12. Hadiah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Nyonya, ingin memakai gaun yang mana?"

Seorang pelayan menampilkan sederet gaun-gaun indah yang berwarna-warni, yang tergantung pada sebuah rak besi. Sif duduk dengan malas di kursi meja rias, sembari matanya menelusuri berbagai gaun tersebut. Pilihannya hari ini jatuh pada warna kuning pastel. Begitu Sif memilih, para pelayan langsung menyimpan kembali yang lainnya.

Hampir semua gaun yang Sif miliki berwarna muda. Ia memastikannya seperti itu, karena tak boleh ada yang mengalahkan warna emas berkilau rambutnya. Para pelayan pun bahkan diminta untuk berhati-hati apabila sedang menyisirkan rambut istri Thor tersebut. Tak boleh ada sehelai pun yang patah, apalagi rontok. Sisirnya pun terbuat dari logam emas murni yang diciptakan secara khusus untuk Sif. 

Semua yang berurusan dengan rambut emas Sif harus merupakan yang terbaik. Tak boleh ada yang merusak kesempurnaan yang Sif miliki tersebut di seluruh jagat Asgard ini. Tak boleh ada yang menandingi.

Namun, pagi ini, Sif dikejutkan oleh gosip para pelayan yang beredar, ketika ia selesai berpakaian dan hendak pergi berjalan-jalan di taman istana. 

"Kau sudah lihat, bukan? Sangat indah! Luar biasa!"

"Benar, benar! Aku sampai pangling! Berkilau bagai permata!"

"Nyonya Sigyn jadi sangat cantik dengan rambut barunya itu, ya!"

Kedua mata Sif membulat lebar ketika mendengar kata-kata "rambut Sigyn". Padahal, belum lama ini ia berhasil menyingkirkan satu-satunya keindahan yang dimiliki wanita non-Aesir tersebut. 

Sigyn memiliki rambut baru?! Apa memang sebegitu indahnya sampai jadi pembicaraan di mana-mana?!

Sif bergegas mencari keberadaan Sigyn. Kalau bukan dengan mata kepalanya sendiri, ia menolak untuk percaya. Namun, wanita itu tidak ada di istana sayap kiri, tempatnya dan Loki tinggal.

"Nyonya Sigyn dan Tuan Loki sedang menemui Tuan Besar di Hlidskjalf," jawab seorang pelayan ketika Sif bertanya. Hlidskjalf adalah ruang tempat kursi singgasana Odin berada. Dari kursi itulah, beliau dapat memantau dunia dan melihat segalanya. Biasanya, selain Odin, Frigg dan Thor juga berada di sana, dan juga beberapa dewa lain yang dianggap memiliki gelar tertinggi di Asgard.

Benar kata si pelayan. Di hadapan singgasana Odin telah berdiri Loki, dan seorang wanita yang memiliki rambut semi bergelombang yang terlihat amat halus, perak hampir transparan, yang bercahaya ketika terkena sinar mentari. Senyum di wajah wanita tersebut menambah keindahan yang telah terpancar oleh rambut tersebut. Itulah Sigyn, dengan penampilan barunya, yang telah membuat semuanya tercengang. Baik itu Odin, Frigg, para pengawal, maupun Sif sendiri.

"Menantuku, kau tampil sangat cantik! Aku tak menyangka, ada rambut seindah milikmu!" seru Frigg yang berdiri di dekat Odin. Beliau begitu kagum sampai menutup mulutnya yang menganga dengan sebelah tangan.

"Terima kasih banyak, Ibu. Aku bersyukur dapat menemukan pengganti yang sesuai untuk rambutku yang rusak atas insiden kemarin." Sigyn menjawab sembari tersenyum. 

Sesaat, kedua mata Sigyn mencari sosok seseorang, dan ia menemukannya berada di sebelah kanan, di antara deretan dewa-dewi lain yang mengagumi rambutnya. Ia mencari sosok Sif. Sigyn ingin memastikan kalau Sif melihat rambutnya dipuja-puja dewa lain.

"Kami melihat bahwa kau telah mendapatkan kebahagiaan yang sempurna bagi seorang wanita. Selamat untukmu, Nak," ucap Odin dengan suaranya yang agak parau. Kedua matanya tak lepas dari benda yang berada di tangan Loki dan Sigyn. "Apakah kedua kotak itu, anak-anakku? Apakah kalian membawakan kami sesuatu?"

Loki tersenyum, lalu mengiyakan. "Benar, Ayah. Lebih tepatnya, aku membawakan karya cipta untuk Ayah dan Frey, masing-masing sebuah."

Setelah mengatakannya, Loki dan Sigyn sama-sama maju lebih dekat lagi ke singgasana. Selain Frigg, di sebelah Odin juga ada Njord dan putranya, Frey. Mereka berdua cukup terkejut, ketika Loki menyebutkan nama Frey sebagai penerima hadiah.

Mereka berdua adalah kaum Vanir, yakni kaum dewa yang berasal dari dunia Vanaheim. Vanir dan Aesir kerap berseteru hingga terjadi pertempuran. Namun, pemenangnya tak dapat ditentukan. Kemudian, setelah diskusi perdamaian, keduanya sepakat bertukar sandera untuk menjadi warga di wilayah yang lain. Dari kaum Vanir, Njord dan putra-putrinya yakni Frey dan Freyja yang dikirim. 

Bertahun-tahun mereka telah tinggal bersama Odin dan keluarganya di istana. Loki bahkan besar bersama Frey dan Freyja layaknya sepupu. Meski begitu, hubungan mereka dan para putra Odin tidak sedekat itu.

Bukan hanya Frey yang terkejut sebagai penerima hadiah, tetapi Loki juga. Namun, lagi-lagi, Sigyn yang meminta, agar salah satu hadiah diberikan pada Frey. 

"Suamiku, kita membutuhkan sosok yang bisa dijadikan partner untuk melawan orang-orang yang berlaku tidak adil pada kita. Frey dan Freyja-lah orangnya."

"Mengapa?"

"Karena mereka senasib dengan kita."

Itulah sepenggal percakapan antara Loki dan Sigyn tadi malam. Saat ini, di hadapan Loki telah berdiri Frey yang menatap bingung kotak logam yang baru saja diberikan oleh Loki. Sementara kotak yang ada di tangan Sigyn diberikan pada Odin. 

Frey bolak-bolak menatap antara kotak di tangannya dengan sosok Loki di hadapannya. Ia tahu, sejak kecil Loki dicap sebagai anak nakal. Meski sebenarnya Frey sering memperhatikan kalau Loki bukanlah akar dari semua permasalahan yang ada, tetapi cara Loki membalas yang membuatnya dilabeli nakal dan licik seperti itu. Frey takut, ini hanya salah satu kelicikan yang sedang dibuat oleh Loki.

Apa dia sedang mengerjaiku saat ini? Sudah cukup lama aku tidak berbicara pada Loki sedikit pun. Tapi, apa salahku? batin Frey dalam hati.

Loki pun menatap balik Frey sembari tersenyum-senyum saja. Benar kata Sigyn. Frey senasib dengan dirinya dan Sigyn. Frey dan Freyja adalah kaum Vanir. Bukan Aesir murni. Seperti Loki dan Sigyn yang memiliki darah Jotun mengalir dalam nadi mereka.

"Apakah yang berada dalam kotak ini, Nak?" tanya Njord. Ia juga penasaran ketika putranya diberi hadiah oleh Loki, seorang putra Odin. Seumur hidupnya tinggal di Asgard, meski semuanya berjalan damai-damai saja setelah pertempuran lalu, tetapi bukan berarti mereka jadi berteman dengan para dewa Aesir. Tak ada yang ia anggap sahabat, maka tak pernah ada juga yang memberikan hadiah pada keluarganya.

"Bukalah. Semoga Frey menyukainya," ucap Loki, lalu berpaling pada Odin. "Ayah juga."

Frey membuka pertama kali kotak yang ia terima. Di dalamnya, terdapat sebuah syal berwarna merah. Teksturnya halus, dengan benang-benang yang dirajut pada permukaannya. Frey mengangkat syal tersebut, lalu meletakkan kotak pembungkusnya di lantai. Ia membentangkan syal tersebut. Cukup panjang dan terasa hangat saat ia mengalungkannya di leher.

"Kau memberiku syal? Tapi, dalam rangka apa?" tanya Frey tak mengerti. 

Senyum Loki mengembang, menyeringai. Hal itu membuat Frey sedikit bergidik. "Aku akan menjawab pertanyaanmu satu persatu. Ikuti aku."

"Ke mana?" tanya Frey lagi. Loki menjawab, "Ke luar istana."

Frey dan lainnya pun menurut, dan mengikuti Loki yang berjalan keluar sampai taman istana. Setelah semuanya tiba, Loki meminta Frey mengibaskan syal merahnya yang baru itu ke udara sebanyak tiga kali.

Frey mengernyit heran, tetapi ia tidak bertanya apa pun lagi. Diikutinya perkataan Loki barusan. Ia memegang salah satu ujung syal, lalu mengibaskan tiga kali, seperti gerakan melempar.

Lalu, sebuah keajaiban terjadi.

Dalam kibasan ketiga, syal tersebut terlepas dari tangan Frey, dan berubah bentuk. Bukan lagi sebuah kain panjang penghangat leher, melainkan menjadi sesuatu yang membuat Frey begitu tercengang melihatnya. 

Sebuah kapal yang begitu besar megah, mengambang di udara, di atas istana Valaskjalf.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro