Letters

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

FULLY DEDICATED TO EkhaDr

Sebuah surat penuh arti yang mengubah aku dan kamu,

Menjadi kita.

.

.

.

.

Wanita 23 tahun itu kembali mengulas senyum begitu matanya melihat tanggal di ponselnya. Tanggal yang selalu membuatnya bahagia tiap bulannya.

Sebentar lagi, dia datang,Batin Salsha senang.

Ditatapnya pigura foto diatas nakas. Foto sepasang kekasih yang saling menatap satu sama lain penuh cinta. Kekehan kecil terdengar dari mulutnya.

Ingatannya akan selalu terbang ke masa itu. Masa dimana ia bertemu dengan pria yang dikasihinya.

6 tahun yang lalu, Jakarta Utara. . . . . .

Gadis itu kembali memutar badannya di depan cermin sekali lagi, mengetes apakah penampilannya sudah cukup bagus. Belum sempat ia berkomentar lagi, ponselnya sudah berbunyi.

"Halo?"

"Salsha, lo udah siap? Gue udah di bawah nih."

"Aduh, iya iya. Gue otw turun ini."

"Take your time, Sal. Santai aja."

Tuut

Ia buru buru menyimpan ponselnya di dalam tas dan berkaca sekali lagi.

"Aduh, mati gue. Aldi udah di depan lagi,"rutuk Salsha sambil buru buru meraih tas nya dan keluar dari kamar.

"Pa, Salsha jalan dulu ya!"pamit Salsha.

Salsha mengerucutkan bibirnya kesal, merasa upayanya dandan cantik-cantik sudah sia sia. Satu jam yang lalu, sahabat sekaligus cinta pertamanya, Aldi, mengajaknya keluar rumah.

Terang saja Salsha senang. Namun hasilnya berbeda dengan ekspektasinya. Keduanya sedari tadi hanya saling diam, tanpa berbicara panjang lebar seperti biasanya.

"Ald, jujur sebenarnya kalo lo emang nggak betah sama gue, gue bisa kok pulang aja,"ucap Salsha.

Aldi menghela napas, "No, no, no. Maaf banget kalau lo ngerasa gitu. Gue cuman....bingung mau bersikap gimana sama lo."

"Why?"tanya Salsha heran.

Alih-alih menjawab, Aldi malah terdiam seribu bahasa. Kedua pipinya mendadak blushing , entah karena apa.

"Ald?"

Aldi masih terdiam.

"Aldi, kalau lo masih diem gue beneran bakal pulang aja,"ucap Salsha tegas.

"Jangan!"cegah Aldi menahan tangan Salsha. Hanya sebentar, kemudian pegangannya pada tangan Salsha langsung dilepas.

Salsha duduk kembali, mencoba memanjangkan kesabarannya. Tak biasanya Aldi seperti ini. Aldi yang ia kenal adalah Aldi yang ceplas-ceplos, dan jahil. Bukan yang pendiam dan aneh seperti ini.

"Lo kenapa sih, Di? Hari ini lo kayak bukan lo deh. Lo ada masalah?"tanya Salsha ditengah helaan napasnya.

Aldi menunduk, "Sal, gue tahu kita udah pernah janji nggak akan ngerusak persahabatan kita dengan urusan pacaran. Tapi gue rasa, lo udah ngelanggar?"

Senyum Salsha langsung memudar, sama sekali. Badannya menegang, takut akan apa yang akan diucapkan Aldi berikutnya.

Masa Aldi bakal benci gue sih? Iya gue tahu dia kapok pacaran sama sahabat sendiri, tapi masa iya sih gue juga? Aduuh, gue nggak siap dibenci Aldi,Batin Salsha cemas. Air matanya sudah hampir melesak keluar.

"Sal, jujur sama gue sekarang. Apa lo suka sama gue?"tanya Aldi.

Salsha menunduk, tak bisa menjawab.

"Sal...,nggak usah lo jawab gue juga udah punya bukti,"ucap Aldi datar.

Mendengar nada bicara Aldi yang semakin datar, kecemasan di hati Salsha semakin kuat. Ia takut, Aldi akan was was lagi padanya, sama seperti 2 tahun lalu.

Ia benci hal itu.

Masa iya sih, Steffi khianatin gue, ngebocorin semuanya ke Aldi? Mati dah gue!Rutuk Salsha dalam hati.

Aldi tersenyum tipis melihat reaksi Salsha, ia menarik beberapa lembar kertas dari tasnya dan menunjukkannya pada Salsha. Salsha tak sanggup menahan kekagetannya begitu tahu kertas apa itu.

"Gue yakin, lo kenal banget sama tulisan di atas kertas ini,"ucap Aldi.

Tentu saja, Salsha kenal tulisan itu.

Itu tulisan tangannya sendiri.

Selama 2 tahun ia bersahabat dengan Aldi, ia selalu menulis surat yang ia tujukan pada Aldi, hanya tak dikirim. Ia menulis betapa ia suka pada Aldi, betapa senangnya dirinya ketika Aldi perlahan akrab dengannya.

"Da-darimana lo bisa...."

"Gue nggak tahu apa orangtua lo ngelihat nama gue dan alamat gue, jadi mereka kirim atau mungkin juga lo nggak sengaja ninggalin surat itu di sembarang tempat terus keanter ke rumah gue, yang pasti surat itu nyampe ke gue kemarin. Dan gue, udah baca semuanya."

Salsha menunduk, rasa malu, cemas, takut, dan lega bercampur menjadi satu. Ia malu Aldi akan tahu betapa norak dan alaynya dia, ia cemas Aldi marah, ia takut Aldi meninggalkannya, namun.....

Ia lega.

Perasaannya selama 2 tahun terakhir, beban hatinya yang semakin berat itu akhirnya terbuka semuanya.

"Dan lo tahu apa yang gue rasain Salsha, pas tahu isi surat itu?"tanya Aldi.

Salsha menggeleng lemas.

"Gue seneng."

Kepala Salsha yang sedari tadi sudah semakin tenggelam, sontak mendongak. Matanya yang berkaca kaca itu kini menatap Aldi.

"Apa lo bilang?"tanya Salsha.

"Gue bilang, gue seneng, gue bahagia. Karena ternyata, cewek yang gue suka selama ini juga suka sama gue. I fell in love with you, Salsha."

"Awalnya gue nggak mau peduliin perjanjian setan kita itu dan langsung ngaku ke lo tapi surat surat ini tiba tiba dateng dan well, bisa gue akuin sifat jahil gue kumat,"lanjut Aldi seraya menghapus air mata Salsha.

Salsha hanya bisa terkekeh mendengar ucapan pria yang selama 2 tahun ini mengisi hatinya.

"Lo emang brengsek, Di. Tapi gue cinta,"ucap Salsha ditengah tangis dan tawanya.

"Gue tahu kok, lo cinta sama gue. Cinta mati malah kan?"goda Aldi sambil melirik ke arah surat di meja.

"Crap!"

Keduanya tertawa dan saling berpelukan.

Flashback Off

Salsha tertawa begitu potongan kisahnya dengan Aldi kembali berputar di kepalanya. Begitu banyak memorinya dan Aldi yang bisa ia ceritakan, namun tidak sekarang.

Tidak di hari ini.

Salsha kembali melirik jam di ponselnya. Perlahan, ia mulai menghitung mundur dalam hati.

"Lima,"

"Empat"

"Tiga"

"Dua....."

Senyum di wajahnya semakin lebar dan bertepatan dengan itu, ia mengucapkan angka terakhir.

"Satu."

Klek.

Salsha langsung bangkit dari kasur dan berlari menuju pintu. Tanpa basa basi lagi, ia menghambur ke pelukan pria yang dicintainya itu.

"Aku pulang, Salsha. Happy anniversarry,"ucap Aldi sambil mengeratkan pelukannya.

"Happy anniversary too, my forever love."

.

.

.

Letters
End


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro