Bab 14 : Grand Duke's Fiancee (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Lady, turunlah dengan hati – hati." Roan mengulurkan tangannya kepada Thalia yang masih berada di dalam kereta kuda.

Dengan gerakan yang elegan dan anggun, Thalia menyambut uluran tangan itu dan turun dari kereta kuda dengan tata krama yang sempurna. Bahunya tegap saat berjalan, wajahnya diangkat, dengan senyum tipis yang mengembang. Seorang penjaga gerbang masuk ke area perburuan istana kaisar pun mengumumkan kedatangan mereka.

"Grand Duke Andreas Roanoor Cassavero, dan tunangannya Lady Elleanor Centaury telah tiba!"

Begitu mereka memasuki pesta kebun yang sudah di siapkan oleh pihak istana dengan sedemikian rupa, beberapa bangsawan berbisik satu sama lain.

"Lihat, bukankah itu Lady Centaury yang 'itu'?"

"Dia calon Grand Duchess?"

"Tidak bisa kupercaya!"

"Apa Grand Duke terkena kutukan lain?"

"Ah, misalnya tidak bisa menghindari hama seperti dia?"

"Ya, putri Count dan Countess yang bunuh diri setelah bangkrut?"

"Kabarnya mereka tertipu, kan?"

"Apa lagi yang mereka punya selain gelar?"

"Tapi wanita itu juga tidak bisa mewarisinya karena belum debutante."

"Apa dia akan melakukan debutante? Untuk gadis seperti itu?"

"Hahaha, jangan diperjelas. Toh, tidak ada yang mau merebut gelarnya."

"Ya, itu karena gelar keluarga mereka tak lebih dari omong kosong!"

"Memalukan, apa Grand Duke yakin memilih istri seperti itu?"

"Mungkin wanita itu merayunya."

"Hihihi, mungkin saja bukan sekadar merayu, tapi sudah menjual tubuhnya."

"Oh, ya? Apa dia kesulitan membayar lima milyar clover itu?"

"Kuil suci berbaik hati memberikan jangka waktu yang panjang~"

"Lihat saja, dia akan dibuang kalau Grand Duke bosan."

"Ssstt ... mungkin saja wanita murahan itu hanya tumbal sesaat."

"Hahaha, gosipnya Grand Duke memakan gadis perawan setiap bulan purnama, kan?"

"Awas kedengaran!"

Thalia mendelik, tapi tetap menjaga ekspresinya. Dia tersenyum pada sederetan Nyonya bangsawan yang ada di kiri dan kanannya

Si gobloookk!

Bacotan kalian kedengeran keleus dari tadi juga.

Tapi ya bodo amat lah.

Anjing mengonggong, Lady Centaury tetap berlalu!

Julid kalian tuh nggak lebih parah dari emak-emak tetangga gue di gang yang ngegosip sambil nyari kutu, tahu!

Untung gue nggak paham bahasa anjing, cuekin... cuekin...!

Thalia tidak peduli. Dia hanya harus bersikap seperti yang tertulis di dalam kontrak. Yaitu berpura-pura saling mencintai dengan Roan. Sebab, Roan akan mendaftarkan pengajuan izin pernikahan mereka kepada kaisar. Thalia hanya memasang senyum terbaiknya saat Roan memperkenalkan Elleanor Centaury sebagai calon istrinya. Dan bisik – bisik pun berlanjut.

Beberapa minggu telah berlalu begitu saja. Thalia masih menyesuaikan diri dengan pembelajarannya sebagai calon Grand Duchess Cassavero. William Turner, seorang count yang merangkap kepala pelayan keuarga Grand Duke, adalah orang yang mengajarkan dasar-dasar mengurus pembukuan rumah tangga dan sebagian wilayah pada Thalia. Karena di dunia asalnya dulu dia sempat kuliah dan lulus sebagai sarjana ekonomi, tidak sulit bagi Thalia untuk mengikuti pembelajaran William yang secara dasar tidak jauh berbeda. Thalia juga sudah menyelesaikan urusan dengan kehidupan lamanya.

Roan menepati janji untuk membayar hutang keluarga Centaury kepada kuil suci Lux, sementara Thalia juga sudah mengundurkan diri dari toko roti dan menyatakan pindah pada tetangganya dengan alasan mau menikah, tepat di hari kedua ia memutuskan tinggal di Istana Kristal Biru milik Grand Duke. Waktu yang berlalu tenang, mendadak mendatangkan sedikit riak di dalam kehidupan mereka. Tepat saat sebuah surat undangan dari istana kaisar sampai ke Grand Duchy. Sebuah kompetisi berburu yang diadakan oleh Kaisar Liam III.

"Kita hanya mengikutinya sebagai formalitas saja. Ayo tangkap satu kelinci dan beristirahat di tenda peristirahatan." Janji Roan beberapa saat sebelum kompetisi berburu di mulai.

Thalia pun mengangguk semangat.

Oke, ayo cepet kelarin dan rebahan di tenda peristirahatan!

Yah, di sini lah Thalia berada. Dalam kompetisi berburu yang lebih mirip dengan ajang kumpul, pamer, dan bergosipnya para bangsawan. Aturan dalam perburuan ini cukup mudah. Setiap peserta hanya harus membawa minimal satu hewan buruan dan bisa meninggalkan hutan untuk ikut pesta teh di kebun utama istana sambil beristirahat.

DOR!

Tembakan pertama tanda kompetisi berburu dimulai sudah menggema. Semua orang berbondong – bondong memasuki hutan dengan kuda mereka. Karena tidak pernah belajar menunggang kuda, Thalia satu kuda dengan Roan.

"Pegangan yang erat." Roan memberi perintah, dan belum sempat Thalia bertanya, pria itu sudah memacu kudanya dengan kecepatan tinggi menembus hutan.

"KYAAAAA...!" Thalia sontak memeluk Roan kuat – kuat, tak lupa sebelah tangan memukul punggungnya kuat – kuat. "Jangan mengagetkan aku! Kalau aku mati jantungan, atau mati jatuh dari kuda, bagaimana?!"

"Tadi aku, kan, sudah memberi aba- aba, Ellen." Roan terkekeh. "Maaf, kita harus buru – buru, aku merasakan sesuatu yang aneh."

"Bukankah kesepakatannya kita hanya akan menangkap satu kelinci dan bersantai di tenda peristirahatan?" Thalia tidak terima dengan perubahan rencana mendadak.

"Kau terdengar sedang mengeluh." Roan tertawa.

Jiwa mager gue meronta-ronta sialan, aaarrgghhh!

Thalia berteriak frustrasi tanpa suara, di dalam hatinya, sementara wajahnyna menunjukkan mimik mau menangis.

"Kau tidak akan menangis di sini, kan?" Roan mengerjap polos.

Thalia mendelik tajam. "Aku akan menangis yang keras sampai kau pusing!"

"Hahahaha! Baiklah, aku akan mendengarkan tangisanmu dengan suka rela." Pria itu tertawa, tapi sejurus kemudian berbalik cepat. "Kau boleh marah, menangis, merajuk, atau melakukan apapun, Ellen. Tapi tolong jangan terluka."

Roan menangkup wajah Ellen, kemudian menatap manik emeraldnya dengan intens dan tersenyum hangat. Thalia terperangah. Itu adalah senyuman yang lembut dan manis. Mata Roan yang menyipit dengan guratan halus membuatnya terlihat seperti anak kucing.

Deg!!

Gilaaaa ... masa gue deg-deg'an cuma gara-gara disenyumin Mas Grand Duke?!

"Apapun yang terjadi, aku tidak akan membiarkanmu terluka, Ellen." Roan mengambil tangan Ellen, lalu mengecup punggung tangannya. "Mulai saat ini kau adalah orang yang harus aku lindungi."

Thalia terdiam, dia tidak bisa berkata apa – apa. Di satu sisi Thalia merasa dia seharusnya tidak perlu terpesona atau terbawa perasaan. Namun, di sisi lain dia merasa kalau perasaannya yang seperti ini bisa jadi efek dari tubuh Elleanor Centaury yang ia tempati.

Waspada Thalia, waspada!

Lo nggak boleh lengah sama sekali. Barusan itu Roan menunjukkan kata-katanya buat Ellen, bukan buat lo. Nggak usah kepedean, ngerti?

Lagian lo lupa? Tubuhnya Ellen memang dirancang untuk jatuh cinta ke Roan. Karena itu dia bisa mati di bab awal. Misi lo adalah menghindari kematian itu, bukan malah nganter nyawa.

Lo itu Thalia Maurer, bukan Elleanor Centaury. Meski lo udah mulai bisa menerima takdir lo, tapi ini bukan dunia lo sepenuhnya, Thalia. At least lo harus waspada dulu sampai insiden kematian di usia sembilan belas tahun itu lewat.

Satu hal lagi ... yakinin diri lo kalau Roan melakukan itu karena dia butuh elo, Thalia. Dia butuh kekuatan lo yang katanya bisa meredam suara dunia atau apa lah itu. Kalau bukan karena itu, jangankan bersikap baik dan manis. Dia bisa aja menusuk pedang ke jantung lo.

Catat itu, Thalia!

Thalia mengepalkan tangan, kemudian menguatkan tekad. Dia menggeleng kuat sambil terus meyakinkan diri, dan yang terakhir...

Plak! Plak!

Wanita itu menampar pipiya sendiri.

"Ellen kenapa kau memukul dirimu sendiri?" Kuda Roan tiba – tiba terhenti sejenak.

Thalia gelagapan. "Ti-tidak, kok! Ini .... eum ... banyak nyamuk!"

Duh, kampreeetttt ....

Tengsin kan gueeee!

(>///<)

>>><<< 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro