CHAPTER 9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Membersihkan rumah seharian itu ternyata cukup melelahkan, ya?" komentar (Name) tersenyum canggung.

"Kita berlima saja perlu waktu seharian, apalagi kalau kalian yang hanya berdua membersihkannya?" tanya Samatoki.

"Sudahlah, itu juga sudah berlalu kan? Sekarang ayo nikmati jalan-jalan kita," sahut Jyuto.

"Lagipula kita bersih-bersihnya itu kemarin," ucap Riou.

Seperti yang Riou ucapkan, kini mereka berlima sedang jalan-jalan sekitar hotel tempat mereka menginap, mengingat kemarin mereka semua kelelahan setelah membersihkan rumah keluarga Busujima, dan langsung kembali ke hotel mereka.

"Benar," sahut (Name) menarik napas panjang, "jadi kalian ingin pergi kemana?"

"Entahlah, apa kalian ada saran? Kalian yang mengenal tempat ini lebih baik dari kami bertiga," sahut Jyuto.

"Kalau begitu ayo ke semua tempat yang bagus," ucap (Name), "mengingat kita besok malam sudah harus berada di bandara."

"Sebentar sekali," komentar Samatoki.

"Mau bagaimana lagi," sahut (Name) terkekeh, "aku tidak bisa izin dari pekerjaanku begitu lama—Samatoki dan Jyuto-san juga begitu kan?"

"Aku benci mengakuinya, tapi yang (Name) ucapkan ada benarnya juga," sahut Jyuto memperbaiki letak kacamatanya.

"Baiklah, pembicaraan pulang bisa kita bahas besok saat pulang—sekarang aku akan membawa kalian ke salah satu taman hiburan terbaik di Washington DC: Pennsylvania Amusement Parks!"

[][][]

"Apa semua barangmu sudah siap, Nemu-chan?" tanya (Name) setelah menutup tasnya.

Nemu mengangguk singkat. Singkat cerita, hari kembali berganti dan kini mereka sedang bersiap untuk pulang ke Jepang.

"Ngomong-ngomong, (Name)-san?"

"Ya?"

"Saat bersih-bersih rumah keluarga (Name)-san, apa (Name)-san berencana membawa sesuatu dari rumah (Name)-san ke Jepang?"

"Hm," (Name) memasang pose berpikir, "aku dan Kak Riou sepakat untuk membawa pulang semua album foto keluarga kami."

"Hanya album foto?"

"Sepertinya ada beberapa dokumen penting di kamar Mama dan Papa, dan sepertinya Kak Riou sudah mengambilnya kemarin," jelas (Name), "kami tidak berencana membawa banyak barang—cukup membawa album yang punya kenangan tentang kami berdua bersama Mama dan Papa."

"Begitu ya?"

"Oh, bagaimana dengan oleh-olehmu, Nemu-chan? Apa kau membeli oleh-oleh saat kita jalan-jalan kemarin?"

"Sepertinya Onii-chan yang mengurusnya?" sahut Nemu, "habisnya kami tidak punya banyak kenalan yang bisa kami beri oleh-oleh. Jadi aku tidak membeli apapun."

"Hee," sahut (Name) kemudian terkekeh, "dan lihatlah aku—membeli begitu banyak oleh-oleh karena terlalu banyak orang yang kukenal."

(Name) hanya menepuk pelan sebuah kotak besar berisi oleh-oleh yang dia beli. Nemu hanya tertawa mendengar cerita (Name).

"Oh kalau begitu aku akan memeriksa Kak Riou dan yang lain—sebentar lagi kita harus check out agar tidak terlambat ke bandara."

"Hm, hati-hati (Name)-san," sahut Nemu tersenyum pada (Name), "aku masih harus memeriksa semua barangku."

(Name) hanya membalas senyum Nemu lalu keluar dari kamar mereka dan berjalan menuju kamar MTC. Sesampainya disana, (Name) mengetuk pintu tersebut.

"Kak Riou? Samatoki? Jyuto-san?"

Tidak ada balasan.

'Jangan bilang mereka masih tidur?' pikir (Name) mulai cemas.

(Name) meraih knop pintu kamar hotel MTC, kemudian memutarnya—dapati pintu tidak terkunci dan terbuka begitu saja. Namun (Name) mengabaikan hal tersebut dan langsung memasuki kamar hotel tersebut.

"Kak Riou, apa kakak sudah siap—" (Name) menghentikan ucapannya saat kamar yang dia masuki kosong, hanya ada tas para anggota MTC yang sudah rapi, dan kamar hotel yang juga sudah rapi.

'Sepertinya mereka check out di bawah,' pikir (Name) berjalan menuju tengah ruangan.

Lalu perhatian (Name) langsung tertuju pada tas Riou, dimana tas sang kakak sedang terbuka.

"Kakak lupa menutup tasnya," ucap (Name) mendekati tas sang kakak dan berencana menutup tas tersebut.

Namun mata (Name) langsung menangkap keberadaan sebuah map berwarna hitam.

"Aku tidak pernah melihat map itu sebelumnya?" heran (Name), "apa Kak Riou membawanya dari Jepang?"

'Atau dari rumah kami?'

Pandangan (Name) berubah sendu mengingat kejadian kemarin.

<><><>

"Da~n semuanya sudah beres!" ucap (Name) tersenyum puas melihat dapur yang sudah rapi dan bersih.

"Apa ada lagi ruangan yang harus kita bersihkan, (Name)-san?" tanya Nemu pada (Name) setelah mencuci tangannya di wastafel.

"Hm, sudah semua ruangan—ah, kecuali kamar Papa dan Mama, pastinya," ucap (Name), "apa Kak Riou sudah selesai membersihkan kamar mereka? Aku akan mengeceknya."

"Mau kubantu, (Name)-san?" tanya Nemu menawarkan bantuan.

(Name) menggeleng pelan.

"Istirahatlah dulu, Nemu-chan," ucap (Name), "mungkin Kak Riou sudah selesai."

"Ah, baiklah," sahut Nemu, "kalau begitu aku akan ke ruang TV."

"Mhm," ucap (Name).

Setelah tersisa dirinya sendiri, (Name) pun berjalan menuju kamar orang tuanya. Saat sampai di depan kamar mereka, terlihat pintu kamar tersebut tertutup. (Name) kemudian meraih knop pintu tersebut, dan memutarnya—mendapati bahwa pintu tersebut terkunci.

"Apa Kak Riou sudah selesai?" gumam (Name).

(Name) kemudian mengetuk pintu tersebut.

"Kak Riou?" panggil (Name).

Tidak ada respons, dan (Name) hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Mungkin Kak Riou sudah selesai membereskannya dan mengunci kamarnya," ucap (Name) berbalik kemudian berjalan menuju ruang TV.

<><><>

"Ah, hanya perasaanku saja," ucap (Name) tersenyum canggung, "lagipula untuk apa Kak Riou bersikap aneh? Tidak ada yang ingin disembunyikan dariku kan?"

(Name) kemudian mengambil map hitam itu dan berjalan menuju sofa.

"Apa isinya dokumen penting?" tanya (Name).

(Name) hanya mengangkat kedua bahunya.

"Isinya mungkin foto-foto milik Papa dan Mama yang tidak mereka letakkan di album—"

(Name) menghentikan ucapannya, saat dirinya membaca lembaran pertama yang ada di dalam map tersebut.

"Eh?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro