6. Kecewa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Leo terbangun. Cowok itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Tangannya terulur menyentuh kakinya sendiri, matanya terbelak. Leo dengan cepat mengintip di balik selimutnya.

Apa yang terjadi? Fikirnya.

Ia melirik ke samping. Tak ada siapa-siapa. Lantas, apa yang ia lakukan dengan tubuh tanpa busana ini?

Cowok itu beralih mengambil pakaiannya di lantai dan memakainya. Setelah selesai, ia menyingkap selimut itu. Matanya kembali dibuat terbelak kala melihat bercak merah di seprai kamar ini.

Leo memijat pelipisnya pelan.

Leo kenapa?”

“Leo lepasin Ara.”

“Leo Ara gak mau!”

“Leo sadar!”

Leo menggelengkan kepalanya kuat. Cowok itu mundur beberapa langkah, “Gak mungkin. Gue gak mungkin lakuin itu sama Ara,” lirihnya.

Cowok itu beralih menatap dua botol kosong di dekat jendela. “Bego, Leo! Lo bego!” Leo memukul kepalanya beberapa kali.

“Kalau Ara hamil gimana? Gue mau kasih dia makan apa? Kenapa bisa—sinting!”

Leo melipat seprai itu kemudian memasukannya ke dalam keranjang pakaian kotor. Setelahnya, Leo memilih pergi meninggalkan kamar itu.

“Ara mana?”

Anta dan juga Luthfi yang baru saja sampai mengerutkan alisnya. Dua remaja itu saling tatap, “Bukannya dia sama lo?” tanya Anta.

Leo menggeleng dan memilih naik ke atas motornya. Cowok itu langsung melajukan motornya di atas kecepatan rata-rata.

Fikirannya kacau. Bukannya menyelesaikan masalahnya dengan sang Papa, ia malah menambahnya dengan kelakuan bejadnya pada Ara.

Apa Ara akan menjauhinya setelah ini? Apa gadis itu tak akan lagi sudi bertemu dengan Leo?

Motornya berhenti tepat dipekarangan rumah gadis itu. Leo turun, cowok itu berjalan dan memberanikan diri mengetuk pintu rumah besar itu. “Leo?”

“Ara ada, Tan?” tanya Leo.

Adel—Mamanya Ara menganggukan kepalanya pelan. “Ada. Dia langsung masuk kamar waktu pulang sekolah tadi. Gak tau kenapa,” ujar Adel.

“Leo boleh masuk?”

Adel menganggukan kepalanya dan mempersilahkan Leo. Perlahan, Leo berjalan memasuki rumah itu, menaiki satu persatu anak tangga dan berhenti tepat di depan pintu bertulisan, "Ara Leo Bestfriend forever"

Leo ingat betul tulisan itu dibuat saat keduanya masih menginjak bangku SMP kala itu.

Leo mengetuk pintu kamar itu tiga kali.

“Ra ….”

Tak ada sahutan. Leo mencoba membuka pintunya yang ternyata tidak dikunci.

Cowok itu berjalan masuk dan menghampiri Ara yang tengah meringkuk di atas kasur. “Ara,” panggil Leo.

“Udah sadar?”

Leo terdiam. Cowok itu hendak menyentuh lengan gadis itu. Namun, Ara langsung menepisnya. “Ara salah apa sama Leo? Kenapa Leo jahat banget sama Ara?”

“Ra, Leo—”

“Pergi.”

“Ra, please. Leo mab—”

“Ara bilang pergi, Leo!”

Leo menunduk. Cowok itu mendekat dan memeluk tubuh Ara. “Ara, maafin Leo. Leo gak sadar lakuin itu sama Ara,” kata Leo.

Ara semakin berontak. Teriakan dan tangisan terdengar di kamar milik gadis itu.

“Leo jahat. Leo gak sayang sama Ara.”

“Ara, Leo sayang sama Ara.”

“Kalau Leo sayang sama Ara, Leo gak akan lakuin itu sama Ara! Kalau Ara hamil gimana?”

“APA?!”

Ara mendorong tubuh Leo. Gadis itu mengusap air matanya menatap ke arah Adel yang mematung ditempatnya. “Kalian—Mama gak nyangka sama kamu Ara!”

“FATUR! LIAT ADIK KAMU!”

Ara semakin menangis. Gadis itu berlari menghampiri Adel, memeluknya walau wanita itu tak membalasnya sama sekali. “Mama, maafin Ara,” isak Ara.

“FATUR!”

“Ma, maafin Ara, Ma.” Tangisan Ara semakin menjadi.

Sedangkan di dalam sana, Leo menundukkan kepalanya. Ini salahnya, Ara tak memiliki kesalahan apapun di sini.

Fatur keluar dari dalam kamarnya. Pria itu mengerutkan alisnya menatap Ara yang menangis, “Ara kenapa? Ma … Ini ada apa?” tanya Fatur.

“Kamu tau Fatur? Mama gagal jadi orang tua. Adik kamu, dia—”

“Maa … Mama gak gagal!” ujar Ara masih menangis.

Adel berusaha melepas pelukan Ara yang semakin mengerat. “Mama gagal, Fatur. Putri Mama satu-satunya, yang selama ini Mama jaga, dia—” Adel menahan tangisnya.

Wanita itu menggeleng. Sorot matanya terlihat jelas menunjukan kekecewaan di sana.

Fatur berlalih menatap Leo yang sedari tadi terdiam. Pria itu berjalan menghampiri Leo, “Bro, ada apa?” tanya Fatur.

“L-Leo ….”

“DIA SAMA ARA LAKUIN HUBUNGAN SUAMI ISTRI FATUR!”

Ara memejamkan matanya kuat kala mendengar teriakan Adel. Fatur menatap Leo tak percaya, “Bener?” tanya Fatur.

“Bang, L-Leo—”

Bugh

“Anjing!”

Leo pasrah. Cowok itu tak melawan sama sekali kala pukulan mendarat tepat pada rahang, wajah, dan juga tubuhnya.

Fatur mencengkram kuat baju cowok itu. “Panggil Abang lo,” titah Fatur.

Setelahnya, pria itu menghempaskan tubuh Leo ke lantai. Fatur beralih menatap Ara, “Masih mau sekolah?” tanya Fatur.

“Bang—”

“Gak usah sekolah sekalian. Ngapain sekolah?” tanya Fatur.

Ara menggelengkan kepalanya kuat, “Abang, Ara—”

“Bikin anak aja sana. Gak usah sekolah.”

Marah? Tentu saja marah. Siapa yang tidak marah adiknya yang sangat ia percaya melakukan hal yang begitu menjijikan? Terlebih, Leo—cowok itu sudah menjadi sahabat adiknya sejak kecil. Mengapa bisa mereka bertingkah diluar ekspetasi begini

“Mulai besok berhenti sekolah. Abang yang bakal ngurus surat pengunduran diri!” ujar Fatur.

“ABANG! Ara gak mau, Ara mau sekolah,” teriak Ara histeris.

Fatur menggeleng, “Buat apa Ara? Abang tanya buat apa?”

Adel melepaskan pelukan Ara. Wanita itu langsung berlari meninggalkan kamar gadis itu dan masuk ke dalam kamarnya. “Itu baru Mama. Ara belum liat reaksi Papa gimana,” ujar Fatur.

Fatur beralih menatap Leo yang berbaring tak berdaya. “Mana abang lo?” tanya Fatur.

“L-lagi di jalan Bang,” jawab Leo susah payah.

“Bang, maafin Ara—”

“Abang kecewa sama kalian.”

TBC

Gimana kesan setelah baca part ini?

Ada yang ingin disampaikan untuk

Ara

Leo

Fatur

Adel

See u guys!<3

Tadinya mau ngilang, tapi gak jadi hiks. Kalau rame nanti sore aing up lagi deh:v

Novel DHUM masih bisa dipesan lewat penerbit<3

See u guys!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro