Kuntilanak Merah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


================================

Langit malam yang hitam kini disinari cahaya berwarna merah delima, Sidomulyo seolah berpindah tempat ke dimensi mimpi berselimut cahaya terang bagai negeri malaikat.

Sebuah ledakan dengan suara yang sangat cepat terjadi seperti kedipan mata, kilatan cahaya merah delima menyebar ke segala arah.

Yuzen dan Tung Fei terlihat melindungi wajah mereka untuk menghindari hembusan angin dan cahaya silau dari ledakan serangan itu.

Aku berusaha memasang penglihatan dengan waspada, makhluk Arda itu tidak mudah dikalahkan dengan tiga atau empat jurus. Arda termasuk mahkluk yang kuat setingkat dabah atau zabzab, dia pasti akan melakukan serangan balasan.

Asap berwarna merah membumbung tinggi dari hasil ledakan. Sosok Tanaloot terlihat di dalam asap itu, terlihat sosok tubuhnya yang besar di tengah asap. Dia terengah-engah, seakan sudah kehabisan energi untuk melanjutkan pertarungan dironde berikutnya.

Kiyai Seta, nampak tenang, jin level SDL memang mumpuni, banyak ilmu dan pengalaman, membuat mereka selalu sabar dan tenang dalam menghadapi musuh. SDL juga memiliki kelemahan, Karena mereka memiliki kemampuan dapat hidup kembali, jin level SDL suka besar kepala.

Kiyai Seta mengibaskan tangannya kearah Tanaloot, lalu sang Arda tanah itu menghilang, mungkin dia dikembalikan ke dimensi asalnya oleh Kiyai Seta.

Yuzen dan Tung Fei, terlihat memasang kuda-kuda, mereka berencana melancarkan serangan ke arah Kiyai Seta.

"Jurus elemen angin," Tung Fei memasang kuda-kuda sambil mengumpulkan energi tenaga dalam di kedua tanganya. "Serangan penghancur dari surga, pukulan naga burung buraq," energi elemen angin berwarna hijau dan biru menyerupai warna ekor burung merak yang sedang mengembankan ekornya terkumpul di kedua tangan Tung Fei. "Pukulan Legendary Barqon Al-azraq!"

Tung Fei melepaskan serangnya, terlihat serangan itu berbentuk bola hijau berurat biru dengan inti energi berbentuk bola hitam dan putih, energi itu dengan cepat melesat sepeti angin menghantam Kiyai Seta.

"Perisai!" Kiyai Seta mengaktifkan perisai yang dimunculkan oleh naga air kecil ahli perisai yang bersama Kiyai Seta.

"Percuma!" Sorak Tung Fei

Pukulan Legendary Barqon Al-azraq adalah serangan pembunuh musuh yang bersembunyi di perisai atau benteng, serangan ini akan menghantam perisai atau benteng, menghasilkan getaran dan ledakan dahsyat yang bertubi-tubi, panca Indra musuh akan rusak, dan tubuhnya akan meledak akibat getaran.

Pukulan ini sangat ditakuti oleh para setan, para setan sering menyombongkan diri dengan bersembunyi di dalam perisai yang berlapis-lapis, sehingga ayat-ayat suci yang dibacakan dapat dihindarinya, dengan pukulan Legendary Barqon Al-azraq, makan siapa saja yang bersembunyi di perisai akan mati dengan cepat dan pahit.

Perisai Kyai Seta bergetar hebat, tubuhnya juga nampak merasakan getaran dan ledakan yang mengahantam seluruh tubuhnya.

Kini giliran Yuzen melancarkan serangan.

"Jurus empat pukulan, pukulan Legendary Ao Qin, pukulan Legendary Ao Guang, pukulan Legendary Ao Run, pukulan Legendary Ao Sun. Pukulan Legendary Long Wang [1]!."

Muncul aliran air di udara menyerupai naga berwarna merah berselimut aura hijau dibelakang Yuzen. Saat Yuzen mengerahkan tinju pukulannya ke arah Kiayai Seta, naga itu melayang di udara dan langsung meluncur menyerang Kiyai Seta.

"Pukulan legendary Long Wang adalah pukulan naga legenda yang akan menghisap daging, tulang, darah, air, dan roh musuh! Jin Super Dewa Legenda jangan harap bisa hidup lagi!"

Yuzen dan Tung Fei kelihatanya meremehkan super Dewa Legenda, apa mereka tidak tahu? Jin SDL yang mati akan hidup lagi, mereka akan hidup lagi disuatu tempat, dan datang membalas dendam.

"Jurus elemen api merah delima. Aura malaikat merah delima Qaushi Al-Matar!" Aku mengeluarkan jurus terakhir elemen api merah delima. Karena SDL itu akan hidup lagi, dia harus di segel.

Muncul cahaya terang berbentuk aurora berwarna merah delima menyelimuti tanah dan langit, lalu cahaya itu seolah berkumpul di sekitar Kiyai Seta, kemudian lautan cahaya itu menghisap Kiyai Seta, Kiyai Seta masih di dalam perisai terhisap sepeti batu di pasir hisap.

"Waw! Memang bukan khodam kaleng-kaleng!" Sorak Tung Fei mengejekku.

"Kelihatanya kau memindahkannya ke dimensi lain," kata Yuzen.

"Untuk jaga-jaga. Jin super Dewa Legenda itu terpaksa kusegel di dimensi penjara khusus, yang berisi uap panas, petir, dan api, dia akan terkurung di sana sampai 41 tahun."

"Seharusnya dari tadi kau mengurungnya!" Perotes Tung Fei.

"Jurus hebat harus dikeluarkan paling akhir," balasku menggoda Tung Fei yang melotot langsung ke arahnya.

"Wooi! Kita tadi hampir mati, musuh kita SDL!"

Aku langsung terpisah dengan Monk, jurus aura malaikat merah delima itu langsung menguras energi kami.

"Aku dan Monk break dulu, musuh-musuh, ku serahkan pada kalian gays!" kataku sambil tersenyum dan masuk ke dalam tanah untuk mengisi tenaga.

"Raja kera api merah delima, langsung melempem! Dasar kerupuk masuk angin!" Gerutu Tung Fei.

"Artinya kita harus maju ke garis depan menghadapi Genir," kata Yuzen cemas melihat kedepan.

"Yuzen, anu! Jangan terlalu bersemangat, kita main santai saja melawan mereka."

Yuzen dan Tung Fei maju kedepan, mereka berencana membantu para Zim, Long Hu dan Tenchu.

"Mana Guang?" Tanya Elzor.

"Dia sedang menonton kita di dalam tanah," jawab Yuzen.

"Memangnya dia cacing tanah!"

Terjadi keanehan, para Genir itu tidak melakukan apa-apa, mereka malah berubah menjadi bayangan, yang menyerupai genangan minyak hitam dipermukaan tanah.

"Kelihatanya para Genir sedang mager! Mereka lagi tidak emood bertarung," kata Tung Fei.

"Bisa jadi, aku tidak merasakan aura pertarungan dalam diri mereka," kata Zimbu pemimpin para Zim. "Mereka ingin kita fokus menghabisi kuntilanak merah yang ada di atas itu, supaya dia tidak mengganggu."

"Ini kesempatan bagus, sayang Guang tidak ada, padahal kita akan mengeroyok musuh," kata Yuzen senang.

Musuh kami adalah jin wanita mengenakan gaun merah, rambutnya hitam panjang dan keriting, kulitnya kuning Langsat, dia melayang di udara sambil melihat kami di bawah, kemungkinan jin bangsa kuntilanak merah.

"Kuntilanak merah, pocong merah, leak merah, jin bangsa ini hanya menang nama merahnya saja!" Kata Elzor. "Akan aku perlihatkan bagaimana kengerian para khodam perang."

"Hati-hati Elzor, akibat meremahkan musuh, kami sampai muntah darah," kata Tung Fei memperingatkan.

Dimisi ini, melawan satu Genir saja, aku, Tung Fei, dan Yuzen harus menerima kekalahan telak, bahkan Karebet sampai tewas.

"Menurut legenda hantu takut pada petir," kata Elzor dengan sombong.

Jin bergaun merah itu nampak marah mendengar propokasi Elzor.

"Roh leluhur kami sekarang di sini, kalian akan merasakan kemurkaan leluhur kami," kata jin bergaun merah itu.

"Siapa namamu?" Tanya Tenchu dengan serius.

"Dewi Sekarwati, cucu Dewi Sekartaji."

"Untuk apa kau menanyakan namanya, jin ecek-ecek seperti ini, kerjanya hanya berlindung di ketek leluhurnya! Cukup satu jurus. Teknik singa putih, jurus elemen petir, Petir putih! Raiton Matin!" Elzor menembakan serangan petir ke arah Sekarwati, namun serangan itu tiba-tiba menghilang.

"Harimau bodoh!" Teriak Sekarwati sambil menertawakannya.

"Aku tidak menyangka kau sangat meremehkannya Elzor, seperti bukan kausaja," kata Tung Fei.

Tung Fei salah, Elzor adalah jin ahli strategi, meremahkan musuh juga bukan karakter jin harimau putih, dia pasti merencanakan sesuatu.

"Rupanya seperti itu," kata Tenchu.

"Apa itu?" Tanya Tung Fei penasaran.

"Jin ini memiliki khodam."

"Hah! Jin pakai khodam! Khodam pakai khodam atau bagaimana, aneh-aneh saja!"

Dari tadi jin kuntilanak merah ini tidak mengeluarkan serangan, dia sepertinya mempropokasi kami untuk melancarkan serangan, setiap ada serangan yang datang, maka akan menghilang, sepertinya di pindahkan ke dimensi lain.

Jin ini juga tidak melakukan pergerakan saat serangan datang, namun serangan itu langsung menghilang saat beberapa meter mendekati dirinya, jadi kesimpulannya, serangan itu dipindahkan oleh jin lain, jadi kemungkinan ada jin lain didekatnya yang bersembunyi di sebuah dimensi dan akan bergerak secara sembunyi-sembunyi.

"Dia mempropokasi kita agar naik menyerang ke atas," kata Elzor pada Tung Fei. "Bila kita naik, lalu mendekatinya, kemungkinan kita akan masuk jebakan.

"Lalu, kita menunggunya turun," kata Tung Fei resah.

"Tidak," kata Zimbu.

Zimei, jin dari bangsa Zim yang ahli terbang dan serangan udara, dia memiliki tangan yang panjang dan berselaput menyerupai sayap kelelawar.

Zimei terbang dengan sangat cepat dan tinggi, saat Elzor mempropokasi kuntilanak merah itu, Zimei sudah langsung terbang tinggi. Kini dia terbang di atas kuntilanak merah itu berada.

"Jurus elemen racun dan api. Daruma[2]! Aka!"

Zimei menjatuhkan bola-bola besi yang berbentuk kepala, bola-bola itu memiliki mata putih dan mulut besar yang penuh gigi.

Bola-bola itu berjatuhan di atas sang Kunti lanak merah, namun bola-bola itu tiba-tiba menghilang.

"Meledak lah, hanabi[3]! Higebana[4]!"

Tiba-tiba sebuah ledakan muncul, berbentuk kembang api yang terlihat seperti bunga berwarna merah di atas langit malam di Sidomulyo.

==================
[1] Long Wang atau Raja Naga adalah dewa dalam mitologi Tiongkok yang dipuja sebagai penguasa lautan.

[2] Daruma adalah boneka sekaligus mainan asal Jepang dengan bentuk hampir bulat, dengan bagian dalam yang kosong serta tidak memiliki kaki dan tangan.

[3] Hanabi (bahasa Jepang : kembang api)

[4] Higebana, bunga cantik yang memiliki makna yang kelam



























Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro