(2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aci berjalan mendekati Flo yang dilihatnya sedang berdebat sengit dengan seekor hyena. Namun, belum sempat Aci sampai di tempat mereka, hyena jantan tersebut sudah terlebih dahulu pergi.

Aci menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena kebingungan.

Apa gerangan yang sedang mereka perdebatkan? batin Aci

Aci yang kebingungan pun hendak menanyakan langsung hal tadi ke Flo. Saat hendak menepuk pundak Flo, tiba-tiba Flo berbalik dengan linangan air mata di pipinya.

Aci terkejut, dan spontan bertanya, "Ada apa Flo? Siapa yang membuatmu seperti ini?"

Flo hanya diam. Ia tidak menggubris pertanyaan Aci yang menandakan bahwa Aci menaruh perhatian penuh kepadanya. Ia lanjut menangis sambil sesekali mengusap air mata yang meluncur bebas dari kedua matanya.

Tanpa pikir panjang, Aci langsung memeluk Flo dan membiarkan anjing itu menangis di tubuhnya.

"Jadi, siapa orang tadi?" tanya Aci ketika tangis Flo sudah sedikit mereda.

Sambil sedikit sesenggukan, Flo menjawab, "Di-dia tangan kanan dari Tuan Dabula."

Aci terkejut. "Tangan kanan Tuan Dabula?" Aci memastikan.

Flo mengangguk dan menyeka air matanya yang masih tersisa.

"Apa yang dilakukan oleh hyena biadab itu kepadamu?!" tanya Aci garang.

"Di-dia menanyakan kepadaku sesuatu...."

Aci merasa emosi lalu lanjut bertanya, "Sesuatu apa?!"

Flo tersentak melihat Aci marah sampai seperti ini. Menurutnya, Aci adalah hewan yang sangat jarang marah. Tetapi, jika dia bisa meledak seperti ini maka itu membuktikan bahwa Aci sangat perhatian kepada Flo.

Mereka tahu bahwa mereka berdua saling menyayangi.

Tidak, mereka tidak saling mencintai. Rasa sayang yang mereka berikan satu sama lain hanyalah rasa sayang dalam lingkup persahabatan.

Flo tidak membalas pertanyaan Aci. Malahan, Flo menjawab pertanyaan tadi dengan senyuman. Aci yang melihatnya hanya bisa memasang wajah kasihan karena dia tahu bahwa Flo sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

Di satu sisi, ia ingin marah kepada Flo karena tidak menceritakan kejadian tadi kepadanya. Namun di sisi lain, Aci merasa tidak tega untuk memarahi Flo. Lagipula, itu haknya untuk merahasiakan hal tersebut.

"Nanti. Nanti, saat waktunya sudah tepat, aku akan menceritakannya kepadamu."

Mendengar perkataan Flo barusan, Aci tersenyum dan mengelus lembut kepala Flo. Kemudian, ia pun tersadar untuk segera melakukan pekerjaannya.

Aci pun mengajak Flo untuk berada dekat-dekat dengannya agar tidak diganggu oleh orang lain lagi. Tak berapa lama, Aci pun menemukan seseorang yang memiliki sarung tangan penambang lebih dan meminjamnya.

Setelah mencari tempat yang tepat di Gunung Myow untuk menambang tulang, mereka pun mulai melakukan pekerjaan mereka.

Mereka terus menggali dan menggali. Beberapa buah tulang terlihat telah memenuhi ember kecil milik Aci. Cahaya matahari pagi yang disinyalir kaya akan vitamin D menyengat tubuh Aci. Flo juga merasakan hal yang sama. Namun, mereka berdua tetap bekerja karena hal ini bagi mereka adalah hal yang biasa-biasa saja.

Suara cangkul yang beradu dengan suara sekop menjadi pelengkap kegiatan mereka. Angin sesekali berhembus menerpa wajah mereka berdua.

"Flo? Kenapa kau diam saja? Masih memikirkan kejadian tadi pagi?" Aci bertanya dengan nada cemas saat melihat Flo hanya diam sambil sesekali memain-mainkan tanah di sekitarnya. Terlihat jelas sekali bahwa Flo sedang melamun saat ini.

Flo terkejut dan tersadar dari lamunannya. Ia hanya menggeleng cepat dan berlagak seperti tidak terjadi apa-apa barusan. Ia tidak ingin Aci makin khawatir padanya.

Aci hanya menghela napas. Ia tahu kalau Flo memang seperti itu. Pandai menyembunyikan sesuatu adalah sifatnya. Atau mungkin itu bisa disebut sebagai kelebihan?

"Flo, kalau kau ingin bercerita, silahkan. Aku siap mendengarkannya."

"Aci, sebenarnya apa yang kau cari di hidup ini?"

"Hah?"

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro