Ten Chu Jin Magnet dari Negeri Air

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


==============================

Suara azan magrib berkumandang dengan sangat sedih di Sidomulyo, semua makhluk dapat merasaknnya, ini seperti suara azan yang terakhir di tempat ini.

Saat kegelapan mulai mengisi seluruh sudut Sidomulyo, dua puluh setan lampor telah sampai dengan mengendarai kuda hitam, mereka di utus oleh sang penguasa di wilayah Selatan untuk menghancurkan tempat ini.

Sidomulyo dulunya adalah tempat yang tenang, tempat ini menjadi jalur transit truk-truk pengankut dari Jakarta dan Jawa tengah menuju Surabaya.

Di sini dahulu ada dua buah perkampungan, dua penduduk kampung itu dipersatukan oleh sebuah surau kecil. Tempat ini menjadi tempat yang sederhana walau tidak terlalu relegius, menjadi tempat yang damai dan mulai berkembang dengan munculnya para pedangan, bengkel, lalu pasar malam, kemudian permukiman besar.

Semua berjalan dengan perlahan dan tenang di Sidomulyo, sampai datang seorang tokoh, dia mengatakan semua harus kembali ke ajaran leluhur, bunga-bunga dan sesajen persembahan untuk bumi.

Persembahan-persembahan sebagai sedekah untuk bumi pun dilakukan sampai akhirnya menjadi tradisi baru, persembahan-persebahan itu mengundang kedatangan bangsa jin, mereka merasa terundang oleh bau kemenyan dan bunga-bunga, serta darah hewan pengorbanan, diawali oleh kedatang para jin pengelana, lama kelamaan jin-jin kuat dari berbagai penjuru Jawa Tengah bermunculan, lalu para jin itu mulai berdebat dan terpecah belah, mereka mulai menginginkan kekuasaan di tempat itu.

Kekacauan itu mengundang setan, setan datang dan membisikan hal-hal jahat kepada para jin dan manusia, manusia yang mendengar bisiskan-bisikan terjebak oleh angan-angan mereka, mereka merasa mendapat ilham dari nenek moyang mereka, dan melakukan ritual-ritual yang diajarkan para setan, ritual-ritual yang tidak memiliki dasar ilmu jelas, dalam kebatinan dan juga logika, yang hanya menjurus pada ketidak tahuan manusia, bahkan mereka tidak bisa melihat jin dan para setan.

Mereka yang tidak bisa melihat para setan itu semakin mudah di butakan, lalu para jin mulai berperang memperebutkan Sidomulyo, Keadaan semakin rusak, manusia mulai melakukan aktifitas perdukunan, sihir, maksiat, dosa-dosa membuat berkah Tuhan meninggalkan tempat itu.

Tepat sehabis magrib, saat malaikat terakhir meninggalkan tempat itu, muncul setan lampor, melintas dari langit seperti bintang jatuh, datang dari arah selatan terbang menunggangi keranda mayat, dia turun di tengah-tengah tanah Sidomulyo, dengan ilmu hitamnya, dia membunuh semua jin sakti di sana, lalu mulai membunuh para manusia sedikit demi sedikit, seperti tetesan air hujan yang mengisi lubang di tanah. Tuhan mengutusnya untuk menghancurkan Sidomulyo yang sudah mengkhiyanatinya.

"Bantai para setan! Berseta pengikutnya."

Kegelapan mulai datang di Sidomulyo, masa lalu jauh sesudah kedatangan setan lampor, dengan membawa virus iblis membunuh manusia perlahan-lahan, tuhan meninggalkan tempat ini lalu setan yang ganas mengisinya, membunuh semuanya seperti kegelapan malam yang memakan ruang.

Terlihat sosok menyerupai bintang jatuh melintas di langit menuju Sidomulyo dari arah barat, para jin dan setan di Sidomulyo melihat kedatangan bintang jatuh itu dengan perasaan ngeri.

Aku berada disebuah kemah tidak jauh dari Sidomulyo, aku memohon pada Elzor agar tidak dibawa pulang ke Jakarta, mana mungkin aku berani menghadap master setelah mendapat kekalahan.

Angin bertiup kencang ke arah tenda, tenda bergoyang dan membuatku sangat takut, Yuzen masih mengobatiku, dia khadam pengobatan yang hebat, Elzor berdiri di depan tenda bersama para Zim, menujuk ke arah langit, mereka melihat bintang jatuh itu dengan terbelalak dan mulut menganga.

"Celaka! Bintang jatuh!" Teriak salah satu jin bangsa Zim yang bersalam Elzor.

Dalam teradisi manusia di Barat, bintang jatuh adalah keberuntungan, namun bagi kami para jin, bintang jatuh adalah hal yang sangat mengerikan, bintang jatuh adalah pertanda dari langit bahwa akan ada jatuhnya sebuah kekuasaan atau pertanda berakhirnya sebuah zaman dengan mengenaskan, saat melihat bintang jatuh kami sangat ketakutan.

Bintang jatuh itu berwarna kuning, bintang jatuh ke tanah tidak jauh dari kemah kami, para zim dan Elzor saling pandang, aku dan Yuzen bergegas keluar dari tenda.

Kami mulai ketakutan, apa gerangan yang datang? Apakah jin level Ifrit? Atau malaikat penghancur.

Sebuah ledakan kecil muncul menguncang tanah dan udara, hanya berselang dua menit, muncul sesuatu dari arah ledatakan, terlihat sosok jin yang tidak kami sangka kedatangannya. Dia adalah Ten Chu, jin yang sudah diakui diseluruh dunia sebagai jin yang mampu merobohkan satu kerajaan jin dan manusia dalam semalam.

Ten Chu memiliki wujud seperti chita namun berperawakan seperti manusia, tubuhnya tinggi, lebih tinggi dari pada kami, telihat bentuk tubuhnya kekar seperti seorang pegulat dari kelas berat. Ten Chu adalah jin dari kerajaan Shui di Chang Ziang [1].

Sesosok jin berwujud petapa dengan pakaian, selendang, dan surban serba putih muncul di depan kami, kami yang tadi berkumpul tidak menyadari keberadaannya, dia seakan muncul secara ajaib dan tiba-tiba. Jin petapa itu berjalan mendekat kearah kami sambil membawa tasbih, terlihat sosok jin berwujud naga melingkari tubuhnya seolah menjadi penjaganya.

"Assalamulaikum," Zimgu jin berwujud seperti kucing berwarna emas dan berperawakan tubuh seperti manusia, dia memiliki tanduk seperti tanduk naga di kepalanya, dengan baju jirah berwana emas dan bersenjatakan tombak perak yang mengeluarkan cahaya menyerupai percikan listrik. Zimgu adalah pemimpin dari jin bangsa Zim.

"Walaikumsalam," balas jin petapa itu.

"Anda jin muslim," jin petapa itu menganguk sambil tersenyum. "Jin jenis ini mudah diajak negosiasi," bisik Zimgu pada kami. "Nama saya Zimgu, komandan dari divisi jin bangsa zim, apa saya boleh tahu siapa anda?"

"Nama saya Kyai Seta, dulu saya jin penjaga Sidomulyo. Kelihatanya kisanak semuanya berasal dari Tiongkok."

"Bisa dikatakan begitu," balas Elzor. "Apa kisanak punya wejangan untuk kami, kami ingin merebut Sidomulyo dari lampor, agar kami bisa segera pulang."

"Begitu, sayanganya aku tidak punya hubungan dengan para lampor yang kini menguasai Sidomulyo, mungkin para kisanak ini bisa pergi ke wilayah selatan untuk bernegosiasi pada jin yang mengirim mereka kesini."

"Kami terikat oleh perintah master kami, master kami memerintahkan kami merebut Sidomulyo, jadi hal yang diluar perintah itu sulit untuk di lakukan," balas Lou Hu.

Zimgu menganguk, "kami bahkan sebenarnya tidak menginginkan apa-apa dari Sidomulyo atau wilayah sekitar Jawa Timur, tapi ini perintah, sulit sekali."

"Begitu, jadi karena urusan kalian dengan lampor, mau tidak mau, harus terjadi perang."

"Lebih baik lagi tidak berperang, andai para lampor mau meninggalkan Sidomulyo, kami bisa pulang dengan tenang."

"Tapi kalian juga ingin mencabut kutukan wabah pengebluk juga kan."

"Benar, jadi sebelum pulang, kami harus menyelamatkan manusa."

"Manusia atau Surabaya."

"Sebenarnya yang itu."

"Begitu. Aku memang bukan lagi penjaga di tempat itu, tapi begini, para manusia di sana melakukan hal-hal yang mereka tidak mengetahuinya, hanya mengikuti angan-angan saja, hal-hal itu akhirnya mengundang kedatangan para jin," Kyai Seta menjelaskan.

"Ini Jawa, berbeda dengan Tingkok, di Tingkok, Turkistan, dan wilayah Timur Arab, di sana jin-jin sakti lebih terfokus berada di kerajaan, perebedaanya, di sini jin-jin sakti tidak berfokus pada kerajaan saja atau koloni, jadi ada juga yang menyendiri dan menjadi pengelana, banyak yang baik, banyak juga yang buruk."

"Maksut kisanak."

"Jin-jin sakti berkumpul di Sidomulyo, ini seperti sebuah taman dimana singa, harimau, buaya, dan seriga ada di satu tempat, maka mereka akan bertarung berebut menjadi penguasa, kedatangan setan memperparah keadaan di Sidomulyo, keadaan di sini merusak tatanan tanah Jawa, karena tempat ini tidak setabil, maka penguasa di Selatan ingin menghancurkan tempat ini berseta para jin dan manusianya."

"Jadi sampean, memihak siapa?" tanya Zimgu.

"Tentu saja yang Selatan."

Ten Chu terlihat berjalan menuju Sidomulyo sementara kami masih berbincang-bicang, kedatangnya membuat kami tidak nyaman, Zimgu meperingatkan kami bahwa kedatangan Ten Chu kemari sangat tidak jelas, entah dia memihak kami atau ada rencana yang lain, karena Ten Chu sendiri terkenal di dunia sebagai peroboh atau penghancur kerajaan.

Sidomulyo trelihat membentang seperti sebuah sosok raksasa besar dihadapan Ten Chu. Ten Chu melihat dengan matanya yang berwarna kuning, dia terlihat berdiri menghadap Sidomulyo, Ten Chu melepas jubahnya yang berwarna hitam, terlihat tubuhnya berwrana kuning dan berbintik hitam, dia memakai celana berwana hitam dengan sabuk berwana putih.

"Jurus elemen magnet, ilmu aura geravitasi berat," dia mulai mengaktifkan jurus dan menaruh kedua telapak tanganya di tanah, muncul aura energi berwarna hitam berselimut cahaya yang menyerupai api berwana ungu, energi itu menyebar dan meluas, energi itu seperti gelombang lumpur yang ingin memakan Sidomulyo.

Para lampor itu merasakan sesuatu, udara di Sidomulyo mulai terasa berat, mereka seperti dihimpit oleh lautan pasir magnet yang mengunci pergerakan mereka.

"Jurus ini sangat asing," kata salah satu dari mereka.

Salah satu setan lampor yang baru datang itu membalas serangan Ten Chu dengan menembakan sebuah jurus.

Dia mengengam kedua tanganya dan mengangkatnya di dekat kepalanya.

"Jurus elemen racun, wisa kuning tingkat dua, sampar! virus iblis!" dia membuka kedua telapak tanganya yang mengeluarkan virus hitam seperti serbuk bunga melayang-layang di udara, kemudian meniupnya ke arah Ten Chun.

Serangan itu muncul berupa serbuk yang berisi miliyaran virus yang dapat memakan daging, perisai, jubah, dan sejata bangsa jin juga manusia, virus itu terbang seperti asap yang bergerak cepat, seakan ingin memakan Ten Chun.

"Juru elemen magnet, ilmu aura penjara bola wabah kelaparan, cioko[2]," Ten Chu mengaktifkan ilmu itu dengan merentangakan kedua tanganyany dan membuka kedua telapak tanganya, muncul bola besi yang sangat besar, bola itu memiliki wajah seperti hantu pucat, wajah itu membuka mulutnya dan mengisap semua virus kiriman dari lampor.

Lampor yang lain mulai mengeluarkan jurus, dia menyilangkan kedua tanganya didepan wajahnya

"Jurus elemen angin, angin beracun, bala weton! Wujud! Sifat! Zat!" Lampor itu langusng menghembuskan nafas, seketika muncul angin berwarna hijau berbentuk seperti ikan kutuk. "Serang!"

Angin hijau berbentuk ikan kutuk itu langusng melesat menyerang Ten Chu.

"Elemen magnet, bola besi hantu kelaparan, segel, hisap jurunya!"

Bola itu kembali menghisap jurus yang diarahkan para lampor.

Ten Chu berniat melakukan serangan balasan, dia merapatkan kedua telapak tanganya seperti sedang bersemedi, "jurus elemen magnet, empat elemen kejahatan, jurus keserakahan!" Bola besi itu terbang ke atas Sidomulyo lalu berubah menjadi patung besi yang sangat besar berbentuk kepala monster dengan mulut yang sangat besar. "Elemen magnet, bom magnet seribu ton, jatuh dan meledak lah Tao Tie[3]. Matilah kalian semua, jurus ledakan magnet beracun!"

---chapter 10 ---

[1] Chang Ziang atau Sungai Panjang adalah sungai terpanjang di Tiongkok dan di Asia.Di dunia, Sungai Panjang adalah sungai ketiga terpanjang. Sungai ini menjadi batas selatan kebudayaan kuno Tiongkok yang berada di antara Sungai Kuning di utara dan Sungai Panjang di selatan.

[2] Cioko atau Festival Cioko atau disebut juga Festival Hantu Kelaparan, adalah sebuah tradisi perayaan dalam kebudayaan Tionghoa.[3] Tao Tie adalah Monster mitologi Tiongkok yang serakah yang suka makan. Dia akan memakan apa saja yang dilihatnya, bahkan itu termasuk tubuhnya sendiri. Karena itu penggambaran tubuhnya hanyalah kepala besar dan mulut besar.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro