, menggandeng tangan Bimo berjalan menuju lapang. Bimo membalasnya dengan tersenyum hangat.

"Jane! Aku laporin ke Kak Seto loh!" Rey berteriak tidak terima berlari ke arah mereka berdua, kini Jane berjalan di antara mereka berdua.

"Kak Seto? Emangnya Jane ngapain elo? Terus, emangnya muka lo masih di bawah umur?" Tanya Bimo heran.

Rey mendelik menatap Jane tak terima, "Jane, kamu itu udah nyakitin hati aku! Tangan lo jangan keenakan gitu dong!" Rey berusaha melepas tangan Bimo, namun Jane menatapnya tajam berusaha menghiraukan permintaan Rey. Bimo terkekeh melihat sikap Jane. "Ih! Padahal masih kece-an gue daripada Bimo, lo mah gitu Jane, jahat!"

"Yuk, Mo!" Jane menarik lengan Bimo kembali untuk segera meninggalkan Rey. Rey merasa gemas sendiri, ia berlari mengikuti mereka sampai lapang.

***

"Aaa...!!! KAK RENDI...!!!"

Selama demo eskul Pecinta Alam, Jane, Fiona, Zenita juga semua siswa yang melihat demo tersebut saling berteriak histeris saat melihat Rendi, Rizki, juga anggota eskul Pecinta Alam yang membawa hewan-hewan liar. Seperti ular, tupai, dan musang. Sebagian dari mereka merasa takut juga penasaran melihat aksi-aksi mereka saat seekor ular yang dikeluarkan dari sebuah kotak besar. Dengan mudahnya Rendi keluarkan tanpa merasa takut jika terkena bisa ular tersebut.

"Biasa aja kali liatnya, lo naksir?" Fiona menyikut lengan Jane.

"Baru kali ini gue liat cogan kece kayak dia. Udah baik, tegas, ketua Osis lagi! Ck! Suami masa depan gue..." Jane menatap kagum Rendi, sesekali ia berteriak kaget saat Rendi mulai mengalungkan ular tersebut di lehernya.

"Eh, lo udah minta nopenya Kak Rizki belum?"

Jane menoleh kearah Zenita, menatapnya penuh penyesalan "Belum, nanti lah gue minta."

"REY!!!! LO JANGAN COBA-COBA PEGANG! BAHAYA NANTI!"

Semua mata menyudutkan Rey yang baru saja mendapat peringatan keras dari Rendi, ia kini mulai memainkan ular tersebut di lengannya, "Terus?" Rey tidak peduli, "Gue udah biasa kali, di rumah juga banyak."

"Belagunya si Rey! Dasar Troublemaker!" Jane merasa kesal sendiri melihat sikap Rey yang selalu mengganggu setiap acara demo eskul tampil.

Setelah acara demo eskul Pecinta Alam selesai, akhirnya acara demo eskul basket.

Jimi berjalan dengan beberapa anggota eskul basket lainnya, salah satunya Rama. Sorakan mulai menggema saat mereka muncul dari arah timur lapang dengan gaya berjalan mereka yang terlihat santai, namun mempesona. Membuat semua mata memandang kearah mereka, khususnya anak perempuan.

"Aaaa...!!! KAK JIMI...!!!"

"WOY! Si Jimi tuh! Gilak! Songong banget tuh anak!"

"SI ANJING TEBAR PESONA!!!"

Jane nampak terkejut saat dilihatnya Rama berada di antara gerombolan anak basket. "Pantesan aja Bang Rama deket banget sama Abang gue. Nyatanya... satu eskul!"

"Itu Abang lo keren banget!" Fiona mulai berteriak histeris saat melihat Jimi tersenyum pada penonton.

"Abang? Itu Kakak lo Jane? Gak nyangka banget! Kece gilakk!!!" Zenita ikut berkomentar.

"Iya, itu Abang gue. Jadi jangan ember ya!"

Di sela-sela demo, dengan santainya Rey dan Bimo mulai menghampiri Jimi dengan senyuman khas mereka. Tanpa merasa malu-mungkin terlalu percaya diri-mereka menantang Jimi tanding basket. Sorakan mulai menggema saat Rey-si ganteng tapi gendeng-mulai mencari perhitungan pada Jimi-si Cassanova sekolah-bersama anak basket lain.

"Bang! Kita bakal ikutan eskul basket kalau kita menang, dia juga!" tunjuk Rey pada Bimo.

Yang ditunjuk hanya menjawab dengan anggukan pasti. "Oke kalau gitu, sambil demo, kita adakan pertandingan basket dadakan, siap-siap aja." Jimi menunjuk salah satu Osis untuk menjadi wasit dadakan, akhirnya pertandingan pun dimulai.

Semua siswa saling memberi support. Ada yang mendukung Jimi, ada juga yang mendukung Rey. Keduanya saling beradu taktik sampai akhirnya Bimo memberi bola basket tersebut pada Rey dan tembak! Masuk ke dalam ring dengan sempurna.

"Sorry Bang, cuma testing!" Rey tersenyum sengit saat Jimi mengacungkan jempol padanya.

Kor kemenangan mulai mengisi kehebohan para siswi yang melihatnya saat Rey mencetak angka dengan sempurna. Rey bertos ria dengan Bimo. Pertandingan terus berlanjut, hingga Jimi mengalami kekalahan telak dengan skor 18-25 melawan Rey yang hanya berdua dengan Bimo. Sungguh sulit dipercaya. Mereka melewati gerombolan anak gugus dua yang langsung mendapat sorakan juga teriakan menggelegar dari para pendukungnya.

Jane terbelalak saat Rey mulai membentuk hati dengan jemarinya lalu meniupkannya padanya. Penonton berteriak histeris melihat aksi Rey hingga Bimo menggeleng melihatnya.

"Anjir, Rey! Dangdut abis!" celetuk Adit keras saat ia melihat adegan tersebut.

"Gila... Jane mungkin Abang lo sengaja deh buat mereka menang, gak mungkin..." Zenita menggeleng tak percaya.

Jane mendelik "Impossible, abang gue emang sengaja kali. Dia kan pengen banget gaet anak-anak kece masuk eskulnya. Bimo pengecualian."

"Cie... yang inget sama masa lalu." Celetuk Fiona tidak sadar.

"Udah lah Fi, jangan dibahas." Jane memutar bola matanya tidak suka. Fiona membalasnya dengan senyum penuh arti.

"Iya deh, gue minta maaf. Nanti ada yang bogem-bogeman lagi di lapang upacara,"

"FIONA, BERISIK!" Jane menatap tajam Fiona, dan Fiona terkekeh melihatnya.

Setelah mengalami kekalahan, bukan karena disengaja, melainkan memang Rey dan Bimo sangat ahli dalam dunia basket. Mereka berjalan kembali menuju gerombolan gugus dua, mendapat tatapan tajam dari Yunia juga Nisa.

"Kalian itu emang ngeyel banget kalau gue peringatin jangan maju ke depan ya jangan! Dasar troublemaker!"

"Aws! Sakit kak Yunia cantik, aku kan pengen buktiin ke kalian para kakak kelasku yang cantik ini buat liat gue tanding bas-aw... iya-iya! Gue minta maaf!!!" Rey dan Bimo mendapat jeweran keras dari Yunia, sedangkan Nisa mulai mencari siapa yang pantas dijadikannya sebagai ikon dari gugus dua.

"Nah! Sekarang adalah hari terakhir kalian MOPD, jadi kalian harus mengirimkan satu perwakilan dari gugus kalian untuk menyanyikan yel-yel dari gugus kalian masing-masing! Pemenangnya akan mendaptakan hadiah...!!!"

"Adek-adek, kira-kira siapa yang mau jadi perwakilan gugus dua yang mau nyanyiin yel-yel? Dapat hadiah loh!" Nisa mulai menyapu pandangannya ke arah adik-adik gugusnya.

Jane terlihat tidak peduli, sama seperti yang lain.

"Kak Nisa yang anggun dan baik hati terus cantiknya membahana, aku aja! Aws! Jangan pegang-pegang mulu napa!" Rey mulai menawarkan diri, namun jeweran Yunia membuatnya kesal sendiri.

"Diem gendeng! Biang kerok kayak lo mah, pasti bakal bikin rusuh!"

"Biarin lah Yun, dia aja. Lagian gak bakalan ada yang mau." Nisa mulai menengahi kekesalan Yunia, sedangkan Rey menatap Yunia sebal, mau pun sebaliknya.

"Oke! Asal lo bisa dapetin tuh hadiah!" Yunia melepas jeweran di telinga Rey. Seperti cacing kepanasan, Rey bersorak ria berlari dengan jubah biru-nya-ikon warna gugus dua berwarna biru-menuju lapangan penuh percaya diri.

Selama pertunjukan yel-yel berlangsung, Rey diarak oleh Adit juga Bimo membuat mereka menjadi pusat perhatian semua siswa di lapang. Dengan suaranya yang khas, terkesan pas-pasan, Rey menyanyikan lagu yel-yel gugus dua dengan goyangan ala bapak-bapak hajatan, suaranya yang membahana mulai mengundang sorakan dari seluruh siswa di penjuru lapangan.

Setelah acara tersebut selesai, semua penonton bersorak ria menyambut kedatangan Rey menuju gerombolan gugus dua. Rey saling bertos ria dengan Yunia, Nisa, dan teman-teman segugusnya. Mereka tidak memedulikan hadiah juga kemenangan, namun kebersamaan yang menghidupkan kekompakkan mereka.

Jane ikut bersorak ria setelah ia menyadari bahwa besok lusa ia telah menjadi siswa resmi di SMA Dharma Bangsa.

"Good bye MOPD!!!! Welcome to class X, i'm coming!"

Vote+Coment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro