Part 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dara menatap pemandangan di depannya dengan tatapan datar. Gadis itu beralih menatap kue bolu di tangannya dengan miris.

Saat ia mendongak, tatapannya bertemu dengan mata tajam milik kekasihnya yang saat ini tengah berdiri tegap berdampingan dengan gadis yang sangat cantik.

Dara meletakkan bolu itu di meja. Kemudian, ia melangkah mendekat ke arah kekasihnya, tangannya terulur. "Selamat ulang tahun, Cakra," ucapnya.

Cakra, cowok itu menatap uluran tangan Dara. Membalasnya, kemudian tersenyum lebar, "Makasih, Dara. Gue kira lo gak akan datang."

Dara melirik ke arah gadis di samping Cakra. Gadis itu terlihat tak suka dengan kehadiran Dara yang tiba-tiba.

Dara memilih tersenyum membalas ucapan Cakra. Gadis itu melepas uluran tangannya.

Penampilan Dara benar-benar sangat mencolok di sini. Di saat semua orang berpakaian formal, Dara justru nampak cuek dengan jaket levis dan juga celana jeans hitamnya.

Tangan Cakra terulur meraih tangan Dara dan mengajak gadis itu untuk berdiri di depan kue bolu yang sangat besar.

"Baik, acara selanjutnya adalah potong kue," ujar pembawa acara.

Nanyian potong kue terdengar bersamaan dengan tepuk tangan. Cakra tersenyum, Cowok itu memotong kue dan memindahkannya pada piring kecil.

"Potongan pertama buat siapa, nih?" goda Pembawa acara itu.

Dara melipat kedua tangannya di depan dada.

Cakra tersenyum ke arah Dara. Kemudian, ia beralih menatap tamu undangan yang hadir. "Seharusnya ini buat Papa, tapi berhubung Papa gak hadir, potongan pertama ini spesial buat orang yang sangat spesial juga," ucap Cakra.

Tepuk tangan meriah dan juga godaan terdengar. Cakra tersenyum mendengarnya.

"Sonya."

Bersamaan dengan ucapan Cakra, seluruh tamu tercengang. Mendadak suasana menjadi hening ketika Cakra memberikan potongan kue itu pada Sonya.

Dara tersenyum miris. Ia sudah tahu ini akan terjadi. Namun, gadis itu nampak santai dan acuh tak acuh melihatnya.

"Nya, buat kamu."

Gadis bernama Sonya itu tersenyum kala mendapat suapan dari Cakra. Seluruh tamu tentunya menatap Iba ke arah Dara yang membuang arah pandangnya.

"Yeay! Sekarang potongan kedua!" ujar Pembawa Acara memecahkan keheningan.

Cakra memilih memotong lagi. Cowok itu menyodorkan satu sendok berisi kue pada Dara.

Dara menatap Cakra sebentar. Gadis itu memilih menerimanya.

Tepuk tangan kembali meriah.

Cakra tersenyum lagi, ia merasa senang dengan kehadiran kekasihnya itu. Sungguh.

Tangan Cakra terulur mengusap puncak kepala Dara, "Makasih udah datang," bisik Cakra.

Sonya yang melihat itu memutar bola matanya malas

Acara berlangsung dengan lancar. Beberapa jam kemudian, acara selesai. Semua tamu undangan juga sudah pulang.

Terkecuali Dara, Sonya, dan teman-teman Cakra.

Saat ini, Dara sudah berdiri di depan mobilnya ditemani Cakra. Cowok dengan jas hitam yang melekat di tubuhnya itu tak henti-hentinya tersenyum.

"Lo tahu, Dar? Lo cantik banget."

"Modus." Dara membuka pintu mobil bagian belakang. Gadis itu membawa sebuah gitar, kemudian memberikannya pada Cakra.

Cakra terdiam, menatap Dara dan juga gitar itu secara bergantian. "Ini … apa?"

"Hadiah buat pacar gue yang lagi ulang tahun."

"Dar—" Cakra menelan salivanya susah payah.

Cowok itu menghela napasnya pelan, "Gue minta maaf. Sonya udah kasih gue hadiah itu. Gak mungkin kan gue pake dua?"

Dara menatap Cakra kaget. Gadis itu mengangguk, "Iya gak mungkin ya, Cak."

"Dar—"

"Gak mungkin banget lo nerima hadiah dari gue."

Cakra merasa tak enak hati. Saat cowok itu akan meraih gitar dari Dara, Dara menahannya. "Gak jadi, deh. Harusnya gue gak usah susah-susah mikirin hadiah apa yang cocok buat lo. Harusnya gue belajar dari tahun lalu, lo gak akan pernah mau nerima apapun dari gue."

Dara memasukan gitar itu kembali ke dalam jok mobilnya. Setelah itu, Dara tersenyum manis ke arah Cakra. "Gue balik, sekali lagi selamat ulang tahun."

Dara masuk ke dalam mobil kemudian, suara mesin mobil terdengar.

Suara klakson berbunyi, akhirnya mobil milik Dara melaju meninggalkan jalanan komplek rumah Cakra.

Di dalam mobilnya, Dara menatap jalanan dengan tatapan kosong. Air matanya menetes, dadanya sesak.

Selalu saja begitu. Hubungan Cakra dan juga Dara sudah berjalan sejak dua tahun lalu. Mungkin, sudah mau ke tiga?

Dan selama itu juga, Cakra tak pernah menerima hadiah dari Dara. Yang jelas, hadiah yang Dara berikan selalu sama dengan apa yang Sonya beri pada Cakra.

Dara menepikan mobilnya. Gadis itu memukul stir, berusaha menyalurkan rasa sesak di dadanya dengan cara itu.

Tring!

Cakra : Dar? Udah sampai rumah?
Cakra : Dar, lo marah?

Dara mematikan ponselnya. Sampai tiba-tiba, suara ketukan tidak santai terdengar.

Dara mendongak, gadis itu mengusap air matanya dan menatap kaget ke arah sisi dan juga depan mobilnya yang dikepung.

Begal! Dara terjebak oleh begal.

"Gue gak yakin bisa lawan mereka," gumam Dara.

Brak! Brak! Brak!

"Buka!"

"Santai!" Dara membalas teriakan orang itu.

Dara mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Yang terpenting sekarang, ia harus tenang.

Gadis itu membuka pintu mobilnya. Kemudian, ia menatap tajam ke arah lima orang berbaju hitam di depannya.

"Mau apa kalian?!" tanya Dara.

"Serahin mobil lo."

"Enggak!"

"Macem-macem, lo!"

Dara dengan cepat menghindar kala salah satu di antara mereka menyerang. Jujur ia takut, ini kali pertama ia menghadapi lima orang sekaligus.

Apalagi, mereka tidak hanya tangan kosong. Masing-Masing membawa balok kayu.

Dara berusaha melawan. Sesekali, ia membalas dengan pukulan dan juga tendangan.

Namun, sepertinya Dara tidak beruntung. Satu pukulan mendarat tepat di punggungnya.

Gadis itu terjatuh.

"Rasain!" Dara menutup wajahnya kala satu balok akan memukulnya.

Namun, tak ada rasa sakit lagi yang Dara rasakan. Gadis itu membuka matanya. Ia menatap kaget ke arah satu orang laki-laki yang tengah menghajar para begal itu habis-habisan.

"Cakra," gumam Dara.

"Woi! Masuk ke dalem mobil!" teriak orang itu pada Dara.

Dara buru-buru masuk. Gadis itu menyalakan mesin mobilnya dan menyalakan klakson dengan tidak santai.

Tin! Tin! Tin!

Cowok yang Dara duga Cakra itu masuk. Kemudian, Dara melajukan mobilnya dengan sangat cepat.

"Lo gila?! Kenapa bisa lo berhenti di situ?!" ujar laki-laki itu, agak cadel?

Dara sontak mengerem. Laki-laki itu memekik saat kepalanya terbentur. "Woi! Lo gila?!"

"Gue gak gila!" Dara melotot menatap laki-laki itu.

Sumpah, wajahnya mirip dengan Cakra. Tapi tidak terlalu mirip. Jika dilihat sekilas, mungkin seperti kembar.

"Lo bukan Cakra," kata Dara.

"Emang gue bukan Cakra! Yakali gue disamain sama dia," ujar Cowok itu songong.

Dara mengerutkan alisnya. "Lo siapa?"

"Manusia!"

"Gue tahu, nama lo siapa?!" tanya Dara kesal.

"Langit."

"Langit Candra Alvarizki," sambungnya.

Candra Alvarizki? Itu kepanjangan nama Cakra! Apa cowok ini kembarannya.

Dara menggeleng kuat, "Langit Candkha Alvakhiski." Dara mendumel seraya meledek cowok di sampingnya itu.

Cowok cadel yang memiliki wajah seperti kekasihnya. Menyebalkan, nyolot pula.

"Wah, kurang ajar!" ujar Langit tak suka.

"Kukhang ajakh." Dara kembali meledek cowok itu.

Langit mendengkus kesal. Cowok itu menatap jalanan yang nampak sepi. "Lo pacarnya Cakra, kan?"

"Pajangan!" jawab Dara. Gadis itu menghela napasnya pelan.

Memang, kadang ia merasa dirinya hanyalah pajangan bagi Cakra.

"Gue adiknya. Beda satu tahun, sih," ujar Langit memperkenalkan diri.

"Gue gak nanya. Makasih." Dara tersenyum.

Dara berdehem pelan. "Lo suka musik juga, gak?" tanya Dara.

"Suka."

"Bisa main gitar? Gitar di belakang buat lo aja, deh. Sebagai ucapan terimakasih karna udah nolong gue dari begal."

Langit mengangguk, "Akhirnya gue dapet gitar dari cewek. Makasih!" Langit memekik senang.

Dara tahu Cakra memiliki seorang adik. Tapi dia tidak tahu rupanya seperti apa. Karna, yang Dara tahu, adiknya Cakra tinggal di Amsterdam bersama Papanya.

"Sayang banget Cakra sia-siain lo. Padahal nih, ya, kalau gue sih lebih suka sama cewek yang jago berantem kayak lo. Kalau Cakra minta putus, lo sama gue aja ya, lumayan bisa gue jadiin bodyguard."

Dara memicingkan matanya, "Cakra gak pernah nyia-nyiain gue."

"Tapi tadi, dia lebih milih kasih potongan pertamanya ke Sonya."

"Itu artinya, Sonya lebih spesial daripada lo."

TBC

Gimana? Suka gak? Semoga suka ya!

^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro