18 - Kejadian di UGD

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Laras menatap tubuh Ale yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. Tadi saat Laras keluar dari gedung olahraga untuk meminta pertolongan, beruntungnya dia menemukan Rendi dan mereka langsung membawa Ale ke rumah sakit yang terletak tak jauh dari sekolah.

Untungnya luka di kepala Ale tidak begitu parah, hanya luka sobek kecil yang berada di dahinya dan hanya memerlukan tiga jahitan saja. Namun begitu, sampai sekarang Ale belum juga membuka matanya padahal ini sudah hampir tujuh jam dari saat ia dibawa ke Unit Gawat Darurat.

Dari belakang Laras, Rendi datang dan duduk di bangku di sampingnya. "Udah malem, Ras. Mending lo pulang, biar gue yang jaga Ale di sini."

"Gak usah, Ren. Ini gara-gara aku Ale jadi kayak gini."

"Jangan nyalahin diri lo sendiri, Ale nya aja yang sok jadi pahlawan kesiangan. Lo balik aja, gue anter yuk," bujuk Rendi.

"Seenggaknya aku mau lihat Ale bangun dulu, aku mau minta maaf dan bilang makasih."

Rendi mendesah. Sepertinya percuma saja terus membujuk Laras, dia tak tahu kalau ternyata Laras juga orang yang keras kepala. "Ya udah, kalau gitu lo tunggu bentar di sini yah, gue keluar dulu bentar telpon rumahnya Ale."

Laras mengangguk tanpa mengalihkan perhatiannya dari wajah tenang Ale yang masih terlelap. Laras menggenggam tangan kiri Ale yang berada di depannya. "Cepet bangun, Le. Aku takut."

Laras bangun dari tempat duduknya dan menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuh Ale, tangan gadis itu terhenti saat melihat wajah Ale. Tanpa sadar, tangan Laras sudah membelai lembut pipi Ale, pipi tirus itu terasa sangat halus.

Ibu jari tangan kanan Laras yang masih berada di pipi Ale ikut mengusap lembut pipi dan hidung lelaki berbulu mata lentik itu sampai akhirnya ibu jari panjang milik Laras tehenti di atas bibir tebal milik Ale.

Laras memandangi bibir itu untuk sesaat, pikiran kotornya langsung berkelebat begitu saja memikirkan bibir ini yang mungkin sudah berkali-kali berada di atas bibir kekasihnya, Gita. Terlintas di pikiran Laras untuk merasakan apa yang Gita rasakan tersebut.

Tentu saja akal sehatnya tak menginginkan hal itu, dia bukanlah gadis yang memiliki pikiran kotor seperti itu, dan karna hal itu juga lah saat ini dia sedang mengalami pergolakan batin antara akal sehat dan juga perasaannya.

Sementara dia sibuk memikirkan apakah ia harus mengambil kesempatan ini atau tidak, Laras tak menyadari jika bibir mungilnya sudah berada di atas bibir Ale. Saat tersadar akan apa yang telah ia lakukan, bukannya menjauh Laras justru menutup kedua matanya rapat tanpa tahu harus berbuat apa.

Perlahan Laras menjauhkan wajahnya dari wajah Ale, dan hal yang mengagetkannya saat membuka mata adalah kedua mata bulatnya bertemu dengan bola mata berwarna hijau milik Ale dengan jarak yang sangat dekat.

Saking kagetnya, Laras melonjak dan jatuh terduduk di kursi di belakangnya. Jantungnya terasa seperti ingin melompat keluar, apa Ale melihat apa yang telah Laras lakukan tadi?

Ale menatap Laras dengan bingung, alis tebalnya terpaut dengan mata menyipit. "Lo gak—"

Baru mendengar dua kata yang terlontar dari mulut Ale saja sudah membuat Laras menahan napas dan ingin berteriak, dia lalu mengambil tasnya dan berlari keluar dari UGD meninggalkan Ale yang masih menatapnya bingung.

Saat akan keluar, Laras berpapasan dengan Rendi yang baru saja kembali. "Lo mau kemana? Ale udah siuman?"

Mata Laras melebar mendengar perkataan Rendi. "A –aaaku gak sengaja cium, a –aku..." Laras melirik ke arah Ale yang masih menatapnya dari atas ranjang, gadis itu kembali menjerit histeris dan berlari dengan linglung.

Rendi menggaruk rambutnya yang tidak gatal,  apa yang barusan Laras bilang? Cium? Tadi bukannya Rendi mengatakan siuman? Sepertinya Laras salah dengar. Rendi mengangkat kedua bahunya, tak mau memikirkan lebih jauh lagi.

Lelaki berambut coklat itu melangkah mendekati ranjang Ale yang terletak di pojok ruangan dan kaget melihat temannya itu sedang bersusah payah turun dari ranjang, Rendi berlari mendekat dan menopang tubuh Ale yang limbung.

"Lo mau ngapain sih, bro?"

"Laras pulang naik apa? Ini udah malem, gue anterin dia dulu."

"Ye liat keadaan lo dulu lah kalo mau baik sama orang! Lo aja lagi begini gimana mau nganterin dia?!"

"Tapi ini udah malem, Ren. Bahaya dia balik sendirian."

Rendi mendorong tubuh Ale untuk duduk di atas ranjang kembali. "Lo duduk anteng di sini, biar gue yang anterin Laras. Berabe ntar kalo bukannya nyampe rumah malah lo berdua balik lagi ke sini. Lo tunggu di sini, ntar gue balik lagi."

Ale hanya bisa diam menyetujui apa yang Rendi katakan, sepertinya dia masih dalam pengaruh obat dan itu membuatnya lemas dan pusing.

Ale menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang di belakangnya, dia jadi memikirkan saat dia membuka mata dan melihat Laras dari jarak sedekat itu. Ale menyentuh bibirnya yang tadi dicium oleh Laras, seketika jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dan itu adalah pertama kalinya dia merasakan hal tersebut dengan gadis lain selain Gita.

Kenapa Ale merasakan hal itu? Dia bahkan tidak merasakan apa-apa pada Laras sebelumnya, lalu kenapa sekarang? Kenapa dia merasakan hal itu di saat hubungannya dengan Gita justru sedang berantakan? Apa ini yang dinamakan dengan berselingkuh? Tapi Ale sama sekali tidak selingkuh dan bahkan dia tidak memiliki pikiran untuk melakukan hal itu.

Ale menutup kedua matanya erat. Ale, lo kenapa sih, bego?!

*****

Dua hari sudah berhasil Laras lalu bertatap wajah dengan Ale tanpa harus membahas masalah di UGD malam itu, dan seharusnya Laras merasa tenang. Namun bukannya merasa tenang, Laras justru menjadi gelisah karna Ale tak memberikan reaksi apapun.

Tidak mungkin Ale tidak mengetahui apa yang sudah Laras lakukan padanya malam itu karna jelas-jelas lelaki itu menatapnya tepat di manik mata. Tapi kenapa Ale tidak bertanya ataupun marah kepadanya?

Atau kah karna Ale merasa ciuman itu hanyalah hal yang biasa dan tidak perlu untuk dipusingkan? Karna normalnya, jika seorang lelaki dan seorang perempuan tanpa status berciuman, akan terjadi kecanggungan di antara mereka, kecuali jika Ale tidak melihat Laras seperti seorang perempuan.

Tentu saja Laras tidak menginginkan hal itu karna dia ingin Ale juga melihatnya sebagai seorang perempuan. Mungkin akan terdengar jahat jika Laras menginginkan Ale untuk dirinya sendiri karna lelaki itu sudah memiliki kekasih, namun itulah yang dia inginkan saat ini.

Namun sikap Ale yang masih baik dan perhatian kepadanya seolah-olah tidak ada yang terjadi membuat Laras berpikir kembali tentang keinginannya itu. Apakah dia bisa mendapatkan Ale di saat lelaki itu justru tidak menunjukkan ketertarikan padanya?

Karna hal itu lah Laras masih enggan untuk berbicara dengan Ale, dia harus menata hatinya terlebih dahulu sebelum bisa berdekatan dengan Ale lagi. Dia tak ingin dikalahkan oleh perasaannya kali ini, dia juga tak ingin menjadi alasan jika hubungan Ale dan kekasihnya rusak.

Dan seperti saat ini, sesaat setelah bel pulang berbunyi, Laras langsung melesat keluar kelas bahkan mendahului Yarso, guru Bahasa Indonesia nya. Laras tak ingin berlama-lama berada di samping Ale atau dia bisa dilarikan ke rumah sakit karna serangan jantung mendadak walaupun di keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit itu.

Ale yang menyadari gelagat Laras yang semakin menghindarinya hanya menatap dari tempatnya duduk, dia bahkan mengabaikan panggilan Rendi yang saat ini sedang merangkulnya.

"Woy, denger gue ngomong gak, sih?" teriak Rendi di samping kuping Ale.

Jika di keadaan normal, Ale pasti sudah memukul Rendi akan hal itu, namun saat ini ada yang lebih penting dari itu. "Bro, gue duluan yah ada yang harus gue urus," ucap Ale seraya bangkit dari tempat duduknya.

"Ya ilah nih anak, kemaren dia yang ngajak gue jalan," dumel Rendi melihat kepergian Ale.

Ale mengedarkan pandangannya pada sekitar lapangan sekolah ke arah para murid yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah. Mata Ale menangkap sosok Laras di depan sana mendekati gerbang sekolah, dengan segera Ale mempercepat langkahnya.

Ponsel Ale yang berada di sakunya bergetar, dia melihat sebentar pada layar yang menampilkan nama Nino, Ale lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Nino memang sudah berkali-kali menghubunginya sejak istirahat tadi namun tak satupun dari panggilan Nino Ale angkat.

Ale berhasil menghadang Laras di depan gerbang sekolah, Laras membulatkan matanya melihat orang yang paling ingin ia hindari sekarang tengah berdiri di hadapannya. "Gak ada yang mau lo omongin sama gue?"

Laras menelan ludahnya, mencoba untuk setenang mungkin. "Apa yang harus aku omongin? Gak ada."

"Lo kayak gini karna masih takut sama masa lalu gue atau tentang apa yang udah lo lakuin waktu di UGD kemarin?"

Lagi-lagi jantung Laras berdebar dengan cepat, keringat dingin meluncur bebas di sekitar lehernya. Dia seperti baru saja tertangkap basah sedang mencuri di depan orang banyak. Dan bagaimana bisa Ale menanyakan hal itu dengan santainya?

Laras sudah mencoba untuk melewati Ale namun tangan lelaki itu menahan pergelangan tangannya dan membalikkan tubuhnya untuk menghadap Ale.

"Lo kenapa, sih? Ngomong coba sama gue!"

Laras melepas tangan Ale yang berada di lengannya. "Kamu kenapa biasa aja sih, Le? Kamu gak ngerasa malu atau marah gitu ke aku?"

"Kenapa gue harus begitu?"

Laras mendengus. "Kayaknya aku salah nanya gitu ke kamu yah, jelas aja apa yang aku lakuin itu udah biasa buat kamu. Tapi buat aku itu gak biasa aja, Le. Itu first kiss aku, makanya setiap aku ngeliat kamu itu ngebuat aku malu dan ngehindar dari kamu. Tapi aku kesel ngeliat kamu yang biasa aja ke aku, kamu bahkan gak nanya atau ngebahas masalah ciuman itu ke aku. Aku sebegitu gak menariknya buat kamu?"

Ale menggaruk tengkuknya. "Gue ngelakuin itu karna gue gak mau suasana di antara kita makin awkward. Itu kenapa gue gak pernah ngebahas masalah ciuman itu, gue—"

"Ciuman?"

Suara siapa itu? Tunggu. Ale mengenal suara itu, sangat mengenalnya. Tapi tidak mungkin si pemilik suara itu adalah orang yang dipirkannya, kan? Dengan takut, Ale menoleh dan mendapati orang dia pikirkan sedang berdiri di belakangnya menatapnya dengan pandangan bingung. Di belakangnya terdapat kedua sahabatnya.

Holy shit!

*****

TBC

HUWAAA FAST UPDATE NIH

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro