❆ three - hope

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

(Y/n) menatap dirinya di cermin untuk memastikan penampilannya sendiri. Setelah yakin dengan penampilannya, ia segera siap siap dan berangkat ke pohon natal yang berada di pusat kota menggunakan taxi.

Dan benar saja, Amatsuki sudah menunggunya disana. Terlihat wajah pria itu tersenyum ketika melihat kekasihnya datang.

"Jadi, kita mau jalan kemana dulu?" Tanpa basa-basi Amatsuki menggandeng tangan gadis itu dan membuat kedua netranya membulat serta pipinya bersemu merah.

"T-terserah."

Amatsuki kembali tersenyum. "Kalau begitu ayo kita menikmati cokelat hangat saja."

Gadis itu meangguk setuju kemudian membiarkan Amatsuki memimpin jalannya. Kencan ini benar-benar terasa canggung, bukan karena cuaca yang dingin tentunya namun karena fakta bahwa ini adalah kencan terakhir kedua insan itu.

Mereka sampai di sebuah kafe yang lokasinya tidak terlalu jauh dari pohon natalnya, (Y/n) memilih tempat duduk sedangkan Amatsuki memesankan cokelat hangat kepada mereka barulah ia duduk.

"Nee, (Y/n)-chan, kamu jadi pemdiam sekali," kata Amatsuki menggodanya, mencoba untuk memulai pembicaraan.

(Y/n) menenggelamkan dirinya di syal yang ia pakai, menahan matanya yang berkaca-kaca dan menggeleng pelan kepada Amatsuki. "Kenapa kau melakukan ini Amachan?"

Pesanan mereka datang, Amatsuki menyeruput cokelatnya yang masih dalam keadaan hangat.

"Apa yang maksudmu (Y/n)-chan?" Amatsuki bertanya. Dasar memang tidak peka.

Gadis itu menggeleng kemudian menyeruput cokelatnya, ia tidak ingin merusak momen yang sudah sangat canggung ini. Ia juga tidak ingin membuat keributan di kafe itu jadi (Y/n) memutuskan untuk memendamnya saja.

"Apakah ayahmu tidak akan marah jika kamu melarikan diri seperti ini?" tanya (Y/n) memulai pembicaraan.

Amatsuki tertawa renyah. "Papamu sendiri bagaimana? Apakah beliau tidak marah?"

(Y/n) benar-benar melupakan hal itu namun untungnya, Papanya sedang sibuk disaat begini. Tidak sempat untuk mengunjunginya. Begitulah yang dipikirkan (Y/n) sebelum sebuah pesan masuk di ponselnya.

Dari : Papa
Untuk : (Y/n)

Kamu dimana, nak? Papa mau berkunjung kerumahmu tapi sepertinya kamu boleh saja memilih restoran ataupun kafe yang cocok.

Sial benar benar sial.

Gadis itu cepat-cepat menghabiskan cokelat hangatnya yang sudah mendingin kemudian mengajak Amatsuki untuk pergi dari sana.

"Amachan, ayo kita pergi ke taman sekarang."

"E-eh? Kamu mau ketaman? Baiklah," Amatsuki menuruti saja kemauan gadisnya itu, dihabiskannya cokelat hangatnya kemudian Amatsuki meletakkan uang tip di nampan.

*

Gadis itu menikmati bermain salju dengan Amatsuki, rasanya ingin ia menghentikan waktu agar rasa menyenangkan ini bertahan selamanya. Ia tidak ingin kehilangan Amatsuki.

Karena kelahan Amatsuki beristirahat di bangku taman, disusul dengan (Y/n) yang duduk disebelahnya.

Suasa taman sepi, gadis itu memutuskan untuk mencurahkan semua perasaannya sekarang. "Apa alasanmu melakukan ini Amachan?"

Amatsuki terdiam bingung. "Aku ingin menghabiskan sisa waktuku disini bersamamu tentunya!"

"Kalau begitu kenapa kau tetap akan berangkat ke Amerika?!" Gadis itu menggepalkan tangannya.

Sang pria menghela napasnya menciptakan uap putih. "(Y/n)-chan. Aku ingin selamanya melarikan diri seperti ini namun tentunya cepat atau lambat ayahku akan menemukanku."

Tangan sang pria bergerak untuk mengelus kepala sang gadis. (Y/n) memeluk Amatsuki dengan erat walaupun itu tidak mencegah kalau Amatsuki nanti pergi.

"Karena itu ..." Amatsuki menggantungkan ucapannya kemudian membawa (Y/n) ke depan air mancur yang ada ditaman, pria itu berlutut dan nampak mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya, "... maukah kamu menjadi tunanganku (Y/n)-chan?"

Gadis itu tidak bisa berkata-kata, beberapa emosi bercampur aduk dalam dirinya namun tetap saja lakuna di hatinya tidak bisa ditambal dengan lamaran Amatsuki. Ia tidak terima walaupun ia adalah tunangannya tetap saja ia tidak akan bisa bersama Amatsuki.

Bukannya menjawab pertanyaan Amatsuki, gadis itu berlari menjauh dari Amatsuki sambil menangis menyesali keegoisannya.

Di bawah pohon di puncak bukit, ia merenung. Mendekatkan dirinya dengan lututnya. Amatsuki pasti kecewa dengan dirinya sekarang.

"Kamu bodoh (Y/n)!" Ia bermonolog mengomeli dirinya sendiri, dilemparnya yang ada di dekatnya kesebuah tungku pohon yang ada disana. Batu itu masuk ke dalam tengah tungku dan berbunyi tanda mengenai sesuatu yang terbuat dari besi.

"Hah?"

Janggal dengan bunyi yang dihasilkan, gadis itu menyelidiki tungku itu. Sedikit warna merah yang usang terlihat, gadis itu menggali salju yang ada di dalam tungku pohon sampai akhirnya ia mendapatkan sebuah kotak perkakas berkarat dengan warna merah usang.

Karena gemboknya sudah berkarat, (Y/n) hanya sisa memukulnya dengan batu besar sehingga ia berhasil membuat gembok itu hancur. Penasaran dengan apa isinya, (Y/n) langsung membukanya.

Kedua netra gadis itu membulat. "Astaga!"

Sesuai dugaannya itu adalah kapsul waktu namun yang membuatnya terkejut adalah foto siapa pembuat kapsul waktu itu.

Itu adalah Papa-nya, Luz dan Ayahnya Amatsuki, Araki. (Y/n) tidak percaya kalau kedua pria itu dulu adalah sahabat karib. Sepercik harapan benar-benar muncul didepannya, jika ia berhasil membuat Luz dan Araki ingat dengan persahabatan mereka mungkin ia dan Amatsuki bisa bersama.

Dengan terburu-buru ia menelpon Papa-nya Luz untuk bertemu.

❅❆———

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro