Hitam Putih Enzigai

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku dan Yuzen sedang tertawa melihat dii sebrang nampang Tung Fei bersalto beberapa kali merayakan kemenanganya, dia sedang begaya meniru atraksi topeng monyet, dia jadi monyetnya. Dia sangat senang setalah berhasil mengalahkan Kala Panashang. Kami berdua tertawa sambil duduk jongkok, namun disaat kegembiraan itu, muncul Karebet di belakang kami, itu membuat kami terkejut, hampir saja kehilangan keseimbangan pada posisi duduk jongkok.

Karebet mengeleng dan ikut duduk jongkok. "Seharusnya dia tidak dibunuh."

"Benar," kataku dengan tatapan yakin pada Karebet. "Si kera tukang salto itu terlalu halu, kalau saja Kala Panasang masih hidup, kita bisa mencari informasi darinya."

"Bukan, Kala Panasang adalah penguasa di pasar ini, tewasnya dia akan memicu pertempuran para jin di sini, mereka akan berebut wilayah."

"Benar," kataku masih dengan sorot mata yang yakin. "Kita juga seharusnya bisa mencari info darinya."

"Bukan, Kala Penasang hanya penguasa di pasar ini, dia tidak akan mengurusi kasus Lampor."

"Cukup! Kauterlalu banyak mengatkan bukan, dan suka membantahku."

"Benarkah."

Aku terdiam, tiba-tiba aku memiliki ide yang berilian, sambil menatap Yuzen, akhirnya lampu di otak kami menyala. "Hai kawan, itu die bagus."

"Woi, Tung Pei, mau kau apakan mayat setan itu?" Aku berseru pada Tung Pei yang masih asik bersalto.

"Entah lah, apa harus di kubur, aku malas menguburnya."

Aku dan Yuzen tersenyum, "kami akan mengurusnya, sepupu."

"Anu, kenapa firasatku jadi tidak enak."

"Hanya perasaanmu saja," kata kami sambil tersenyum.

Jam 11:00, aku dan Yuzen menghadap master kami. Kami berjalan pelan, mengedap-endap di halaman belakang rumah. Terlihat cahaya matahari murni memenuhi tempat ini, kami melihat rumput gajah yang sangat hijau di tanah, aroma pohon pinang, nyanyian burung gereja, suara percikan air di akuarium yang tredengar dari dalam, kami melihat lampu lampion merah di atas balkon yang pasti sangat indah bila di lihat saat malam hari.

Pintu belakang rumah yang berbentuk geseran terbuka, sesosok jin yang aneh muncul, jin yang selalu membuat bulu kuduk kami merinding.

Enzigai, kami sering mengatainya di belakang dengan sebutan Jin Turkistan, Antek Ottoman, Orang Turkmen, dan banyak lagi istilah pangilan, atau sebutan sidiran untuknya. Dia salah satu jin terkuat yang melayani tuan kami. Aku dan Yuzen tidak pernah menang satu ronde pun melawannya. Bahkan Tung Pei sampai diare selama sebulan hanya dengan sebuah tinju darinya, di sangat menderita.

Enzigai, adalah jin berperawakan seperti manusia, hanya saja dia memiliki warna yang aneh di tubuhnya, warna putih dibagian kanan tubuhnya, dah hitam pekat seperti tintah di bagian kirinya, warna tubuhnya berlainan satu sama lain, bila melihatnya aku jadi teringat tokoh akatsuki bernama Zetsu[1]. Saat melihatnya manusia atau jin hanya bisa melihat bagian dirinya yang berwarna putih saja, sementara bagian hitam sulit sekali dilihat. Jadi saat bertemu dengan dia, kami hanya bisa melihat separu dirinya.

Enzigai adalah jin memiliki pangkat khusus, pangkatnya adalah Super Legenda, dua pangkat, Super dan Legenda, bila diartikan, pangkatnya adalah Legenda yang melebihi legenda, legenda yang tidak masuk akal.

Enzigai bukan jin asli Dataran Tingkok seperti aku, Yuzen, dan Tung Pei. Dia berasal dari Damsik[2].

Debut pertamanya dimulai saat dia menghancurkan setengah kota Damsik, direkrut oleh pasukan Alexsander Agung saat kampanye militer untuk menaklukan Persia, bergabung dengan pasukan Mesir saat perang di Ain Jalut, mengalahkan dua belas kompi pasukan Mongol seorang diri, dia maju berperang hanya bermodalkan sebuah pedang yang patah.

Saat perang salib terjadi, banyak menawan pasukan suci dan menyeretnya ke hadapan Sultan Kurdi. Ikut serta pengepungan kota Kontantine dan menjadi penasehat Zaganos Fasha[3].

Dalam hal peperangan Enzigai tidak diragukan lagi, dari segi kekutan dan dalam hal memimpin pasukan, kemapuanya sudah teruji super paten.

Dia melihat kami sambil tersenyum, telihat matanya yang berwarna hijau pucat memadang kami.

"Kombinasi air dan api, sangat manis," dia berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan logat Turki. Suaranya nampak datar, namun membuat kami cukup gemetar. "Mau apa kalian kemari?"

Kami hanya berdiri sambil melihat ke bawah, kami merasakan aura tekanan yang menakutkan.

Enzigai jin yang tingkat keganasanya sudah level bencana, dia sangat mengerikan. Enzigai sangat ahli menggunakan sihir hitam dan sihir putih, dia mampu bermain-main dengan aura negatif dan aura positif sekaligus. Aura negatif yang kuat dia kelurkan untuk menekan kami, aura ini menyerupai aura setan.

"Kami ingin menghadap master," kata kami berdua.

Menurut legenda lama, dia pernah menghancurkan satu kerajaan jin di Damsik karena tidak suka dengan istannya, menurutnya, bagian atas istana sangat jelek karena menyerupai bawang.

Dia mengancurkan banyak koloni jin di sepanjang jalur sutra karena bosan.

Peristiwa yang menggemparkan adalah perang Kerajaan Yudea melawan Israel.

Dia menculik Belpemo, kambing penarik kereta perang kesayang Dewa Dangon[4], penguasa jin di Syiria dan Mesopotamia.

Enziagi menipu Belpemo, dia mengambil tanaman opium di Halmend Afganistan[5], lalu menyihirnya menyerupai rumput segar yang sering tumbuh di Dataran Tinggi Golan. Saat Belpemo memakan rumput pemberian Enziagi, seketika dia seperti mabuk pulque[6] dan berhalusinasi, dia merasa terbang melayang ke Galaksi Sombrero[7].

Enziagi menculiknya dan saat dia melintas di Lembah Al-Majud di sekitar Zulkarnaen Gate, dia bertemu orang Badui. Dia menjualnya dan orang Badui menawar kambing itu dengan harga 10 dirham, namun Enziagi menolak, dia hanya akan membarter kambing itu dengan makanan, jadi orang Badui akhirnya mendapat kambing, dan Enziagi mendapat sekantong cemilan penuh berisi kacang badan, kurma, dan kismis, cemilan yang dipenuhi huruf 'K'.

Dewa Dangon sangat marah, dia langsung mencari dan akhirnya menemukan para orang Badui, namun sayang, kambing itu telah di jual pada keluarga Yahudi di Kanaan.

Dewa Dangon segera pergi ke Kanaan, namun sayang, dia terlambat, kambingnya telah di sembelih sebagai pengorbanan di Selasar Tempel Mount[8].

Dewa Dangon murka, dia mengibarkan perang dengan mengerahkan pasukan Kerajaan Baru Israel yang berada di bawah pengaruhnya. Enziagi mengerahkan pasukan Yehuda, setelah meyakinkan pasukan itu, bahwa Dewa Dangon adalah bidah, dan Dewa Dangon ikut campur masalah pajak. Hal ini memicu perang Zemaraim[9] sekitar 913 MS antara Israel dan Yehuda.

Kembali ke Enziagi.

Serangan berbahaya miliknya adalah aura buta tuli, aura ini membuat musuh tidak sadar saat dia menyerang, tiba-tiba saja musuh sudah keracunan atau terpotong-potong, bagi kami jin berpangkat legenda, si Enzigai ini sudah seperti hantu mimpi buruk yang membuat bulu jemari kami merinding total.

"Apa sudah minta izin lebih dulu?"

"Maaf belum."

Tiba-tiba Khayla muncul di belakang Enzigai, kami bertiga langsung berlutut dan mengucapkan salam kepada master kami.

Khayla duduk di kursi putih seperti biasa, sementara kami berlutut di hadapnnya.

"Apa ada perkembangan?

Aku meminta izin melakukan sesuatu, aku menjentikan jari, dan keluar asap di depanku, terlihat sosok jasad Kala Panashan di tengah kami.

Yuzen minta izin berbicara. "Ini adalah sosok setan yang menggangu warga di Sidomulyo, dia terlibat dalam khasus keranda terbang, namun saya rasa, makhluk gaib yang terlibat masalah keranda terbang dan juga wabah pagebluk, tidak hanya dia, masih ada yang lainnya."

"Masuk akal, memang kemungkinan pelakunya lebih dari satu," kata Khayla percaya. Yuzen ternyata pintar bicara.

"Aku akan mengirim jasad ini ke klien kita," setelah mengatakan itu, Master kami segera menelpone seseroang dan masuk ke dalam rumah.

Enzigai mendekati jasad Kala Panashan. Dia mengetahui sesuatu.

"Setan ini berarorama ikan, bumbu dapur, parpum murahan, bau ayam, bau minyak goreng. Dia ini pasti preman di pasar. Apa benar dia terlibat khasus pagebluk," kata Enzigai mencurigai kami.

"Keliatanya iya," kataku gugup.

"Bisa dipastikan dia trelibat," kata Yuzen meyakinkan.

Master kami kembali muncul setelah selesai menelphone, dia memandang diriku dan Yuzen, dia nampak sangat cantik dan muda.

"Kalian memang bisa diandalkan," kata master kami pada diriku dan Yuzen.

"Terimakasih Master," kami menyabut pujiannya.

"Tuan," kata Enzigai meminta izin bicara. "Tuan bisa menugaskan saya ke Sidomulyo, akan saya bantai jin di sana, hanya dengan ini," katanya sambil menujukan sebuah paku, dasar jin tukang cari muka. "Pagebluk itu akan saya makan hidup-hidup."

"Aku perlu penyelidikan kasus, bukan pembataian."

"Kami undur diri master," pinta ku dan Yuzen. Kami tidak ingin lama-lama di sini, Enzigai itu seperti kodok banteng Afrika, dia akan memangsa kami kalau mood nya kurang baik, apa lagi teknik menjilatnya tadi baru saja gagal.

Kami kembali Ke Sidomulyo. Kami mencari Tung Pei dan Karebet, ternyata mereka berdua ada di depan sebuah mushola, nampak di belakang mushola orang-orang sedang menadikan jenajah sang ayah itu.

"Ada sesuatu yang harus aku katakan pada kalian bertiga," kata Karebet. "Ditempat ini ada jin yang suka memakan mayat dan bahkan meperbudak mereka, ada beberapa kuburan yang dia bongkar. Masalah ini sangat meresahkan."

"Tapi apa itu juga harus kami," kataku menyeindir Karebet.

"Aku malas ke kuburan," kata Tung Pei. "Sorry."

"Aku akan memerintahkan Fu Dong berjaga di pemakaman." Kasian juga sih dia.

"Terimakasih sudah membantu," kata Karebet tersenyum.

"Oh iya, aku kehilangan kontrol pada tuyul-tuyul yang aku kendalikan."

"Apa mereka dibebaskan oleh sesuatu?" Tanya Yuzen.

"TIdak, keliatannya mereka sudah tiada, atau mereka pergi terlalu jauh, sehingga jurus pengikatku tidak berfungsi lagi."

Jam menujukan pukul 15:05, menjelang sore. Aku tiduran di atas keranda jenazah yang berada di samping kanan Mushola, tidak jauh di sekitarku, Yuzen sedang duduk sambil menghamparkan kain, di atas kain itu dia menyusun kendi dan botol obat, dia ingin membuat ekstrakan obat herbal untuk melemahkan virus covid yang kuat di sini. Tung Pei bersembunyi di dalam Mushola, tidak jauh di sebelah kiri Mushola terdapat sebuah pemakaman yang ditengahnya terdapat sebuah pohon mati. Tung Pei tidak menyukai pemakaman, dia alergi dengan bahan baku batu nisan. Karebet duduk di teras Mushola di depan sambil bermeditasi.

Aku memangil dua jin singa dari keluarga Fu Dong untuk mengawasi kuburan, aku bisa melihat dan mendengar dari penglihatan dan pendengaran mereka. Ada empat enam puluh makam lama, dan ada enam puluh enam makam baru, makam yang baru itu baru saja ada di dua bulan terakhir ini. Aku juga menemukan empat makam bayi yang sudah lama.

Di tengah makam terlihat sebuah pohon bunga kamboja yang sudah lama mati, namun dalam penglihatan manusia pohon ini masih hidup, banyak sekali virus covid bersembunyi di dalam batang pohon itu. Aku ingin membakarnya, namun menurut Karebet, hal itu akan membuat manusia panik atau bahkan nanti malah dikeramatkan, jadi Yuzen berencana menggunakan bahan obat-obatan herbalnya untuk untuk menangkal virus di dalam pohon itu.

"Adas, alang-alang, kayu galaharu, getah pohon kemenyan, serai, minyal lavender, merica, sedikit minyak cabe, ketumbar, minyak bawang putih, benalu kering, rumput fatimah, getah pohon ekaliptus serta daunnya, buah pinang kering," katnya memilih bahan-bahan pengasapan. "Kapur lalu garam, lemon."

"Daun singkong yang daunnya tujuh," kataku mengejek.

"Bodoh! Itu ganja!"

Aku merasa bosan lalu tidur-tiduran sebentar. Menghayal sambil bermandikan cahaya sore hari, dan mendengarkan gemericik suara daun yang di tiup angin.

Aku menghayalkan diriku memimpin dua puluh empat pasukan di atas Benteng China, menggunakan baju perang phonik api-emas ala pendekar kayangan, dan jubah dewa naga laut timur, dengan tongkat sakti Ruyi Jingu Bang[10]. Aku berjalan melewati dua puluh empat pasukan jin dinasti ming. Tung Fei muncul dan menawarkan diri untuk mengelap sepatuku, lalu Yuzen menawarkan teh Oloong padaku. Para pasukan Zim melakukan sembah sujud padaku. Aku adalah panglima tertinggi Dinasti Ming.

Diseberang sana aku melihat pasukan ifrit dari Turkistan dan Tartar. Mereka musuh nenek moyang dan bangsaku, akan aku habisi mereka dalam perang suci ini, mempertahankan Tiongkok dari serbuan bandit nomed seperti mereka.

Aku memejamkam mata, di dalam hayalanku, aku merasakan Budha muncul dilangit di atas kami dan memberi berkat, aku mengambil gelas teh dan mengakatnya tinggi-tinggi, ini gelas teh kemenangan, namun gelas itu terkena panah, tembus depan belakang. Aku melihat panah itu, ini panah bangsa Mangyar[11].

Aku melihat di depan, itu bukan Jin Tartar dan Turkistan. Aku malah melihat pasukan jin aliansi Balkan. Pasukan itu adalah pasukan Jin Serbia, Austria, Krosia, Hungaria, dan Italia-Lombardia. Mereka datang dengan bendera elang Kekaisaran Rusia, aku melihat ke arah belakang, di belakang aku tidak melihat China, tapi malah melihat jantung Balkan, Kota Biograt-Yugoslavia yang terbakar.

Aku tersadar dari lamunanku, dan duduk di atas keranda, karena terlalu banyak di ikut sertakan dalam peperangan, aku merasa tidak merasa takut dengan kematian.

Di bawah keranda aku melihat gentong air dari tanah liat, air di dalam gentong sangat bersih, jadi aku ingin meminumnya sedikit walaupun aku tidak pernah kehausan.

Saat ingin mengambil air, air di gentong ini malah berberiak, seolah ada getaran dari dalam, aku memeriksanya, apa yang membuat air di gentong ini tidak tenang, gentongnya aman-aman saja, tapi airnya tidak tenang. Ternyata ini berhubungan dengan getaran di bawah, getaran itu berasal di bawah tanah, ada aktifitas di bawah tanah di tempat ini.

Aku mengeluarkan kompas jiangshi[12]. Kampas ini berbentuk bulat da terbuat dari tembaga, kompas ini sering kugunakan untuk berburu Jiangshi di pedalam, jarum kompas akan menujukan aura negatif paling kuat dengan cakupan 500 meter persegi.

Jarum kompas malah kesana kemari, kompasnya tidak rusa, tapi tempat ini yang dipenuhi oleh aura negatif.

"Gui roh tanah bumi, hadir," aku memangil jin elemen tanah, muncul segel berwarna putih dipermukaan tanah, lalu muncul sosok jin berbentuk kakek-kakek botak dengan perut buncit, tubuhnya gemuk namun kakinya pendek, dia memiliki tempurung kura-kura berwarna tembaga di pungungnya, jangunya lebas dan tidak rapi seperti sapu ijuk yang sudah terlalu lama di pakai menyapu halaman, matanya besar melotot, hidungnya dan mulutnya juga besar, dia memakai baju has China berwara ungu dengan jubah coklat, terlihat dia membawa cangkul bajak dari tembaga.

"Dewa kera," dia memberi salam dan hormat padaku. "Terakhir ayah anda memangil saya sewaktu mengamankan tambang perak Kartago[13]."

"Ini pertama kali aku memanngilmu. Aku ingin kaumemeriksa tanah di sini, ada pergerakan di dalam tanah."

"Tempat ini dipenuhi aura negatif ilmu hitam, sehingga virus di udara menjadi sangat kuat, juga tanah di sini terkontaminasi aura negatif, seakan-akan kita berada di Chernobly[14]. Tanah dan udaranya beracun."

Gui meletakan telapak tanganya di tanah, dia menganguk dan mengatakan, "em'he, em'he."

Lalu berjalan menuju pemakaman, aku mengikutinya, saat Fu Dong melihat kami, mereka juga mengikuti kami. Gui berhenti di sebuah makam yang kelihatanya masih baru.

"Dewa kera, ada aktifitas jin di dalam tanah, dan ujung aktifitasnya di sini, maksutku getarannya paling kuat di sini."

"Ayo kita gali!"

"Tidak perlu," Gui mengambil sebuah cermin dari tembaga. "Cermin tembus jiwa," dia mengelap cermin itu dengan jubahnya, lalu menarunya pada posisi di atas permukaan kuburan, terlihat bayangan jin seperti manusia dalam wujud telanjang bulan mengali tanah, dia kelihatnya ingin mengambil jenazah yang ada di dalam kuburan.

"Baik lah, ayo kita gali."

"Tidak perlu digali, serang saja cermin ini, serangan anda akan saya kirimkan ke orangnya."

"Begitu, semakin cangih saja teknologi jin zaman now. Oke," Aku menarik nafas dan bersiap melancarkan sebuah jurus.

"Teknik pernafasan api tungku Prometius[15]," lalu menarik nafas lagi, "Semburan olimpus api Yunani," lalu mengembungkan pipi. "Hephaestus[16]." lalu menyemburkan api merah yang berbentuk seperti semburan air di selang petugas pemadam kebakaran, api hephetus ini memiliki sipat cair dan lengket, sehingga bila sudah terkena, apinya lengket sulit dipadamkan.

Jin di dalam tanah itu langusng mati gosong terkena serangan jurus api Yunani.

"Tuan," Gui memebri tahu sambil ketakutan, dia menujuk kearah pohon mati yang ada di depan, terlihat sesosok hantu hitam berbulu lebat dan bertubuh besar, bahkan lebih besar dari pohon itu, dia ada di balik pohon sambil memperhatikan kami, terlihat taring-taring panjang keluar dari mulutnya, matanya besar melotot berwarna merah, seperti akan keluar dari kepalanya, lidahnya panjang. Kami juga melihat tanganya begitu besar.

Aku, Gui, dan para Fu Dong nampak bukan apa-apa di hadapan hantu raksasa ini. Kami sangat terkejut, jangan-jangan dia adalah Lampor.

Keadaan menjadi mencekam saat keluar hantu pocong dari dalam tanah di sekitar kakinya, kelihatnya pocong itu adalah seorang ayah dan anak laki-lakinya, keliahatnya mereka jenazah yang diperbudak oleh hantu ini.

"Dewa kera, kita harus mundur," Gui meminta kami mundur.

Tapi aku adalah jin dengan level legenda, jin type perang, lari dari musuh adalah aib bagi seorang pendekar. Aku sudah mengami banyak peperangan, penaklukan, pembantaian, penghancuran, mana mungkin kabur melawan dua tiga musuh, kecuali kabur itu adalah pilihan yang bijak.

Aku melihat Tung Pei mengintip kami di balik jendela Mushola, dia memberi koda. "Cepat kabur! Bego!"

----

[1] Tokoh komik Naruto, salah satu anggota Akatsuki, dia memiliki tubuh separu hitam dan separu putih.

[2] Kota Damsik adalah kota Damaskus di Suriah.

[3] Zaganos Fasha adalah orang kepercayaan Sultan Mahmed II yang mengepung kota Konstatinenopel.

[4] Dewa Dangon adalah menurut kita suci 1 Samuel 5:1 hakim-hakim 16:23 Dewa utama sesembahan Bangsa Filistin kuno, Dangon dikenal dengan nama Dagan. (Dragon atau Dagan juga sering menjadi sumber fitnah, dengan menuduhkan orang Timur Tengah menjadikan Dangon sebagai Tuhan, tuduhan itu digunakan hanya untuk menyerang agama tertentu)

[5] Halmand Afganistan, Bagain dari Khandahar Raya, tempat ini diyakini menjadi sumber penghasil opium terbesar di dunia, dengan hasil 42% hasil opium dunia.

[6] Pulque minuman keras asal Mexsico, di cerita ini kiasan, karena tidak sezaman dengan Dewa Dangon.

[7] Galaksi Sumbero, adalah galaksi yang dilihat dari Bumi terlihat menyerupai sepiral yang mirip topi Sombrero, galaxsi ini berada di rasi bintang Virgo,

[8] Tempel Mount saat ini adalah wilayah yang dibatasi dinding di Yerusallem.

[9] Zamaraim Pertempuran Gunung Zemaraim adalah suatu pertempuran di Gunung Zemaraim, ketika tentara dari Kerajaan Israel, yang dipimpin oleh raja Yerobeam I dihadapi tentara dari Kerajaan Yehuda yang dipimpin oleh raja Abia I. Menurut Edwin Theiele diperkirakan 913 MS.

[10] Ruyi Jingu Bang adalah tongkat sakti Sun Gokong.

[11] Mangyar adalah Suku-suku Magyar atau klan Hongaria adalah satuan-satuan politik dasar yang membentuk kelompok suku bangsa Hongaria di tempat asalnya, klan-klan dari wilayah Pegunungan Ural ini menyerang ke Lembah Karpathia dan mendirikan Kepangeranan Hongaria.

[12] Hantu vampir china

[13] Tambang perak Kekaisaran Kartago di Spanyol. Paska berakhirnya perang Punisia pertama 241 Masehi, Kekasiran Kartago hampir saja bangkrut, namun mereka menemukan tambang perak di Spanyol Selatan, dan secara ekonomi mereka selamat.

[14] Pada tahun 1986, tepatnya 26 April, terjadi ledakan nuklir di kota Cernobyl di Ukraina.

[15] Prometius adalah titan yang mencuri api Dewa Zeus dan memberikannya pada Manusia.

[16] Hephaestus adalah dewa api Yunani kuno dan pandai besi .

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro