1. Pertemuan Di Lembah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

(◍•ᴗ•◍)❤ Selamat membaca readersku

Selamat menikmati



Pada zaman dahulu kala, terdapat sebuah lembah curam di dinasti Tang, lembang itu hampir tidak pernah dijamah manusia. Sebuah lembah asri yang penuh tanaman obat dan tanaman beracun. Terdapat berbagai hewan buas yang mengancam nyawa siapapun yang berani menapakkan kakinya di sana. Kendati demikian, hal itu tidak pernah menyurutkan niat orang-orang untuk memetik obat, entah itu demi uang, maupun sekedar mengobati luka dan penyakit.

Salah satu dari antara orang itu adalah Youn, pemetik obat dari desa yang jauh, sehari-harinya mengumpulkan tanaman obat dan bahan racun. Berbagai hewan dan tanaman beracun tidak pernah meluputkannya. Anehnya, meski berkali-kali dipatuk ular berbisa dan menyentuh tanaman beracun, Youn tidak pernah menunjukkan tanda-tanda keracunan sama sekali. Sungguh berkah bagi Youn karena dia dapat mengambil bahan apapun sebanyak yang dia inginkan di lembah itu. 

Tidak sedikit orang yang pernah ditolong Youn di lembah tersebut, mereka rata-rata adalah petani penggarap yang tidak mampu membeli obat dari paviliun obat di kota, karena harganya memang lumayan tinggi dan tidak terjangkau oleh rakyat kecil.

Zrash.....

Hari ini tidak beruntung, Youn belum sempat mengambil umbi obat untuk penyakit kuning tapi hujan sudah mengguyur lembah asri itu. Youn tidak suka hujan, dia terpaksa berlindung di celah gua yang biasa dijadikan tempatnya beristirahat.

Cuaca lembab, udara yang dingin, entah kenapa perasaan tidak enak menyusup ke dalam pikiran Youn. Inilah kenapa dia tidak suka hujan, rasanya seakan ada sesuatu yang hilang.

"Gya.....!!!!!!!!!!"

Gedubrak....!!!!!!

Suara teriakan menggema di seluruh lembah, Youn sampai terlonjak kaget, apakah ada orang yang terpleset lagi ? Pria itu segera pergi mengenakan topi jerami menembus derasnya hujan.

Zrash....

Di tengah derasnya tirai air, Youn melihat seorang wanita berpakaian compang-camping, Youn langsung menghampirinya, tercium sisa aroma darah yang samar dari wanita itu. Youn memapahnya ke gua dan mengambil herbal untuk mengobatinyanya. Kasihan sekali wanita itu, padahal masih muda tapi sudah menderita racun langka. Andai saja Youn memiliki sepaket jarum perak, dia pasti bisa menolong wanita itu. Tapi dia hanyalah pemetik obat yang tidak puny apa-apa. Di malam hari, dia bekerja mencuci piring di kedai makan yang upahnya bahkan tidak cukup untuk makan, apa lagi membeli jarum perak yang harganya setara dengan biaya hidupnya selama tiga bulan.

Youn hanya mampu mengambil beberapa bat herbal terbaik, jika dicampur sedikit dengan darahnya, itu akan menjadi penawar racun yang baik, tapi... Youn ragu melakukannya. Efek samping dari campuran obat dan darahnya akan membuat orang muntah-muntah selama seminggu, tapi wanita ini jika tidak segera ditolong malah akan meninggal dalam tujuh jam. Apapun resikonya, Youn harus membantunya.

Detai hujan masih membasahi lembah asri itu sampai malam hari.....

Ugh

"Tolong jangan bergerak dulu Nona," ucap Youn saat menyadari wanita yang ditolongnya telah siuman. Wanita itu mencoba menatap sekeliling, tempat itu terasa sing untuknya.

"Kita berada di gua, ini di lembah timur dinasti Tang, Nona bisa beristirahat dulu, saya sedang memasak, nanti nona bisa makan," ucap Youn yang tidak berpaling dari ikan panggangnya. Sayang sekali Youn tidak membawa kecap dan garam, ikannya pasti hambar. Kira-kira dua jam lagi, wanita itu sudah mulai membaik, dan tengah hari besok efek samping penawar racunnya sudah mulai bekerja. Tidak lama akhirnya ikan panggang Youn matang, Youn mengambil bubur di dalam sebuah mangkok dan ingin memberikan pasiennya makan.

"Nona, tolong bangun, anda harus makan," ucap Youn pelan, wanita itu tampak mengerjap beberapa kali, kemudian terbelalak kesal. Wanita itu yakin orang itu (Youn) tadi memasak sejenis daging, tapi kenapa dia hanya memberinya makan bubur ? Seakan mengerti maksud tatapn wanita di hadapannya, Youn menjawab, "efek obat yang nona konsumsi akan berbahaya jika makan ikan, jadi saya buatkan bubur, di dalamnya ada sayur dan siput, sangat bagus untuk pengobatan.

Sebenarnya waniyta itu merasa jijik harus memakan bubur aneh di tangan pria itu, sayangnya dia tidak punya pilihan lain, wanita itu mencoba menelannya, mengejutkan bahwa rasanya enak.
Dua jam telah berlalu, wanita itu merasa tubuhnya sudah lebih baik meski agak lemas, dia menatap penolongnya, pakaiannya sangat unik, meski sederhana, pola sulaman dan warnanya sangat indah.

"Tuan, sulaman warna-warni di mantel anda sangat indah, seperti rangkaian bunga," ucap wanita itu pada Youn. Youn hanya terdiam tidak mengerti harus membalas apa, karena bahkan dia tidak mengerti apa yang dimaksud wanita itu.

"Sulaman mantel saya berwarna hitam putih Nona, itu biasa saja," ucap Youn sambil tersenyum. Selama ini yang Youn lihat, seluruh dunia berwarna hitam dan putih, seperti wanita di hadapannya.

Wanita itu terdiam, apa jangan-jangan pria ini buta warna ? Padahal mantelnya begitu indah dengan sulaman hijau, biru, merah, sayangnya dia tidak bisa melihat itu. "Maaf, sepertinya saya asal bicara karena sakit," ucap wanita itu sebelum pergi tidur.

Rasa sepi kembali menghinggapi Youn, entah kenapa rasanya semua terasa aneh, seperti ada hal yang ingin diingatnya api tidak bisa. Youn juga baru menyadari, bahwa wajah wanita itu agak mirip dengan orang yang dikenalnya dulu. Malam adalah hal yang tidak pernah diinginkan Youn, karena mimpi-mimpi aneh akan masuk ke dalam pikirannya saat dia tertidur.

Youn.... Youn... Kemarilah, ibu membawakanmu persik liar....

Youn'er, ayah pulang, kita kaan kembali....

Kak You.... Chai,er rindu sama kakak.....

Blar......

Kak You....!!!!!!

Youn'er !!! Lari...!!!!

Youn, ini rumah baru kita......

Mata Youn terbelalak, nafasnya terengah-engah, apa itu tadi ? Apa lagi-lagi dia bermimpi aneh ? Youn menatap keluar, matahri sudah terbit, ternyata dia ketiduran semalam.

"Nona, sudah pagi waktunya bangun," ucap Youn pada wanita yang ditolongnya semalam, tidak ada jawaban, apa wanita itu masih tidur ? "Nona..." Youn mengecek ke dalam kamar tapi wanita itu sudah tidak ada  di tempatnya, di sana tergeletak sebuah surat, tulisannya untuk Tuan yang sudah menolongku.
Tuan, maaf saya pergi diam-diam tanpa pamit seperti ini, tidak baik saya berada lama-lama di sisi tuan,terima kasih sudah menolong saya semalam, ada sedikit uang dan liontin giok jika tuan membutuhkan bantuan saya, tuan bisa pergi ke pavilion Chang'he

Tulis wanita itu dalam surat yang ditinggalkannya, Youn menemukan beberapa tael uang, tapi Youn tidak tahu itu uang emas, perak, atau tembaga. Youn hanya bisa menyimpannya, dia hanya ingin menolong orang, tidak mengharapkan imbalan, untuk itulah dia belajar ilmu pengobatan.
Di dekat surat itu, ada pecahan giok yang berbentuk setengah pecahan berwarna hitam, tiba-tiba Youn teringat bahwa dia juga memiliki giok seperti itu, Youn mencari-cari ke dalam sakunya dan menemukan sebuah giok putih berbentuk setengah pecahan berwarna putih. Bagaiman bisa ada dua buah giok yang kelihatan seperti dua pecahan ? Youn iseng menyatukannya. Tidak disangka, kedua giok itu menyatu, apakah ini kebetulan ? Apapun itu, Youn harus mencari wanta itu lagi, giok miliknya adalah giok khusus yang diberikan ibunya. Pasti wanita itu tahu keberadaan ibunya !

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro