2. Ara si pecinta Fiksi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yang hidup tak selamanya harus dibenci. Tak semua yang jelek itu jelek. Lantas, bagaimana dengan sebuah perasaan yang terus menerus menunggu. Apakah akan bisa menyatu?

***

"Bang, usia Abang itu udah 26 tahun. Mama juga mau gendong cucu kaya Tante kamu."

Ara yang melihat ekspresi Fatur tertawa pelan. Jika sudah ditanyai perihal pernikahan dan calon istri, Abangnya itu selalu mengelak.

Belum ada jodohnya, belum ada yang cocok, belum siap, masih tahap menyempurnakan, dan sebagainya.

"Tau nih, pulang dari Amrik bukannya bawa bule malah bawa diri," sahut Ara.

Fatur diam. Pria itu memilih memainkan ponselnya tanpa berniat membalas ucapan Ara maupun Adel--Mamanya. "Bang, pokonya kalau sampai bulan depan Abang gak ketemu sama cewek, Mama bakal jodohin kamu ya!" ancam Adel.

"Ma, nyari jodoh gak segampang nyabut kertas lotre," jawab Fatur.

"Ya emang gak gampang. Tapi gak akan ketemu kalau gak di cari," ujar Adel.

Ara memilih menggeser duduknya. Gadis itu menyandarkan kepalanya pada bahu Abangnya itu. "Ma, udah dong. Kasian Abang. Dia kan gak bisa move on dari mantan SMAnya," ujar Ara.

Fatur melayangkan tatapan tajamnya. "Enak aja. Di Amerika mantan Abang banyak ya!" jawannya tak terima.

"Tapi gak ada yang nyangkut di hati. Buktinya di kamar Abang masih ada foto kak Dena nempel di dinding," ujar Ara.

"Lo masuk-masuk kamar gue? Gak sopan banget sih!"

"Kalau Ara gak masuk kamar Abang, kamarnya udah jadi sarang laba-laba. Emang Abang fikir selama ini yang bersihin kamar Abang siapa?" tanya Ara tak kalah sewot dari nada bicara Fatur.

Fatur diam. Tapi apa yang Ara bicarakan ada benarnya juga. Kebayang nggak sih, selama bertahun-tahun di luar Negeri sekalinya pulang ke rumah, kamar sudah jadi sarang laba-laba. "Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalam."

"Ayla, Ezi!" pekik Adel senang.

Wanita paruh baya itu langsung memeluk dua bocah berumur 3 tahun itu. Di belakang mereka, Leo berdiri menatap lurus ke arah Ara.

Gadis itu lantas beranjak dan menghampiri Leo. "Tumben bawa Ayla sama Ezi. Biasanya juga ogah-ogahan," sindir Ara.

"Mereka yang maksa ikut."

"Fatur! Tuh liat, ini anaknya Hanin sama Malik. Cantik, ganteng gini."

Ara tertawa. "Tau nih! Makannya cepetan nikah. Cari isteri biar ada yang ngurus," sahut Ara.

"Diem!"

Leo menyenggol lengan Ara. Ara menoleh, gadis itu tertawa. "Apa? Ara bener kok," ujar Ara.

***

"Ra, Ara pernah berharap sesuatu gak sih? Tentang cowok masa depan gitu?"

Ara yang tengah sibuk menyuapi Ayla es krim, langsung menoleh ke arah Leo. Gadis itu terdiam sesaat, "Apa, ya? Gak ada kayanya. Yang penting dia baik, sayang sama Ara. Udah gitu aja," jawab Ara.

"Eh tapi, kayanya ada deh," ujar Ara tiba-tiba.

Leo mengangkat sebelah alisnya, "Apa?"

"Ara pengeeen banget. Ada cowok yang rela bikin cerita tentang Ara. Kayanya lucu, ya? Selain bikin Ara seneng, dia juga bisa berkarya. Aduh, Ara kok jadi halu kaya gini."

Leo tertawa. Cowok itu menepuk kening Ara dengan gemas. "Dasar pecinta fiksi. Gak ada hal yang lebih realistis gitu?" tanya Leo.

"Ya suka-suka Ara dong! Leo kan tadi nanya. Ya Ara jawab," ujarnya.

Ayla dan Kenzie saling bertatapan. Dua anak kembar itu melongo saking tidak mengertinya dengan pembahasan Ara dan juga Leo. "Ya tapi nggak bikin cerita tentang Ara juga dong. Ara tau gak? Cerita tentang orang yang di sayang mah gak usah dituangin dalam tulisan. Cukup tulis aja dalem hati. Leo yakin kok, walaupun Leo udah pikun, kalau tentang Ara mah Leo pasti inget terus kok."

"Leo apaan sih? Kenapa jadi Ara? Nih ya, Kalau cerita tentang Ara dituangin ke dalam tulisan, seenggaknya Ara bisa mengenang kalau semisalkan orang itu udah gak ada, tau. Biar Ara inget terus, pernah ada orang yang sayang banget sama Ara sampai rela bikin cerita tentang Ara," jawab Ara.

Leo memicingkan matanya. Belum apa-apa gadis itu sudah pede dirinya panjang umur. "Kalau Ara yang maninggal duluan gimana?" tanya Leo.

"Seengganya dia inget kalau dia pernah suka sama Ara."

Leo terdiam. Berbicara dengan Ara rasanya tak akan ada habisnya. Gadis itu selalu mencampur adukan segalanya dengan cerita fiksi yang sering gadis itu baca.

Tapi, ini juga salahnya sendiri. Leo yang hampir tiap minggu membelikan gadis itu buku-buku novel semacam itu. "Bisa aja jawabnya," ujar Leo.

Ara tersenyum. Gadis itu kembali menyuapi es krim ke dalam mulut Kayla. Sedangkan Leo, cowok itu sibuk memperhatikan wajah Ara dengan Kenzie yang berada di pangkuan cowok itu. "Ara pernah jatuh cinta?" tanya Leo.

"Pernah. Sama peran utama dalam cerita fiksi yang Ara baca," jawab Ara terkekeh pelan.

Leo mengangkat sebelah tangannya dan mengacak gemas puncak kepala gadis itu. "Dasar halu," ujar Leo.

"Halu itu kebutuhan. Asal jangan berlebihan," jawab Ara.

"Iya, jangan berlebihan. Apalagi sampai suka sama cowok yang bahkan belum pasti kebenarannya. Mending Ara sama Leo aja. Ara mau cowok yang kaya gimana? Bad boy, soft boy, good boy, atau fakboy?" tanya Leo.

Ara tertawa. "Dasar narsis. Leo, bilang gitu karna Leo gak tau gimana sensasi setelah baca cerita fiksi. Makannya baca, jangan berantem mulu," sindir Ara.

"Kan biar Leo bisa jagain Ara. Mana tau tiba-tiba ada yang dateng terus lempar Ara pake gerobak, kan Leo jadi bisa langsung tepis, tangkis," jawab Leo.

"Segala sesuatu itu gak harus di selesaikan sama berantem tau. Leo itu pinter, sayang banget kalau peringkat Leo turun gara-gara sering berantem kaya gitu," ujar Ara.

Leo tersenyum. Cowok itu memilih merangkul Ara, "Tapi ada juga sesuatu yang gak bisa diselesaikan dengan baik-baik, Ara."

"Contohnya ngejar maling atau perampok. Kalau ada mereka, masa Ara teriak sama si Maling sama si Rampok minta di selesaikan dengan baik-baik? Yang ada mereka keburu kabur," sambung Leo.

Ara mengembuskan nafasnya pelan. "Terserah Leo aja deh. Ngomong sama Leo itu gak akan ada habisnya," jawab Ara.

"Kaya perasaan Leo ke Ara. Gak akan ada habisnya."

"Ih amit-amit."

Leo tertawa lagi. "Abang, es krim Ezi abis." Kenzie menyodorkan wadah bundar yang sudah kosong itu.

"Abis? Wah, Ezi pinter banget."

"Iya dong, kata Mama kalau Ezi pinter, Ezi mau sekolah tahun depan," jawabnya.

Kayla mendorong bahu pria kecil itu. "Ayla juga nanti sekolah tau," ujarnya.

"Tapi Ezi lebih pinter dari Ayla. Buktinya Ayla makannya masih di suapin," ujar Kenzie.

"Nanti kalau Ara jadi isteri Leo, kita bikinnya yang lebih lucu dari ini," bisik Leo.

Ara membulatkan matanya. Siapa juga yang mau menikah sama Leo?

Tapi, jika Leo mau ... Gass!

TBC

Hola! Gimana kabarnya hari ini? Semoga sehat selalu ya!

Ada yang ingin di sampaikan untuk

Ara

Leo

Fatur

Kenzie

Ayla

See u next chapter<3

Novel DHUM masih bisa di pesen lewat penerbit yaw!

Sumedang, 3 Desember 2020.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro