01. Reuni

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

10-05-2019

Gedung pencakar langit yang mewah dengan desain interior yang apik dan detail memberi kesan sempurna perusahaan Wibi Properti. Perusahaan cabang yang kini menjadi pusat setelah dipindahkan Presiden generasi kedua Farlan Wibiapto dari UAE ke Indonesia.

Ruangan ke 32 yang paling megah yang hanya memiliki 4 kamar dan satu pintu utama yang berlapiskan emas terbuka sedikit.

Andara dengan langkah waspada mendekati pintu yang sedikit terbuka, perlahan ia ketuk sebanyak tiga kali.

"Presiden Alan," ia masuk setelah mendengar suara deheman dari dalam.

"Ada telepon dari Mia, pukul 7 malam nanti akan diadakan reuni SMA 1."

"Mmm,"

Mendengar respon Alan, Andara langsung kembali berbalik untuk meninggalkan ruangan sang Presiden.

"Siapkan pakaian untuk malam ini, dan kamu memiliki waktu dua jam untuk bersiap." tanpa menatap wajah sang presiden Andara sudah mampu menerka mimik wajah yang tak bersahabat.

"Baik presiden." jika saja ia mampu keluar maka pasti sudah Andara lakukan dari tahun yang lalu. Sejak presiden pemegang perusahaan diganti oleh Alan setahun yang lalu, hidup Andara serasa mati ogah hidup tak mau.

"Hallo Mi, gue butuh bantuan lo buat nyari baju."

"...."

Andara melempar hp nya ke atas jok penumpang setelah menghubungi sahabatnya.

Sebelumnya saat ia mampu menyelesaikan kuliahnya di universitas terbaik negri ini dengan nilai sangat memuaskan, Farlan dan Basant kedua orang tua Alan secara pribadi memintanya untuk bergabung di perusahaan tersebut.

Alan dan Andara tumbuh dan besar bersama. Sejak taman kanak-kanak mereka selalu bersama, hingga Alan pindah dan memilih melanjutkan sekolah tingkat akhir di Amerika.

Sejak saat itu hubungan kebersamaan mereka terputus begitu saja, bahkan tak pernah ada lagi pertengkaran, gurauan, canda juga tawa saat keduanya tengah bersama.

Andara menatap kosong ke depan, riuh ramai suasana reuni malam ini.

Beberapa temannya bahkan ada yang telah menikah dan memiliki momongan, ada yang berprofesi dokter hingga pengusaha.

"Ra, kenapa lo bengong aja?" Azmi menyenggol lengan Andara cukup kencang.

"Hmmm?"

"Ini malam kita mau happy loh ya,"

"Iya Mi, gue tau." Andara mengambil gelas yang berada di hadapannya dan meminumnya.

"Lo sibuk banget belakangan ini, sampe udah gak ada waktu buat keluar bareng gue."

"Malam ini gue nginep di rumah Lo," Azmi mengangguk dengan senyum menghiasi wajah ovalnya.

"Hay Da, apa kabar?" Andara dan Azmi menatapnya secara bersamaan.

"Baik,"

"Long time no see," Abi lelaki yang begitu tergila-gila pada Andara saat duduk dibangku SMA. Ia mengenakan toksedo milik desainer terkenal asal Prancis, dipadukan dengan kemeja putih yang dibiarkan dua kancing atasnya terbuka, sepatu pantofel hitam mengkilat. Jika diperhatikan lebih mirip orang ke undangan.

Andara hanya melirik lalu kembali sibuk memutar-mutar minumannya.

"Dara, kamu selalu membuatku terpesona." Abi kembali berucap tanpa peduli jika ia diacuhkan.

"Thank,"

"Gaunmu membuat aura liarmu lebih terasa,"

"...."

"Bacot aja lo Bi," Azmi buru-buru membawa Andara untuk menjauh dari Abi.

Azmi sangat tau, jika Andara akan membuat Abi kembali masuk ke rumah sakit jika ia tak lekas membawanya menghindar.

Mendapat ucapan cukup pedas Abi hanya tersenyum kecut, ia sadar jika Azmi melakukannya untuk menyelamatkan harga dirinya dari amukan Andara. Maka ia hanya diam dan membiarkan mereka pergi.

Acara reuni SMA itu terasa begitu megah dan berwarna, teman sekelas juga seangkatan lainnya terlihat memukau, memamerkan keberhasilan mereka sekarang.

Banyak gadis yang kini telah berubah menjadi sosialita terkemuka di ibu kota, bahkan diantaranya ada yang telah menikah dengan pengusaha-pengusaha tambang batu bara dan lainnya.

"Gue ke toilet dulu ya," Azmi mengangguk dan kembali berbincang dengan Anis, Amel, dan Agustin.

"Kita pulang," Alan berdiri tepat di ambang pintu toilet wanita.

Andara hanya melirik namun tak meresponnya.

"Cepet," tangan Alan menggamit Andara tanpa peduli jika itu menyakitkan.

"Lan, ini tempat umum bukan kantor lo." Andara menepis tangan Alan yang erat menggamit tangannya cukup kasar setelah keduanya berada di parkiran.

"Oh ya? Terus kenapa?" Alan menantang mata Andara yang terlihat mengkilat menahan marah.

"Jangan merintah gue, dan gue gak akan pulang. Malam ini gue bakal nginep di rumah Azmi-" sebelum menyelesaikan ucapannya Alan telah lebih dulu menyumpal bibir Andara dengan bibirnya.

"Aku gak nerima penolakan," Alan langsung membukakan pintu penumpang dan memberi isyarat agar Andara segera masuk kedalam mobil.

Keterkejutan Andara hanya sesaat dan langsung,

Plak

Tanda merah bekas lima jari bersarang di wajah Alan, tapi ia justru tersenyum.

"Brengsek," setelah mengucapkannya Andara masuk kedalam mobil dan duduk tanpa bersuara.

Selama perjalanan keduanya tak berbicara sedikitpun, hingga keduanya sampai di rumah kediaman mereka.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#me