Day 15 - First Crush (?)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku baru saja keluar kamar saat mengetahui Kak Nara berkunjung. Anak-anak langsung antusias menyambut dan bertanya Bang Fatih di mana? Aku tersenyum geli mendengar pertanyaan mereka. Bagi kebanyakan anak-anak di Andalusia, Bang Fatih tetaplah abang favorit mereka. Nomor satu malah.

Kak Nara memberitahu kalau Bang Fatih harus lembur hari ini. Itulah kenapa hanya Kak Nara yang datang sore ini. Trio R dan anak-anak lainnya kembali sibuk bermain di halaman depan. Sedangkan Xandria dan Medina menempeli Kak Nara di sofa ruang keluarga.

"Kak Nara, Kak Nara! Kak Dria mau curhat!" celetuk Medina dengan nada usil yang disambut lemparan bantal oleh Xandria.

"Apaan sih."

"Ayo, Dria mau curhat apa," goda Kak Nara lagi.

Mendengar kata curhat haluanku yang tadinya ingin ke dapur tiba-tiba berubah ke arah sofa.

"Pada mau curhat apa nih?" tanyaku tak kalah usil sambil menaikkan alis. Xandria merengut sebal melihat kedatanganku.

"Ih, Kak Via nggak diundang ih!" sahut Xandria sewot yang kubalas dengan gendikkan bahu tak acuh.

"Jadi kan Kak ..." dengan wajah memerah Xandria mulai bercerita. Aku sebenarnya sudah hampir hafal ceritanya yang satu ini. Tentang seorang teman sekelasnya yang pendiam dan juara kelas. Jarang sekali mengajak anak lain berbincang lama, namun Xandria entah bagaimana bisa berdiskusi panjang lebar dengannya di ruang diskusi perpustakaan.

Cara bercerita Xandria yang amat ekspresif selalu membuatku gemas. Meski umurnya sudah 14 tahun, tak ada yang berubah dari raut muka dan nada bicaranya yang ekspresif sedari dulu.

"Nggak ada yang ngelarang buat jatuh cinta kok, Dri. Apa kalau misalnya kalian saling suka terus harus pacaran? Nggak juga, nggak ada aturan baku begitu. Jatuh cinta itu wajar, cuma saat ini kamu harus tahu prioritas," jawaban bijak Kak Nara membuatku tersenyum puas.

Lalu gantian Medina bercerita tentang seseorang yang menarik perhatiannya akhir-akhir ini. Aku tersenyum geli mendengar curhatan para abege kemudaan ini.

"Kalo Via? Punya first crush nggak?" Pertanyaan Kak Nara yang begitu tiba-tiba membuatku membatu. Seraut wajah hadir di pikiranku. Senyum dengan binar tulus di matanya, rasa aman yang kudapat hanya dari mendengar suaranya, kehadirannya yang begitu dinanti semua orang-

Aku menggeleng tegas. "Yah, kalo cuma naksir banyak, Kak. Cimon -Cinta Monyet-  apalagi. Tapi kalo first crush? Kayaknya belum ada yang pantes menyandang gelar itu," jawabku dengan nada-yang herannya- amat mantap.

Kak Nara tertawa mendengar celetukanku yang disambut sorakan dari Xandria dan Medina. Aku menunduk berusaha tampak seperti menahan tawa. Padahal di sudut hatiku, aku tahu. Apa yang kuujarkan barusan tak lebih dari sebuah kebohongan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro