CHAPTER 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Enough, Big brother! You are forbidden to touch the kitchen while I live here!"

Suara (Name) langsung membangunkan dua penghuni lainnya yang sedang tidur di rumah itu.

"What the fuck?" Samatoki menggerutu, keluar dari kamarnya dan menuju ruang dapur dimana dia melihat Jyuto sudah sampai disana, dengan tampilan baru bangunnya juga.

"Oh, kau juga terbangun," komentar Jyuto melihat Samatoki mendekat.

"Memangnya ada apa?" heran Samatoki mengikuti arah pandang Jyuto, dan dia dihadapkan oleh (Name) yang sedang memberikan tatapan tak suka pada Riou yang hanya memberikan ekspresi datar di wajahnya.

"Dari teriakan (Name) barusan, sepertinya mereka sedang memperebutkan siapa yang akan membuat sarapan."

"Oh, kalian sudah bagun, selamat pagi," sapa Riou.

"Selamat pagi, Samatoki-san, Jyuto-san," sahut (Name), "dan seperti yang Jyuto-san katakan, kami sedang menentukan siapa yang akan membuat sarapan. Jadi, bagaimana menurut kalian?"

"Hm, aku sudah pernah merasakan masakan Riou," ucap Jyuto kemudian menoleh ke arah lain—mengalihkan pandangan, "bagaimana kalau (Name) yang memasak? Apa pendapatmu, Samatoki?" tanya Jyuto kemudian.

Samatoki terdiam, kemudian memutar tubuhnya.

"Yang benar saja, aku tidak akan memakan masakan kedua kakak beradik itu," ucap Samatoki, "kau sendiri sudah merasakan masakan Riou kan? Apa yang bisa membuatmu yakin kalau buatan (Name) akan lebih baik?"

"Hm, benar juga," sahut Jyuto mengangguk, "tapi apa kau yakin bisa kabur sekarang, Samatoki?"

"Hah, tentu saja bisa," sahut Samatoki menoleh ke arah Jyuto.

Namun Jyuto malah sedikit mengangkat kepalanya, seolah menyuruh Samatoki untuk menoleh ke arah dapur, yang tentu dilakukan oleh laki-laki itu.

Saat itu Samatoki menyadari bahwa (Name) dan Riou sudah tidak berada disana.

"What the—" Samatoki kembali menoleh ke depan, dan langsung dihadapkan oleh (Name) yang tersenyum, dengan Riou berdiri di belakang (Name) sambil memegang tali.

"Samatoki-sama, Anda mau pergi kemana?" tanya (Name), "tidak baik lho, beraktivitas tanpa sarapan pagi."

Wajah Samatoki memucat, bersamaan dengan Busujima bersaudara mendekatinya.

[][][]

"Hei lepaskan aku!" pekik Samatoki mencoba melepaskan diri.

"Ayolah, mereka tidak mengikat kedua tanganmu," sahut Jyuto membaca koran.

"Bagaimana kau bisa makan jika kedua tanganmu diikat?" tanya Riou duduk dengan tenang, setia menanti adiknya selesai memasak.

"Tapi kedua kakiku diikat di kaki kursi! Ini seperti penculikan!"

"Bukan hanya kau yang diikat kakinya, kau tahu," sahut Jyuto melirik kakinya yang juga diikat.

Riou mengangguk singkat, tampak biasa saja dengan kedua kakinya terikat di kaki kursi.

"Samatoki-san, Kak Riou cukup kuat mengikat ikatan di kakimu dan Jyuto-san," jelas (Name) memasuki percakapan mereka, "dan sarapannya sudah jadi."

"(Name)-san, aku penasaran kenapa aku tetap diikat, padahal aku tidak memberontak seperti Samatoki," ucap Jyuto tersenyum pada (Name).

(Name) membalas senyum Jyuto, meletakkan nampan yang dia bawa di atas meja.

"Jyuto-san, kau cukup terkenal sebagai dirty cop, jadi kurasa itu saja sudah cukup bagiku untuk tidak percaya begitu saja bahwa kau tidak akan memberontak," ucap (Name).

"Lalu bagaimana dengan Riou? Dia kakakmu sendiri, onna," sahut Samatoki.

"Jika tidak kuikat Kak Riou, dia akan membantuku dengan menambahkan 'daging lain' if you know what I mean."

Wajah Samatoki dan Jyuto memucat membayangkan berbagai bahan yang disensor KP* masuk ke dalam sarapan mereka.

"Baiklah, tidak bagus membayangkan hal yang tidak-tidak sebelum sarapan," ucap (Name) duduk di kursi yang kosong, "silakan dimakan sarapannya."

Kini perhatian mereka tertuju ke makanan yang ada di depan mereka.

"Karena aku 'menang debat' dari Kak Riou, spesial untuk sarapan pagi ini adalah resep yang kuciptakan sendiri, kuharap kalian menyukainya."

'Tampilannya normal,' pikir Samatoki, 'tapi apakah rasanya akan normal juga?'

"Don't judge book by its cover, they say," gumam Jyuto meraih sendok makan.

Namun tiba-tiba (Name) berdehem cukup keras, sukses menarik perhatian ketiga laki-laki yang hendak menyuapkan sarapan ke dalam mulut mereka.

"Kuharap kalian tahu aturan dasar saat makan," ucap (Name) tersenyum.

Mereka bertiga menatap (Name) cukup lama, sebelum akhirnya menggumamkan kata 'ittadakimasu' dan memakan sarapan buatan (Name).

"Kak Riou!"

Namun tiba-tiba (Name) menepis tangan Riou yang sudah terangkat untuk menyuapkan sarapan buatan (Name) ke dalam mulutnya, dimana (Name) duduk di sebelah Riou, dengan Samatoki dan Jyuto berada di seberang mereka.

"Apa kakak lupa untuk mengucapkan 'ittadakimasu' sebelum makan? Atau setidaknya 'thanks for the food' jika kakak lupa," tegur (Name) menggelengkan kepalanya.

Riou menoleh ke arah adiknya, sebelum akhirnya kembali fokus ke makanannya.

"Thanks for the food."

Samatoki hanya memperhatikan kakak-beradik Busujima itu berinteraksi dalam diam, sempat melupakan sarapannya untuk sejenak. Jyuto yang melihat Samatoki tidak berkata apa-apa, dan lebih memilih untuk fokus pada sarapannya.

'Mungkin setelah sarapan aku akan menelepon Nemu,' batin Samatoki.

"Enak," komentar Jyuto yang sudah mencicipi masakan (Name), membuat Samatoki dan Riou ikut menyuapkan sarapan ke dalam mulut mereka.

"Lebih normal dari dugaanku," komentar Samatoki.

"Apa maksudmu?" tanya (Name) memiringkan kepalanya.

"Bukan apa-apa."

"Oh, jika kalian menduga masakanku akan seperti Kak Riou, tenang saja," ucap (Name) memakan sarapannya, "aku tahu Kak Riou suka memasak yang 'iya-iya' sejak dulu, oleh karena itu sejak kecil Kak Riou dilarang menyentuh alat memasak," tutup (Name) terkekeh.

"Dan sejak dulu kau selalu makan dengan berantakan."

Tiba-tiba Riou memegang dagu (Name) dan membuat sang adik menoleh ke arahnya. Kemudian dengan tangan yang sama, Riou mengusap ujung bibir (Name) kemudian menjilat jarinya.

"Ada saus di sudut bibirmu."

Spontan pipi (Name) memerah, sementara dua rekan Riou langsung tersedak.

"Kak Riou! Aku sudah dewasa! Kau tidak perlu melakukannya lagi! Cukup beritahu aku saja dan aku bisa membersihkannya sendiri," gumam (Name) mengambil tisu lalu membersihkan mulutnya dengan panik.

Samatoki dan Jyuto yang sudah meminum air putih hanya bisa menatap Busujima bersaudara dengan heran.

'Mereka lebih terlihat seperti pasangan daripada saudara.'

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro