Masa Lalu Fras

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Fras memasuki sebuah ruangan dengan pencahayaan yang minim. Terdapat sebuah lampu besar yang tidak dinyalakan di tengah langit-langit dengan empat lampu kecil yang menyala di setiap sudut ruangan. Fras duduk di depan kedua layar komputernya yang mati, ia tidak bergerak untuk menyalakan komputernya tapi hanya duduk bersandar pada kursi dengan headphone di telinganya. Jika seseorang bertanya apa arti sebuah kedamaian mungkin kegiatan satu ini adalah jawaban untuk Fras.

Orang-orang yang tidak terlalu mengenalnya akan mengira Fras menemukan kedamaian pada dirinya melalui ibadah karena ia memang aktif di organisasi keagamaan. Tidak banyak orang yang tahu jika Fras sangat menyukai musik hip-hop. Fras akan merasa tenang jika mendengarkan alunan rap dari musisi favoritnya. Sekitar 15 menit Fras mempertahankan posisinya.

Sebenarnya sudah sangat lama Fras tidak masuk ke ruangan yang berada di samping kamarnya ini. Masuk ke ruangan ini selalu mengingatkannya pada masa lalu.

Pintu ruangan tersebut terkuak dengan kasar kemudian seseorang yang mengenakan jaket hitam muncul di celah yang terbentuk.

"Lo semedi lagi?"

Melihat sepupunya berdiri di ambang pintu, Fras meleaskan headphone yang ia kenakan "Renzo, berapa kali gue harus bilang sama lo. Ketuk pintu sebelum masuk."

"Kenapa? Takut nostalgia lo terganggu."

"Gue bilangin bunda nih ya, Bun Renzo masuk ruangan aku sembarangan." Fras berteriak mengadu pada bundanya.

"Fras gak boleh gitu, dia itu abang kamu." Terdengar suara bunda yang setengah berteriak dari ruang keluarga.

Renzo tertawa mendengar jawaban bunda. Renzo menyalakan lampu besar, kemudian menepuk pundak Fras dengan lembut.

"Lo masih mau balik ke sana?"

Fras tahu ke mana arah pembicaraan Renzo, ia kemudian menghela nafas dan berkata, "Gue gak akan pernah bisa balik ke sana."

Renzo melepaskan headphone yang menggantung di leher Fras dan mengenakannya kemudian ia tersenyum. "Masih denger rap lo. Gue kira lo lagi dengerin ayat suci."

Fras menarik paksa headphone miliknya dan beranjak dari tempatnya duduk.

"Apa yang buat lo gak mau balik Fras?"

Langkah Fras terhenti ketika mendengar pertanyaan Renzo. Ia kemudian mendekati Renzo dan menatapnya tajam. "Gue gak akan bisa balik. Gue hampir kehilangan semuanya, mimpi dan ingatan gue."

***

Tiga tahun lalu

"Kita ngapain ke sini?" Renzo bertanya pada Fras yang mengajaknya bertemu seseorang di sebuah lokasi yang cukup jauh dari rumah mereka.

"Ketemu kawan gue, biasa urusan dunia lain."

Renzo yang sudah paham arti dunia lain yang dimaksud Fras akhirnya diam tak berkomentar. Dunia lain yang dimaksud Fras adalah tentang kelompok yang katanya adalah salah satu kelompok hacker. Fras memang selalu berurusan dengan orang-orang dalam bidang ini karena ia memang menyukainya. Tak lama kemudian sebuah mobil berhenti tepat disamping motor Fras yang terparkir di pinggir jalan.

"Nah, itu temen gue. Lo mending cari minum sana."

Renzo yang sebenarnya tidak haus akhirnya meninggalkan Fras karena usiran halus dari Fras. Renzo berjalan cukup jauh untuk membeli minuman di warung terdekat. Ketika Renzo hendak membayar minumannya terdengar suara dentuman cukup keras kemudian diikuti suara gesekan yang sepertinya terbentuk dari gesekan antara besi dan aspal. Saat melihat ke arah suara tersebut, tubuh Renzo tiba-tiba menegang dan ia membeku. Suara itu berasal tidak jauh dari tempatnya meninggalkan Fras.

"Bagaimana kondisinya, Dok?"

"Teman anda mengalami trauma cukup parah dan ada retak di pergelangan tangan bagian kiri, saat ini pasien masih kehilangan kesadaran."

Kaki Renzo melemas, ia tidak tahu harus berbuat apa saat melihat sepupunya terbaring di rumah sakit dengan banyak alat yang menempel di tubuhnya.

"Renzo, gimana keadaan Fras?" Renzo berlari ke arah bunda kemudian ia hanya bisa menangis di pelukan bundanya.

Tidak lama kemudian bunda dan ayah Fras tiba di rumah sakit.

"Bagaimana kejadiannya?" Ayah Fras bertanya sambil mengusap pundak Renzo.

"Aku gak melihat kejadiannya langsung, Yah. Aku lihat Fras sudah jatuh dan berlumuran darah. Kata saksi yang melihat kejadian secara langsung, motor Fras melaju dengan kecepatan tinggi kemudian ada mobil dari arah berlawanan, dia berusaha menghindar dan akhirnya menghantam trotoar dengan keras."

"Ini salah Ayah karena sudah memberinya motor di usia ini."

Setelah dua hari di rawat akhirnya Fras sadar dan melalui masa kritisnya. Hampir seluruh keluarga bergantian menjaga Fras di rumah sakit. Fras menjalani perawatan selama kurang lebih 6 bulan. Fras mengalami amnesia sebagian yang menyebabkan ia kesulitan mengingat hal-hal yang terjadi 2 tahun belakangan.

***

Renzo tahu benar sepupu yang sekaligus temannya ini memiliki kemampuan luar biasa dalam hal yang berhubungan dengan komputer baik itu perangkat lunak maupun perangkat keras. Sejak SD Fras sudah difasilitasi orang tuanya untuk belajar hal yang ia sukai. Tentang rumor yang mengatakan bahwa Fras merupakan seorang hacker itu benar adanya. Fras sudah lama menggeluti dunia tersebut tapi setelah kecelakaan tiga tahun lalu Fras sangat jarang menyentuh komputernya. Saat Renzo bertanya, Fras selalu menjawab bahwa ia tidak mampu melakukan hal-hal yang dulu sangat mudah ia lakukan.

"Gak ngaji lo? Katanya gue harus banyak ibadah siapa tau kemampuan gue balik lagi. Ngomong doang lo. Buktinya masih aja lu harus dengerin musik hip-hop buat tenang. Gue heran deh sama lo."

"Berisik lo. Lewat musik sejenis itu justru gue menemukan kedamaian. Gue gak perlu mengingat masa lalu yang selalu buat gue sakit. Setiap orang bisa membuat dunianya masing-masing. Lo menemukan kedamaian saat lo berlari di tengah lapangan sambil menggiring bola dan gue, cuma ini satu-satunya kedamaian yang bisa gue ciptakan."

"Sok bijak lo. Sudahlah gak perlu dibahas lagi masa lalu. Eh kalo komputer lo ini gak dipake kenapa gak di jual aja kan lumayan buat uang jajan."

"Renzo, lo mau ngajak gue perang?" Fras mengambil sebuah buku yang terletak di atas meja kemudian melemparkannya ke arah Renzo.

Renzo menghindar degan gesit. "Baru aja lo sok bijak sekarang udah balik lagi jadi Fras yang menyebalkan."

"Kalo aja lo bukan abang gue, udah gue usir dari rumah ini."

Renzo tertawa mendengar kata-kata adik sepupunya itu.

Akhirnya mereka keluar dari ruangan tersebut dan duduk di ruang keluarga. Terlihat sepasang kakak adik yang sedang membuat kue bersama, siapa lagi kalau bukan Bunda Fras dan Bunda Renzo. Kedua bunda mereka memang sering membuat kue bersama katanya sih quality time buat kakak-adik. Renzo dan Fras senang-senang saja jadi mereka gak perlu jajan di luar karena banyak kue yang tersaji di rumah mereka.

"Gimana persiapan acara minggu depan?" Fras bertanya pada Renzo yang sedang sibuk mengunyah nastar.

"Sudah selesai, tinggal cetak spanduk untuk di lapangan aja."

"Dika yang buat?"

"Iya. Ngomong-ngomong soal Dika, gue heran akhir-akhir ini dia gak negor gue loh. Kenapa ya?"

"Nah kan, sudah gue duga akhirnya akan begini. Itu jelas karena lo dekat-dekat sama Jinda lah, memang ada alasan lain buat dia gak ramah sama lo?"

"Lah memang gue ngapain sama Jinda?"

"Gue punya saudara kok lemotnya gak ketulungan. Jinda suka sama lo. Lo gak lihat dia nempelin lo terus dua minggu ini? Kalo gue jadi Dika, gue gak akan ramah sama cowok yang ditaksir pacar gue."

"Bisa diulangi, maksudnya Jinda suka sama gue?" Renzo terlihat kebingungan kemudian ia mengarahkan jari telunjuk di depan wajah untuk menunjuk dirinya sendiri.

Fras yang sudah gemas dengan respon Renzo akhirnya menepuk kepala Renzo dengan majalah yang tadinya berada di bawah meja.


Terima kasih sudah membaca ;)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day22

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro