15. Bimbang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Leo sudah sembuh. Hari ini, Leo dan Ara berangkat ke sekolah bersama seperti biasanya.

Saat turun dari motor, Leo langsung mengusap puncak kepala Ara dengan lembut. "Ara," panggil Leo.

"Apa?" tanya Ara seraya membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Ara belum terima Leo," kata Leo.

Ara mengalihkan pandangannya, "Leo, jangan aneh-aneh deh," bisik Ara.

"Ara kenapa gak pernah jawab pertanyaan Leo? Ara kenapa gak pernah bales perasaan Leo? Ara---"

"Ara!"

Ara dan Leo mengalihkan pandangan mereka. Ara tersenyum kemudian melambaikan tangannya, "Eh, Kak Leo?" sapanya.

"Hm," jawab Leo malas.

Gadis itu terlihat membawa sesuatu di tasnya. Setelah itu, ia menyerahkan sesuatu pada Leo. "Ini, Kak. Makasih, ya? Tadinya mau dibalikin kemarin. Tapi Kakak gak sekolah."

"Iya." Leo mengambilnya.

"Kok Hasya bisa bawa dasinya Leo?" tanya Ara.

Hasya terlihat menahan senyumnya, "Waktu Senin gue lupa bawa dasi. Terus Kak Leo ngasih pinjem."

Ara menatap Leo tak percaya. Tentu saja, Leo mau-maunya meminjamkan pada orang lain dan dirinya dipertontonkan di depan lapangan?

"O-oh, bagus dong. Hasya, ke kelas yuk."

Ara langsung menarik Hasya pergi dari parkiran. Saat di perjalann, Hasya masih senyum-senyum sendiri.

Ara juga heran. Karna tak biasanya Hasya seperti itu. Hasya adalah tipe gadis yang sulit dekat dengan laki-laki setahu Ara. "Hasya jangan senyum-senyum sendiri. Ngeri tau," ujar Ara.

"Ra, gue mau tanya sesuatu sama lo."

"Kenapa?"

"Lo--beneran gak suka sama kak Leo?" tanya Hasya.

Ara menelan salivanya susah payah, "E-emangnya kenapa?" tanya Ara.

"Kalau misalkan lo suka sama kak Leo, gue mau mundur mumpung belum terlalu jauh. Tapi kalau misalkan lo gak suka, gue mau deketin kak Leo. Soalnya, gue gak mau persahabatan kita bubar cuman gara-gara satu cowok. Gak lucu banget tau, Ra," ujar Hasya panjang lebar.

Ara terdiam. Jadi-- Hasya menyukai Leo?

"Eum ... Ara gak suka sama Leo, kok. Hasya bisa deketin Leo."

***

Ara kembali mengetikan kalimat demi kalimat di laptopnya. Gadis itu sesekali melirik ke arah tumpukan novel yang Leo berikan.

Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan. "Ara gak bisa. Dibohongin kaya gimana juga Ara suka sama Leo," gumamnya.

Ara mengusap wajahnya pelan. Pulang sekolah, Leo lagi dan lagi pergi entah ke mana.

Pintu kamar terbuka. Ara sontak menutup laptopnya, "Kak Ara, gue ada tugas."

"Hah?"

"Tetring dong!"

Ara mendengkus kesal. "Bukannya di rumah Rios ada wifi?" tanya Ara.

"Di rumah gak ada siapa-siapa. Gue disuruh nginep di sini aja. Cepetan nyalain!"

Rios langsung berjalan ke arah kasur dan merebahkan tubuhnya di sana.

Rios memang begitu. Sudah meminta, tidak tahu diri pula. "Kak Ara, gue cekek nih. Lama banget."

"Rios apaan sih? Keluar sana. Leo dateng dimarahin nanti," ujar Ara.

"Kalau dia marah nanti gue usir."

Ara mengelus dadanya pelan. Gadis itu memilih menyalakan tetring di ponselnya kemudian kembali membuka laptopnya. "Kak, lo mau jadi penulis ya?" tanya Rios.

"Sok tau."

"Gue emang tau."

"Bacot."

"Biasa aja dong! Ngegas banget!" kata Rios sewot.

Rios tidak sadar, kah? Nada bicara dirinya sejak awal ngegas tak bisa santai. "Rios! Ngapain lo di kamar sama isteri gue?!"

Rios melirik ke arah Leo yang baru saja sampai. "Selingkuh," jawab Rios asal.

"Ara, Ara selingkuh sama anak kecil songong kaya dia?"

"Gue gak songong!"

"Btw, gue lebih ganteng daripada lo," sambungnya.

Leo duduk di samping Ara. Gadis itu terlihat membuang mukanya.

Ara masih bingung dengan perasaannya. Di sisi lain, Leo adalah suaminya. Tapi, di sisi lainnya lagi, Hasya sahabatnya. Dan gadis itu menyukai Leo.

Ara benci berada di posisi ini. "Ara kangen." Leo memeluk Ara dari samping.

"Lepasin." Ara menepis tangan Leo.

Leo mengerutkan alisnya. Tak biasanya Ara begini. Ah, apa karna ada Rios? Fikir Leo.

"Rios, keluar lo."

"Ogah."

***

Malam harinya, Ara dan Leo merebahkan tubuhnya bersisian. Leo berkali-kali mencoba memeluk Ara.

Namun, Ara terus menerus menolak Leo. "Ara kenapa sih?" tanya Leo.

"Apa? Ara gak papa." Ara langsung tidur membelakangi Leo. Gadis itu mengigit bibir bawahnya.

Leo melingkarkan tangannya pada pinggang Ara. Cowok itu mengecup pipi kiri milik Ara dengan pelan. "Ara marah sama Leo, hm?" bisik Leo.

"Leo, lepasin."

"Gak mau," rengek Leo.

Leo semakin mengeratkan pelukannya. "Ara, Ara belum jawab pertanyaan Leo," ujar Leo pelan.

"Leo lepasin." Ara berusaha berontak.

"Ara kenapa, sih? Leo bau?" tanya Leo.

Ara menggeleng, "Leo, pernikahan ini ada karna terpaksa. Ara gak pernah punya perasaan apapun sama Leo. Jadi, tolong bersikap biasa aja," ujar Ara.

Leo diam. Cowok itu sontak menjauhkan lengannya dari pinggang Ara. "Leo hampir lupa kalau Ara pernah bilang Ara benci sama Leo. Ara masih benci sama Leo?" tanya Leo.

Ara menarik nafasnya sejenak, "Iya. Karna Leo, Ara sama keluarga Ara jadi jauh kaya sekarang," kata Ara susah payah.

"Oke. Leo ngerti sekarang. Makasih udah kasih penjelasan soal perasaan Ara ke Leo."

"Kalau gitu Leo tidur di bawah."

Leo langsung beranjak dari kasur dan pergi meninggalkan Ara.

Ara mengembuskan nafasnya pelan. Mengapa rasanya sakit? Apa Ara salah mengambil jalan?

Di sisi lain, Leo langsung masuk begitu saja ke kamar Rios. Cowok itu merebahkan tubuhnya di samping Rios yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Bisa-bisanya gue suka sama orang yang sama sekali gak suka sama gue," ujar Leo dalam hati.

"Kenapa ke sini? Di usir lo?" 

"Ngaco."

"Tampang lo emang cocok buat diusir."

Leo memicingkan matanya tak suka, "Apaan sih lo?" tanya Leo.

"Au dah gelap."

TBC

Kesel sama Ara atau Hasya nih?

Ada yang ingin di sampaikan untuk

Leo

Ara

Hasya

Rios

Btw, Novel dari Hanin untuk Malik udah ada di shopee ya!

See u guys!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro