3. Berkutut Bicara

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah kejadian itu esok harinya Tito, Badri dan Ati jadi akrab, Ati waktu itu sempat mengikuti Tito dan Badri mengiring Rockiy kepos satpam, namun mereka berdua malah ditempeleng gara-gara macam-macam sama Rockiy. Itu sih gara-gara mereka juga, "pak satpam, ini anak genderowo cabul kami bawa kesini, dasar anak genderowo! Bapaknya pasti celeng ngepet!" Maki Tito dan Badri.

"Sembarangan mulut kalian itu!" bentak pak satpam, "mahasiswa ormas gembel!" Plak! Plak! Kena tempelanglah mereka.

Sesudah kejadian itu Tito, Badri dan Ati duduk bertiga, Tito dan Badri duduk berseblahan sementaa Ati duduk sedikit jauh, Badri melihat kearah kakak kelas mereka bernama Yanto, "lihat tuh, mahasiswa songong totok! Masa kekampus pakai baju Barcelona, aku ini Bayern Munchen, tersingung aku!" Kata Badri.

"Emang kenapa?" Tanya Ati.

"Kalau si Barca itu jadi imam pas zuhur nanti, tidak sudi aku sholat imaman sama dia."

Tito cuma tertawa sambil berkata, "alah! kalaukau Madrid barulahkau boleh tersingung."

"Eh, apa kalian ikut kelas sain tarapan?" Tanya Ati. Mereka pun menganguk, "sudah dikerjakan tugas esai sainya."

"Belum," jawab Badri, "aku ambil judul Gravitasi Kota Samarkhan, risetnya cukup sulit."

"Jangan yang sulit-sulit To, gravitasi di Samarkhan susah itu risetnya, aku sih judulnya Pengaruh Acid Karbonad Pada Roti aja," balas Badri.

"Acid Karbonad, itukan soda kue, emang roti pakai soda kue?" Tanya Tito.

"Tak tahu juga sih."

"Aku sih sudah selesai, esaiku pengaruh Al-jabar Dan Kalkulus Dalam Ilmu Sain," kata Ati. Mendengar itu Badri dan Tito cuma saling pandang.

Tiba-tiba muncul Devi, Devi mahasiswa yang dicalonkan menjadi peresiden kampus, Devi sangat antusias dan bersemangat, Devi membagikan brosur dirinya pada para mahasiswa.

Saat ini ada dua kandidat calon peresiden kampus, Yanto dari Partai Nasional Libral dan Devi dari Partai Demokratik Pekerja, lalu ada Basir dari Partai Liga Islam, namun karena Basir masuk rumah sakit karena penyakit tipus, Basir mengundurlan diri. Partai Liga Islam belum menujuk penganti Basir sebagai calon peresiden.

Hari orasi akhirnya tiba, para mahasiswa dikumpulkan di lapangan kampus, Yanto dari Partai Nasional Libral mulai berorasi, "bila kita ingin maju kedepan, kita harus melakukan perubahan, kebebasan dan HAM, adalah agenda penting dalam kemajuan manusia, jangan biarkan rasisme dan kelemahan pola berpikir merusak daya kreatifitas kita, ingat, kita ini adalah kita yang bisa, mereka yang tidak bisa karena kekolotan mereka akan tertingal, YES WE CAN!" Para mahasiswapun betepuk tangan seperti menepuk nyamuk-nyamuk di udara.

Lalu Devi dari partai Demokratik Pekerja mulai berorasi, namun dengan singkat, "Amerika kita setrika! Inggris kita lingis! Indonesia! Banzai!" Para mahasiswa langsung menyahutinya dengan gaya selebrasi ala gelombang suporter bola.

"Berazil! Banzai!" Teriak salah seorang mahasiswa yang mengenakan jaket tim bola nasional Berazil.

Lalu ada juga yang berteriak, " Dai Nippon! Banzai!"

"Bajai!" Kata para mahasiswa yang iseng.

Lalu muncul mahasiswa bernama Agus dari partai Liga Islam, jadi si Agus mengantikan Basir, Agus adalah mahasiswa teladan, saat ulangan tidak mau dicontek dan tidak mau mencontek, si Agus mulai berorasi, "saya harap, karpet di mushola dan mukena yang sudah usang dan sobek itu diganti."

Para mahasiswa mulai saling pandang, lalu ada teriakan entah dari mana, "satpam kita seharusnya diganti!"

"Agus! Banzai!" Kata para mahasiswa bersorak.

Para dosen yang menghadiri acara itu cuma bisa mengenyitkan dahi. Sorang satpam yang mulai tadi mengintip diposnya berkata, "mahasiswa badui bangsat!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro